Patriarki adalah Konstruksi Sosial yang Didominasi Laki-laki, Ketahui Dampaknya

Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai pemegang kekuasaan utama serta mendominasi dalam peran kepemimpinan politik, otoritas moral, hak sosial, dan penguasaan properti.

oleh Fitriyani Puspa Samodra diperbarui 24 Nov 2022, 19:30 WIB
Diterbitkan 24 Nov 2022, 19:30 WIB
Ilustrasi Persahabatan Perempuan dan Laki-laki (sumber: unsplash)
Ilustrasi hubungan setara antara laki-laki dan perempuan (sumber: unsplash)

Liputan6.com, Jakarta Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai pemegang kekuasaan utama serta mendominasi dalam peran kepemimpinan politik, otoritas moral, hak sosial, dan penguasaan properti. Sistem ini kerap ditemukan di indonesia dimana laki-laki memiliki peran yang mendominasi dalam berbagai aspek di masyarakat.

Patriarki adalah konstruksi yang banyak ditentang oleh kaum feminis. Penolakan ini didasari oleh sistem patriarki yang menempatkan perempuan sebagai alat produksi manusia saja. Patriarki menganggap perempuan hanya mampu berada di rumah untuk hamil, melahirkan, mengasuh anak atau mengerjakan pekerjaan domestik saja. 

Persepsi patriarki ini kemudian menjadi persepsi kolektif masyarakat yang membuat perempuan dilihat hanya sebagai objek dan menempatkan laki-laki pada posisi istimewa. Meski begitu patriarki adalah sistem sosial yang masih banyak dipraktikkan oleh banyak orang di seluruh dunia. Berikut ulasan Liputan6.com tentang pengertian patriarki yang dirangkum dari berbagai sumber, Kamis (24/11/2022).

Patriarki adalah Sistem yang Didominasi Laki-laki

Film Before Now And Then (Nana) di ajang Berlinale 2022
Lebih lanjut, Kamila Andini menyebut perempuan adalah korban zaman yang paling nyata. Meski begitu di setiap zaman, selalu ada sosok perempuan yang tidak pernah sekalipun menjadikan dirinya korban, meski tetap tidak lepas dari pengorbanan. “Bagi saya Nana adalah kisah perempuan yang menjadi korban sebuah era; perang, politik, pemberontakan dan kehidupan sosial patriarki yang ingin mencari arti kebebasannya sendiri,” Kamila Andini mengulas. (Foto: Dok. Poplicist)

Dalam sebuah keluarga, ayah kerap kali menjadi sosok yang memiliki otoritas penuh pada perempuan, properti dan anak-anak. Masyarakat yang menganut patriarki menurunkan properti serta gelar yang ada di keluarga hanya pada keturunan laki-laki.

Sistem patriarki adalah konstruksi yang memberikan hak istimewa pada laki-laki dan menempatkan posisi perempuan berada di bawah laki-laki. Istilah patriarki, berasal dari kata patriarkat yang artinya adalah struktur yang menempatkan peran laki-laki sebagai penguasa tunggal, sentral, bahkan segala-galanya.

Dalam sistem patriarki perempuan diposisikan pada peran domestik saja, sedangkan laki-laki fungsi publik, sebagai pencari nafkah di ruang publik yang dianggap memiliki tanggung jawab penuh pada keberlangsungan rumah tangga. Oleh sebab itu, laki-laki sebagai pencari nafkah dan kepala rumah tangga menyandang status sebagai bapak dalam keluarga yang tidak jarang menjadi penguasa dalam keluarga.

Dominasi laki-laki dalam sistem patriarki tidak hanya mencakup ranah personal saja, akan tetapi juga dalam ranah yang lebih luas lagi, seperti pendidikan, ekonomi, partisipasi politik, sosial, hukum, dan lain-lain. Dalam ranah personal, sistem patriarki menjadi penyebab berbagai macam kekerasan, bahkan tidak hanya pada perempuan saja tetapi juga pada laki-laki. 

Label hak istimewa yang dimiliki oleh laki-laki membuat sebagian besar kaum laki-laki merasa memiliki hak untuk mengeksploitasi tubuh perempuan. Penerapannya dalam masyarakat, patriarki kemudian memunculkan kesenjangan antar gender dan masalah sosial yang berpengaruh pada aspek kehidupan manusia. 

Budaya patriarki ini, tidak hanya berlangsung di lingkup rumah maupun keluarga saja, akan tetapi juga menjadi budaya yang ada di masyarakat serta negara. Budaya patriarki tersosialisasi dalam masyarakat karena mendapatkan legitimasi dari berbagai aspek kehidupan, baik itu negara maupun agama. Patriarki tidak hanya menutup partisipasi perempuan di ruang publik, akan tetapi juga menyebabkan lahirnya berbagai macam tindakan diskriminasi serta ketidakadilan gender pada perempuan.

Dampak Patriarki adalah Diskriminasi

Menolak patriarki
(Unsplash.com/Chloesimpson)

Konstruksi patriarki di masyarakat adalah salah satu menyebabkan ketimpangan gender yang terjadi antara laki-laki dan perempuan. Ketimpangan ini kemudian melahirkan subordinasi, marginalisasi, kekerasan, stereotip dan beban ganda. 

1 . Marginalisasi

Marginalisasi merupakan suatu tindakan pembatasan atau penyingkiran. Dalam konteks patriarki, marginalisasi diakibatkan oleh perbedaan jenis kelamin yang dapat mengakibatkan kemiskinan. Ada berbagai cara yang dapat digunakan untuk memarjinalkan seseorang maupun kelompok, salah satunya adalah dengan menggunakan asumsi gender.

2. Subordinasi

Subordinasi merupakan tindakan menganggap suatu peran yang dilakukan oleh satu jenis gender lebih rendah dari gender yang lain. Nilai-nilai yang berlaku di masyarakat, telah memilah sekaligus memisahkan peran gender perempuan dan laki-laki. Dalam sistem patriarki, perempuan dianggap memiliki tanggung jawab serta memiliki peran dalam urusan domestik serta reproduksi, sedangkan laki-laki memiliki peran dalam urusan produksi serta urusan publik.

3. Stereotip

Stereotip merupakan konsepsi mengenai sifat suatu golongan berdasarkan prasangka yang subjektif dan tidak tepat. Penandaan atau pelabelan kerap kali memiliki sifat negatif secara umum dan akhirnya melahirkan ketidakadilan dalam masyarakat. Stereotip sering kali digunakan sebagai salah satu alasan untuk membenarkan suatu tindakan yang dilakukan oleh satu kelompok atas kelompok lainnya.

4. Kekerasan

Patriarki kerap menjadi tameng dari tindakan kekerasan yang dilakukan oleh seorang laki-laki terhadap perempuan maupun anggota keluarga yang ada di bawah subordinasinya.  

5. Baban Ganda

Beban ganda artinya, beban pekerjaan yang diterima oleh salah satu gender lebih banyak, apabila dibandingkan dengan gender yang lainnya. Karena dampak-dampak buruk yang disebabkan oleh budaya patriarki, maka banyak masyarakat khususnya penganut feminis yang menuntut kesetaraan gender. Kesetaraan gender dapat diartikan sebagai suatu keadaan antara laki-laki dan perempuan dalam hak atau hukum dan kondisi atau kualitas hidup.

Keadilan gender dapat tercerminkan dalam keadaan di mana perempuan serta laki-laki memiliki hak, status dan wewenang yang sama di muka hukum, memiliki peluang serta kesempatan yang sama serta adil dalam menikmati hasil pembangunan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya