Ilmuwan Hidupkan Kembali 'Virus Zombie', Berisiko Bahayakan Manusia

Virus zombi 'Pandoravirus Yedoma' berusia 50 ribu tahun dihidupkan kembali oleh ilmuwan yang juga berisiko membahayakan manusia dan hewan.

oleh Laudia Tysara diperbarui 30 Nov 2022, 18:29 WIB
Diterbitkan 30 Nov 2022, 18:29 WIB
Rotasi Bumi Makin Cepat
Ilustrasi es kutub yang mencair. (Sumber foto: Pexels.com)

Liputan6.com, Jakarta - Virus zombi dihidupakan kembali oleh para ilmuwan Eropa. Keberadaan virus zombi tidak hanya ada dalam cerita fiksi, tetapi kehidupan nyata. Ilmuwan memberi nama virus zombi ini “Pandoravirus Yedoma” yang diperkirakan sudah berusia 50 ribu tahun.

Pandoravirus Yedoma ditemukan di danau beku atau permafros dan berbahaya bagi manusia dan hewan. The Japan Times mengungkap bahaya virus zombie ada terutama ketika virus itu mampu menginfeksi mikroba amoeba.

Dalam penelitian berjudul An Update on Eukaryotic Viruses Revived from Ancient Permafrost yang dipublikasikan bioRxiv, menegaskan permafrost sangat berisiko melepas virus yang tidak diketahui seperti virus zombie saat es di beberapa wilayah mencair.

Bahaya virus zombie ada dan meningkat karena pemanasan global, di mana danau tempat virus itu ditemukan akan mencair. Meski begitu, penelitian ini masih sangat terbatas.

Pencegahan yang bisa dilakukan agar virus zombie seperti Pandoravirus Yedoma tidak mengancam kesehatan manusia, seperti situasi global karena virus COVID-19 adalah mengurangi risiko pemanasan global dengan menjaga kelestarian lingkungan.

Agar lebih memahami, simak penjelasan lengkapnya. Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang virus zombie Pandoravirus Yedoma, bahaya virus zombi, dan penyebab kemunculannya, Rabu (30/11/2022).

Virus Zombi “Pandoravirus Yedoma” Berbahaya bagi Manusia

Virus zombie
Ilustrasi virus zombie. (Liputan6.com/bioRxiv)

Para ilmuwan menemukan virus zombi yang berusia 48.500 tahun di permafros atau tanah yang beku selama bertahun-tahun. Ilmuwan memberi nama virus zombi ini “Pandoravirus Yedoma.”

NYPost mengungkap virus zombie ditemukan di dasar danau beku Yukechi Alas di Rusia. Virus zombi ini berada di bulu mammonth hingga usus serigala Siberia.

Para ilmuwan dari Rusia, Jerman, dan Perancis menghidupkan kembali virus zombie ini dan mengatakan keberadaannya berbahaya bagi manusia dan makhluk hidup di bumi.

Mengapa virus zombie berbahaya?

The Japan Times mengungkap bahaya virus zombie ada terutama ketika virus itu mampu menginfeksi mikroba amoeba. Itu artinya, virus zombie juga berisiko menginfeksi hewan dan manusia.

Virus zombie Pandoravirus Yedoma berpotensi membahayakan manusia karena pengaruh dari pemanasan global. Di mana gunung-gunung es dan wilayah beku lain sebesar seperempat belahan Bumi bagian Utara mencair.

Dalam penelitian berjudul An Update on Eukaryotic Viruses Revived from Ancient Permafrost yang dipublikasikan bioRxiv, menegaskan permafrost sangat berisiko melepas virus yang tidak diketahui seperti virus zombie saat es di beberapa wilayah mencair.

“Tetapi risikonya pasti akan meningkat dalam konteks pemanasan global ketika pencairan permafrost akan terus meningkat, dan lebih banyak orang akan menghuni Kutub Utara setelah usaha industri,” ditegaskan mereka.

Es yang mencair di suatu wilayah karena pemanasan global, akan membuat wilayah tersebut dihuni lebih banyak orang. Di sinilah kemudian risiko infeksi dan penularan virus zombie meningkat.

Sejauh ini, penelitian tentang virus zombie masih sangat terbatas. Tentang berapa lama virus zombie Pandoravirus Yedoma bisa menular setelah terpapar kondisi ruangan.

Lalu, seberapa besar kemungkinan mereka akan bertemu dan menginfeksi inang yang sesuai, masih belum diketahui. Penelitian tentang virus zombi Pandoravirus Yedoma masih harus didalami.

Penyebab Pemanasan Global dan Penjelasannya

Beruang kutub kelaparan saat es Kutub Utara mencair (Antara)
Beruang kutub kelaparan saat es Kutub Utara mencair (Antara)

Apa penyebab pemanasan global sebenarnya?

Dalam jurnal penelitian berjudul Pemanasan Global, Faktor Penyebab, Dampak, dan Solusi oleh Dr. Fadliah, M.Si, para ilmuwan memperkirakan pada tahun 2030 akan terjadi peningkatan suhu mencapai 1.50 sampai 4.5 derajat Celcius.

Bahkan, bisa mencapai 50 derajat Celcius pada tahun 2100. Kenaikan suhu akibat pemanasan global inilah yang nantinya akan membuat gletser di kutub-kutub bumi mencair.

Para ilmuwan menyebut aktivitas manusia adalah penyebab pemanasan global. Mulai dari penggunaan pendingin ruangan, penggunaan kendarakan bermotor, penggunaan tisu, penimbunan sampah plastik yang dilakukan berlebihan, dan masih banyak lagi lainnya.

Mengapa bisa demikian?

Penyebab pemanasan global yang paling utama adalah pembakaran bahan bakar fosil, seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam. Mereka melepas karbondioksida dan gas lain yang dikenal sebagai gas rumah kaca ke atmosfer.

Ini faktor penyebab pemanasan global yang perlu dipahami:

1. Efek rumah kaca

Ketika atmosfer menimbun semakin banyak gas rumah kaca, atmosfer akan menjadi insulator yang menahan lebih banyak panas matahari untuk dipancarkan ke Bumi.

2. Penipisan lapisan ozon

Disebutkan, penipisan lapisan ozon secara global jauh lebih mengerikan dari bencana-bencana yang sudah terjadi.

3. Kelestarian hutan

Hutan berperan sangat penting untuk menyerap emisi GRK (emisi karbon). Di mana hutan akan menyerap dan mengubah karbondioksida (CO2) menjadi oksigen (O2) untuk memenuhi kebutuhan makhluk hidup.

Bagaimana solusi cara mencegah pemanasan global?

Solusi untuk mencegah dan mengatasi pemanasan global adalah melakukan pembangunan berkelanjutan, menjaga keanekaragaman hayati, menerapkann protokol kyoto, menerapkan mekanisme pembangunan bersih, dan menegakkan undang-undang lingkungan hidup.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya