Kultum Singkat Tentang Bersyukur Kepada Allah SWT, Pembelajaran bagi Umat Islam

Kultum singkat tentang bersyukur penuh dengan ilmu dan pengetahuan yang penting untuk menunjang ibadah.

oleh Husnul Abdi diperbarui 09 Mar 2023, 16:50 WIB
Diterbitkan 09 Mar 2023, 16:50 WIB
Ilustrasi pidato, ceramah, khotbah
Ilustrasi pidato, ceramah, khotbah. (Photo by Muhammad Adil on Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta Kultum singkat tentang bersyukur bisa menjadi pembelajaran bagi setiap umat Islam. Kultum biasanya bisa kamu simak setelah atau sebelum melaksanakan salat di masjid. Selain itu, kamu juga bisa mendengarkan kultum di televisi, radio, maupun melalui internet.

Kultum lebih sering dilakukan sebelum salat maghrib di bulan Ramadan. Kultum singkat tentunya sangat efektif dalam menambah ilmu seorang muslim tentang agama Islam. Apalagi, dengan durasinya yang tidak begitu lama, membuat banyak orang yang antusias.

Kultum singkat tentang bersyukur penuh dengan ilmu dan pengetahuan yang penting untuk menunjang ibadah. Namun, setelah mendengarkan kultum ini, kamu tentu harus menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Berikut Liputan6.com rangkum dari dppai.uii.ac.id dan Bola.com, Kamis (9/3/2023) tentang kultum singkat tentang bersyukur.

Sudahkah Kita Bersyukur?

Ilustrasi ceramah, khotbah
Ilustrasi ceramah, khotbah. (Photo created by storyset on www.freepik.com)

Kaum muslimin yang dirahmati Allah, kita sebagai umat Islam harus menyakini sesungguhnya segala kebaikan dan kenikmatan yang ada pada kita adalah karunia dari Allah. Allah SWT berfirman, “Dan apa saja nikmat yang ada pada kalian, maka datangnya dari Allah…” (Q.S. an-Nahl [16]: 53)

Betapa melimpahnya kenikmatan yang Allah berikan kepada kita, yang tidak terhingga jumlahnya. Allah telah memberikan kita kehidupan, mulai saat kita masih di dalam perut ibu sampai sekarang, nikmat kesehatan yang lebih banyak kita nikmati dibandingkan saat kita sakit, nikmat makanan, minuman, pakaian, nikmat negeri yang aman di mana kita bisa melakukan ibadah secara tenang tanpa khawatir adanya bom, penembakan, teror seperti saudara-saudara kita di luar sana dan masih banyak nikmat yang lainnya. Jika kita berusaha menghitung nikmat yang Allah karuniakan kepada kita, niscaya kita tidak akan mampu menghitungnya. Allah berfirman, “Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya.” (Q.S. an-Nahl [16]: 18).

Kaum muslimin yang dirahmati Allah, pada hakikatnya kita semua tidak bisa mensyukuri setiap nikmat yang Allah berikan kepada kita. Bagaimana mungkin kita bisa mensyukurinya, menghitunganya saja kita tidak mampu. Allah  berfirman, “Sangat sedikit sekali di antara hamba-Ku yang mau bersyukur.” (Q.S. Saba’ [34]: 13). Ibnu Katsir berkata, “Yang dikabarkan ini sesuai kenyataan.” Artinya, sedikit sekali yang mau bersyukur.

Syukur Merupakan Ibadah

Kaum muslimin yang dirahmati Allah, syukur adalah bentuk ibadah kita kepada Allah. Banyak ayat di dalam al-Qur’an di mana Allah memerintahkan manusia untuk bersyukur kepada-Nya. Maka syukur ini adalah ibadah dan bentuk ketaatan atas perintah Allah. Allah berfirman, “Ingatlah kepada-Ku, maka Aku akan mengingat kalian. Bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kalian ingkar” (Q.S. al-Baqarah [2]: 152). Maka orang yang bersyukur adalah orang yang menjalankan perintah Allah dan orang yang enggan bersyukur serta mengingkari nikmat Allah adalah bentuk pembangkangan terhadap perintah Allah.

Kaum muslimin yang dirahmati Allah, seorang muslim yang sejati tidak pernah terlepas dari tiga keadaan. Keadaan itu menunjukkan tanda kebahagiaan baginya, yang pertama yaitu bila dia mendapat nikmat maka dia bersyukur, yang kedua bila mendapat kesusahan maka dia bersabar, dan yang ketiga bila berbuat dosa maka dia beristighfar. Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya adalah baik baginya. Hal ini tidak didapatkan kecuali pada diri seorang mukmin. Apabila mendapatkan kesenangan, dia bersyukur, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya. Sebaliknya apabila tertimpa kesusahan, dia pun bersabar, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh Muslim, no. 2999 dari Abu Yahya Shuhaib bin Sinan a).

Kaum muslimin yang dirahmati Allah, syukur adalah akhlak yang mulia, yang muncul karena kecintaan dan keridhoan yang besar terhadap Sang Pemberi Nikmat. Syukur tidak akan mungkin bisa terwujud jika tidak diawali dengan keridho’an. Seseorang yang diberikan nikmat oleh Allah walaupun sedikit, tidak mungkin akan bersyukur kalau tidak ada keridhoan. Orang yang mendapatkan penghasilan yang sedikit, hasil panen yang minim atau pendapatan yang pas-pasan, tidak akan bisa bersyukur jika tidak ada keridhoan. Demikian pula orang yang diberi kelancaran rizki dan harta yang melimpah, akan terus merasa kurang dan tidak akan bersyukur jika tidak diiringi keridhoan.

Kaum muslimin yang kami muliakan, maka dari itu kita sebagai orang muslim hendaknya selalu bersyukur dalam kondisi apapun, dan syukur yang sebenarnya tidaklah cukup dengan mengucapkan “alhamdulillah”. Syukur tidak hanya di lisan, namun hendaknya seorang hamba bersyukur dengan hati, lisan dan anggota badannya. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Qudamah v, “Syukur (yang sebenarnya) adalah dengan hati, lisan dan anggota badan. (Minhajul Qosidin, hal. 305).

Bagaimana Caranya Bersyukur dengan Hati?

Ilustrasi ceramah, khotbah, Jumat
Ilustrasi ceramah, khotbah, Jumat. (Photo created by storyset on www.freepik.com)

Caranya yaitu dengan  mengakui dan meyakini bahwa nikmat tersebut semata-mata datangnya dari Allah dan bukan dari selain-Nya, sehingga muncul kecintaan kita kepada Allah. Kemudian meniatkan untuk menggunakan nikmat itu di jalan yang Allah ridhai.

Adapun bersyukur dengan lisan adalah dengan memuji dan menyanjung Dzat yang telah memberikan nikmat tersebut pada kita dengan mengatakan “Alhamdulillâh”. Sementara tugasnya anggota badan adalah menggunakan nikmat tersebut untuk mentaati Dzat yang kita syukuri (yaitu Allah) dan menahan diri agar jangan menggunakan kenikmatan itu untuk bermaksiat kepada-Nya.

Syukur adalah Sifat Para Nabi

Nabi Muhammad SAW tidak luput dari syukur walaupun telah dijamin baginya surga. Diceritakan oleh Ibunda ‘Aisyah i,“Rasulullah ` biasanya jika beliau shalat, beliau berdiri sangat lama hingga kakinya mengeras kulitnya. ‘Aisyah bertanya, ‘Wahai Rasulullah, mengapa engkau sampai demikian? Bukankan dosa-dosamu telah diampuni, baik yang telah lalu maupun yang akan datang? Rasulullah besabda: ‘Wahai Aisyah, bukankah semestinya aku menjadi hamba yang bersyukur?’” (H.R. Bukhari no. 1130, Muslim no. 2820). Inilah suri tauladan kita sebagai umat muslim semoga kita bisa meneladani Rasulullah SAW.

Buah Manis dari Syukur

- Syukur Adalah Sifat Orang Beriman

Rasulullah SAW bersabda, “Seorang mukmin itu sungguh menakjubkan, karena setiap perkaranya itu baik. Namun tidak akan terjadi demikian kecuali pada seorang muKmin sejati. Jika ia mendapat kesenangan, ia bersyukur, dan itu baik baginya. Jika ia tertimpa kesusahan, ia bersabar, dan itu baik baginya” (H.R. Muslim no.7692).

- Sebab Datangnya Ridha Allah

Allah berfirman, “Jika kalian ingkar, sesungguhnya Allah Maha Kaya atas kalian. Dan Allah tidak ridha kepada hamba-Nya yang ingkar dan jika kalian bersyukur Allah ridha kepada kalian” (Q.S. Az-Zumar [39]: 7).

- Sebab Selamatnya Seseorang dari Azab Allah

Allah berfirman, “Tidaklah Allah akan mengadzab kalian jika kalian bersyukur dan beriman. Dan sungguh Allah itu Syakir lagi Alim” (QS. An-Nisa [4]: 147).

- Merupakan Sebab Ditambahnya Nikmat

Allah berfirman, “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu mengumumkan, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih’” (Q.S. Ibrahim [14]: 7).

- Ganjaran di Dunia dan Akhirat

Janganlah kamu menyangka bahwa bersyukur itu hanya sekedar pujian dan berterima kasih kepada Allah. Ketahuilah bahwa bersyukur menuai pahala, bahkan juga membuka pintu rezeki di dunia. Allah berfirman, “Dan sungguh orang-orang yang bersyukur akan kami beri ganjaran” (QS. Ali Imran [3]: 145). Imam Ath Thabari menafsirkan ayat ini dengan membawakan riwayat dari Ibnu Ishaq, “Maksudnya adalah, karena bersyukur, Allah memberikan kebaikan yang Allah janjikan di akhirat dan Allah juga melimpahkan rizki baginya di dunia” (Tafsir Ath Thabari, 7/263).

Kultum Tentang Ikhlas Beribadah

Ilustrasi ustaz, menyampaikan ceramah, khotbah, kultum
Ilustrasi ustaz, menyampaikan ceramah, khotbah, kultum. (Photo by rade nugroho on Unsplash)

Melansir Bola.com, berikut kultum tentang ikhlas beribadah:

 

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah Swt., karena atas rahmat dan karunia-Nya kita bisa sama-sama berkumpul di sini dalam keadaan sehat. Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya akan memberikan ceramah mengenai ikhlas.

Rasulullah saw., mengingatkan, "Allah tidak menerima amal kecuali apabila dilaksanakan dengan ikhlas untuk mencari rida Allah Swt., semata".

Walau keringat dingin bertetesan, segenap tenaga habis, pikiran terkuras, kalau tidak ikhlas, sebesar apa pun amal kita semuanya pasti sia-sia di mata Allah Swt., Maka, sangat rugi orang yang sedekah habis-habisan hanya ingin disebut dermawan.

Mulai sekarang, marilah kita membangun rasa ikhlas ketika beramal ibadah dan amal saleh dan juga ketika melakukan hal-hal lainnya.

Demikian ceramah saya pada kali ini, semoga teman-teman bisa mengambil makna dari ceramah ini dan mengimplementasikannya di dunia nyata.

Wabilahit taufiq walhidayat. Wassalamu'alaikum Wr. Wb

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya