Liputan6.com, Jakarta Dalam ajaran Islam, Allah menurunkan 4 kitab yang menjadi pedoman bagi umatnya, salah satunya adalah Taurat. Nabi yang menerima kitab Taurat adalah Musa As sebagai pedoman bagi kaum Bani Israil kala itu.
Baca Juga
Advertisement
Turunnya kitab kepada para rasul diterangkan dalam QS. Al Baqarah ayat 4 sebagai berikut
وَٱلَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَآ أُنزِلَ إِلَيْكَ وَمَآ أُنزِلَ مِن قَبْلِكَ وَبِٱلْءَاخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ
Artinya: dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.
Nabi yang menerima kitab Taurat adalah Musa As, meski umat Islam tidak menjadikan Taurat sebagai pedoman, dalam rukun iman muslim harus mempercayai keberadaannyanya. Berikut ulasan tentang nabi yang menerima kitab Taurat adalah Musa As, yang dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Jumat (14/4/2023).
Sejarah Turunnya Taurat
Dalam bahasa Ibrani, Taurat disebut dengan Thora. nabi yang menerima kitab Taurat adalah Musa As untuk dijadikan petunjuk dan bimbingan baginya dan bagi kaum Bani Israil. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam surat Al-Israa’ ayat 2 ,
وَاٰتَيْنَا مُوْسَى الْكِتٰبَ وَجَعَلْنٰهُ هُدًى لِّبَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ اَلَّا تَتَّخِذُوْا مِنْ دُوْنِيْ وَكِيْلًاۗ
Artinya: Dan Kami berikan kepada Musa kitab (Taurat) dan Kami jadikan kitab Taurat itu sebagai petunjuk bagi Bani Israil (dengan firman) : “Janganlah kalian mengambil penolong selain Aku.”
Sejarah turunnya Kitab Taurat bermula ketika Nabi Musa ‘membunuh seorang pemuda suku Qibti. Suatu ketika, Nabi Musa berjalan di sudut kota, ia bertemu dua orang yang saling bertengkar, salah satunya orang Qibti sedangkan yang lainnya orang Israil. Orang Israil meminta tolong kepada Nabi Musa untuk mengalahkan orang Qibti. Nabi Musa marah sekali karena orang Qibti mencela Nabi Musa, padahal ia tahu kedudukan Nabi Musa di mata bani Israil, dan penjaga yang ia berikan kepada mereka.
Nabi Musa memukul orang Qibti itu hingga mati. Tidak ada yang mengetahui peristiwa ini selain Allah ‘Azza wa Jalla dan orang Israil itu. Orang-orang Qibti kemudian mendatangi Fir’aun dan berkata padanya, “Bani Israil telah membunuh salah seorang dari kami. Ambilkan hak kami dan jangan kau beri keringanan bagi mereka.” Fir’aun berkata, “Cari pembunuhnya dan saksinya, aku akan tunaikan hak kalian.” Saat mereka menyelidiki bukti pembunuhan, mereka tidak menemukan bukti apapun.
Mengetahui bahwa Raja Fir’aun berupaya menangkap dan membunuhnya, Nabi Musa melarikan diri ke negeri Madyan. Nabi Musa bertemu dengan Nabi Syu’aib dan dijodohkan dengan salah satu anak perempuannya. Setelah tinggal di Madyan cukup lama, Nabi Musa meminta izin kepada Nabi Syu’aib untuk kembali ke Mesir guna mengunjungi orang tuanya.
Sampai di tengah perjalanan, tepatnya di atas bukit Thuwa atau bukit Thursina, Nabi Musa melihat api. Ia kemudian meminta izin kepada anak istrinya untuk mendatangi api tersebut. Sesampainya di tempat asal api, Nabi Musa melihat sebuah sinar yang sangat terang. Hal tersebut merupakan pertanda dari Allah SWT bahwa Nabi Musa As menerima wahyu pertama dan diangkat menjadi rasul.
Dalam surat Thaahaa ayat 10-16 Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
اِذْ رَاٰ نَارًا فَقَالَ لِاَهْلِهِ امْكُثُوْٓا اِنِّيْ اٰنَسْتُ نَارًا لَّعَلِّيْٓ اٰتِيْكُمْ مِّنْهَا بِقَبَسٍ اَوْ اَجِدُ عَلَى النَّارِ هُدًىoفَلَمَّآ اَتٰىهَا نُوْدِيَ يٰمُوْسٰٓى ۙoاِنِّيْٓ اَنَا۠ رَبُّكَ فَاخْلَعْ نَعْلَيْكَۚ اِنَّكَ بِالْوَادِ الْمُقَدَّسِ طُوًى ۗoوَاَنَا اخْتَرْتُكَ فَاسْتَمِعْ لِمَا يُوْحٰىoاِنَّنِيْٓ اَنَا اللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنَا۠ فَاعْبُدْنِيْۙ وَاَقِمِ الصَّلٰوةَ لِذِكْرِيْoاِنَّ السَّاعَةَ اٰتِيَةٌ اَكَادُ اُخْفِيْهَا لِتُجْزٰى كُلُّ نَفْسٍۢ بِمَا تَسْعٰىoفَلَا يَصُدَّنَّكَ عَنْهَا مَنْ لَّا يُؤْمِنُ بِهَا وَاتَّبَعَ هَوٰىهُ فَتَرْدٰىo
Artinya: Ketika dia (Musa) melihat api, lalu dia berkata kepada keluarganya, “Tinggallah kamu (di sini), sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa sedikit nyala api kepadamu atau aku akan mendapat petunjuk di tempat api itu. Maka ketika dia mendatanginya (ke tempat api itu) dia dipanggil, “Wahai Musa! Sesungguhnya Aku adalah Tuhanmu, maka lepaskan terompahmu. Karena sesungguhnya engkau berada di lembah yang suci, Thuwa. Dan Aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu). Sesungguhnya Aku ini Allah, tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Aku, maka sembahlah Aku dan laksanakanlah shalat untuk mengingat Aku. Sungguh, hari kiamat itu akan datang. Aku merahasiakan (waktunya) agar setiap orang dibalas dengan apa yang dia usahakan. Maka janganlah engkau dipalingkan dari (kiamat itu) oleh orang yang tidak beriman kepadanya dan mengikuti keinginannya, yang menyebabkan engkau binasa.
Advertisement
Mukjizat Nabi Musa
Nabi yang menerima kitab Taurat adalah Musa As. Saat menerima wahyu berupa kitab Taurat, Nabi Musa juga diberikan beberapa mukjizat yaitu tongkat dan tangan yang mengeluarkan cahaya putih cemerlang tanpa cacat. Tongkat yang dimiliki oleh Nabi Musa dapat berubah menjadi ular dan membelah laut merah.
Kedua mukjizat tersebut diberikan kepada Nabi Musa untuk menghadapi Fir’aun yang telah melampaui batas. Fir’aun yang sombonh tetap tidak mau beriman setelah diberikan nasehat dan diturunkannya berbagai macam azab oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Fir’aun beserta bala tentaranya akhirnya ditenggelamkan di laut ketika mengejar Nabi Musa ‘alaihis salam beserta kaum Bani Israil yang tengah berupaya meninggalkan Mesir.
Sayangnya, nikmat yang diberikan Allah subhanahu wa ta’ala kepada kaum Bani Israil tersebut ternyata tidak serta merta membuat mereka beriman. Hal ini tampak ketika mereka sampai di negeri yang menyembah berhala, mereka meminta kepada Nabi Musa untuk membuat sebuah tuhan berhala. Mereka juga enggan berperang bersama Nabi Musa.
Sontak hal ini membuat Nabi Musa marah dan memohon kepada Allah untuk memisahkan orang-orang beriman dari orang-orang fasik. Nabi Musa meninggalkan kaumnya dan pergi ke tempat beliau pertama kali bertemu dengan kalimat-kalimat Allah subhanahu wa ta’ala.
Nabi Musa mendaki bukit Thursina untuk berdialog dengan Tuhan dan menerima Kitab Taurat.
Dalam surat Al A’raaf ayat 142 Allah SWT berfirman,
وَوٰعَدْنَا مُوْسٰى ثَلٰثِيْنَ لَيْلَةً وَّاَتْمَمْنٰهَا بِعَشْرٍ فَتَمَّ مِيْقَاتُ رَبِّهٖٓ اَرْبَعِيْنَ لَيْلَةً ۚوَقَالَ مُوْسٰى لِاَخِيْهِ هٰرُوْنَ اخْلُفْنِيْ فِيْ قَوْمِيْ وَاَصْلِحْ وَلَا تَتَّبِعْ سَبِيْلَ الْمُفْسِدِيْنَ
Artinya: Dan Kami telah menjanjikan kepada Musa (memberikan Taurat) setelah berlalu tiga puluh malam, dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh (malam lagi), maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya empat puluh malam. Dan Musa berkata kepada saudaranya (yaitu) Harun, “Gantikanlah aku dalam (memimpin) kaumku, dan perbaikilah (dirimu dan kaummu), dan janganlah engkau mengikuti jalan orang-orang yang berbuat kerusakan.”
Kitab Taurat diturunkan Allah subhanahu wa ta’ala kepada Nabi Musa ‘alaihis salam untuk bangsa Bani Israil atau umat Yahudi pada malam keenam di bulan Ramadhan.
Abu Zur’ah ad Dimisyqiy berkata, “Abdullah bin Shalih telah menceritakan kepada kami, Mu’awiyah bin Shalih telah menceritakan kepadaku, dari seseorang yang telah menceritakan kepadanya, ia berkata, “Taurat diturunkan kepada Musa pada malam keenam di bulan Ramadhan. Zabur diturunkan kepada Daud pada malam kedua belas di bulan Ramadhan. Hal itu terjadi 482 tahun setelah turunnya Taurat. Injil diturunkan kepada Isa putera Maryam pada malam kedelapan belas di bulan Ramadhan, yaitu 1050 tahun setelah turunnya Zabur. Sedangkan Al Qur’an diturunkan kepada Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam pada malam kedua puluh empat di bulan Ramadhan.” al Hafizh Ibnu Katsir dalam Kisah Para Nabi dan Rasul.