Liputan6.com, Jakarta Hadits maudhu adalah jenis hadits yang perlu dipahami oleh setiap muslim. Istilah hadits maudhu mungkin belum begitu familier bagi sebagian umat Islam. Padahal, hal ini perlu kamu pahami karena dapat memengaruhi sikap seorang muslim dalam kehidupan sehari-hari.
Hadits merupakan sumber hukum kedua setelah Al-Quran dalam agama Islam. Hadits adalah apa yang diriwayatkan dari Nabi, baik berupa perkataan, perbuatan, dan ketetapannya. Jenis-jenis hadits perlu kamu pahami berdasarkan keasliannya.
Hadits maudhu adalah salah satu jenis hadits selain hadits sahih, hadits hasan, dan hadits dhaif. Klasifikasi tingkat keaslian hadits adalah klasifikasi yang paling penting dan merupakan kesimpulan terhadap tingkat penerimaan atau penolakan terhadap hadits tersebut. Dengan mengetahui jenis-jenis hadits berdasarkan keasliannya, kamu bisa menimbang apakah sebuah hadits dapat dipercaya atau tidak.Â
Advertisement
Berikut Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Kamis (4/5/2023) tentang hadits maudhu.
Mengenal Hadits Maudhu
Hadits maudhu adalah jenis hadits yang penting dikenali oleh setiap muslim. Pasalnya, hadits maudhu dapat menyesatkan seorang muslim. Hadits maudhu adalah hadits palsu yang tidak bisa dibuktikan kebenarannya.
Hadits maudhu adalah jenis hadits yang dicurigai palsu atau buatan, karena dalam rantai sanadnya dijumpai penutur yang dikenal sebagai pendusta. Meski makna hadits palsu bisa baik, namun hadits maudhu adalah hadits yang bukan perkataan atau perbuatan Rasulullah SAW.
Hadits maudhu adalah hadits yang berbeda dengan hadits dhaif yang bersifat lemah. Hadits maudhu adalah hadits yang sudah terbukti bukanlah hadits dari Rasulullah SAW. Biasanya isi Hadits maudhu adalah hal-hal yang bertentangan dengan ayat Al Quran atau hadits lain yang sahih.
Advertisement
Hadits Dhaif
Selain hadits maudhu, jenis hadits berikutnya adalah hadits dhaif. Hadits Dhaif adalah hadits yang sanadnya tidak bersambung (dapat berupa hadits mauquf, maqthu’, mursal, mu’allaq, mudallas, munqathi’ atau mu’dlal), atau diriwayatkan oleh orang yang tidak adil atau tidak kuat ingatannya, atau mengandung kejanggalan atau cacat. Hadits ini adalah kategori hadits yang tertolak dan tidak dapat dinyatakan kebenarannya berasal dari perkataan atau perbuatan Nabi.
Hadits Dhaif termasuk kategori hadits lemah karena terputusnya rantai periwayatan (sanad) dan adanya kelemahan pada seorang atau beberapa orang penyampai riwayat (perawi) hadits tersebut. Terdapat berbagai tingkatan derajat hadits lemah, mulai dari yang lemahnya ringan hingga berat. Di antara macam-macam tingkatan hadits yang dikategorikan lemah, seperti:
- Hadits Mursal. Hadits yang disebutkan oleh Tabi'in langsung dari Rasulullah tanpa menyebutkan siapa shahabat yang melihat atau mendengar langsung dari Rasul.
- Hadits Mu'dhol. Hadits yang dalam sanadnya ada dua orang rawi atau lebih yang tidak dicantumkan secara berurut.
- Hadits Munqath. Semua hadits yang sanadnya tidak bersambung tanpa melihat letak dan keadaan putusnya sanad. Setiap hadits Mu'dhal adalah Munqathi, namun tidak sebaliknya.
- Hadits Mudallas. Seseorang yang meriwayatkan dari rawi fulan sementara hadits tersebut tidak didengarnya langsung dari rawi fulan tersebut, namun ia tutupi hal ini sehingga terkesan seolah ia mendengarnya langsung dari rawi fulan.
- Hadits Mu'an'an. Hadits yang dalam sanadnya menggunakan riwayat seseorang dari seseorang.
- Hadits Mudhtharib. Hadits yang diriwayatkan melalui banyak jalur dan sama-sama kuat, masing-masingnya dengan lafal yang bertentangan (serta tidak bisa diambil jalan tengah).
- Hadits Syadz. Hadits yang menyelisihi riwayat dari orang-orang yang tsiqah (tepercaya). Atau didefinisikan sebagai hadits yang hanya diriwayatkan melalui satu jalur namun perawinya tersebut kurang tepercaya jika ia bersendiri dalam meriwayatkan hadits.
- Hadits Munkar. Hadits yang diriwayatkan oleh perawi kategori lemah yang menyelisihi periwayatan rawi-rawi yang tsiqah.
- Hadits Matruk. Hadits yang di dalam sanadnya ada perawi yang tertuduh berdusta.
Hadits Hasan
Hadits Hasan adalah hadits yang sanadnya bersambung, tetapi ada sedikit kelemahan pada rawi(-rawi)nya. Misalnya diriwayatkan oleh rawi yang adil namun tidak sempurna ingatannya. Namun matannya tidak syadz atau cacat. Menurut Imam Tirmidzi, hadits Hasan adalah hadits yang tidak berisi informasi yang bohong, tidak bertentangan dengan hadits lain dan Al-Qur'an dan informasinya kabur, serta memiliki lebih dari satu Sanad.
Perbedaan hadits sahih dan hasan terletak pada kedhabithannya. Jika hadits sahih tingkat dhabithnya harus tinggi, maka hadits hasan tingkat kedhabithannya berada di bawah hadits sahih.
Advertisement
Hadits Sahih
Hadits Sahih adalah hadits dengan tingkatan tertinggi penerimaannya. Sebuah hadits diklasifikasikan sebagai hadits sahih jika memenuhi kriteria sebagai berikut:
- Sanadnya bersambung yang artinya diriwayatkan oleh para penutur/rawi yang adil, memiliki sifat istiqomah, berakhlak baik, tidak fasik, terjaga muruah (kehormatan)-nya, dan kuat ingatannya.
- Pada saat menerima hadits, masing-masing rawi telah cukup umur (baligh) dan beragama Islam.
- Matannya tidak bertentangan serta tidak ada sebab tersembunyi atau tidak nyata yang mencacatkan hadits.
Hadits Sahih terbagi menjadi dua yaitu:
- Sahih Lizatihi, yakni hadits yang sahih dengan sendirinya tanpa diperkuat dengan keterangan lain, dan
- Sahih Lighairihi, yakni hadits yang sahihnya kerana diperkuat dengan keterangan lain.