Liputan6.com, Jakarta Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI dr. Muhammad Syahril menyebut bahwa penularan penyakit sifilis di Indonesia meningkat pada tahun 2023. Melalui Instagram Kemenkes RI, dijelaskan bahwa mayoritas yang rentan terhadap penyakit ini adalah ibu rumah tangga dan anak.
Dikutip dari laman Kemkes, sifilis atau penyakit raja singa adalah Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan oleh bakteri. Penyakit ini dimulai sebagai luka yang tidak nyeri, biasanya pada alat kelamin, rektum atau mulut.
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
Penyakit ini jika dibiarkan akan menular kepada bayi yang baru dilahirkan dari ibu yang positif menderita sifilis. Dampaknya, anak tersebut akan lahir dengan HIV dan sepanjang hidupnya menyandang status HIV positif.
Untuk menekan angka penderita, anda perlu melakukan serangkaian skrining dan pengobatan penyakit sifilis. Berikut Liputan6.com ulas mengenai pengobatan penyakit sifilis beserta penyebab dan gejalanya yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Rabu (10/5/2023).
Pengobatan Penyakit Sifilis
Melansir dari laman Kemkes, pengobatan penyakit sifilis yang bisa dilakukan adalah dengan memberikan obat antibiotik penisilin. Dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan dan tes alergi sebelum pengobatan diberikan. Beberapa obat oral dapat diberikan bagi pasien yang alergi terhadap penisilin.
Meski begitu, obat tersebut tidak dapat memperbaiki kerusakan organ yang disebabkan oleh infeksi bakteri sifilis. Pengobatan akan lebih mudah dilakukan jika infeksi yang terjadi masih berada pada tahap awal dan belum menyebabkan kerusakan organ. Untuk jangka waktunya sendiri, efektivitas pengobatan penyakit sifilis ditentukan berdasarkan tahapan penyakit serta tanda dan gejala yang dialami.
Selain itu, ada juga obat antibiotik lainnya yang bisa digunakan sebagai alternatif jika penisilin tidak cocok oleh penderita penyakit sifilis. Obat antibiotik tersebut adalah sebagai berikut:
a. Doxycycline
Penggunaan obat antibiotik doxycycline ini dapat Anda konsumsi sebanyak 100 mg secara oral dua kali sehari selama 14 hari untuk sifilis tahap awal. Sedangkan, mereka yang berada di tahap sifilis laten harus mengonsumsi obat antibiotik jenis doxycycline selama 28 hari.
b. Tetracycline
Untuk obat antibiotik jenis tetracycline, pada penderita sifilis tahap awal dapat mengonsumsi sebanyak 50 mg secara oral setiap 6 jam sekali atau empat kali sehari selama 2 minggu. Sedangkan, sifilis yang sudah berada pada tahap laten dan seterusnya harus mengonsumsi antibiotik jenis ini hingga 30 hari atau 1 bulan penuh.
c. Ceftriaxone
Obat antibiotik ceftriaxone ini diberikan sebanyak 1 gram dan diberikan secara intravena, yaitu pemberian obat melalui injeksi atau infus ke otot atau pembuluh darah. Pemberian obat antibiotik jenis ini diberikan sekali sehari dengan rentang waktu 10 sampai 14 hari.
Selama pengobatan penyakit sifilis, pastikan untuk menghindari kontak seksual sampai semua luka di tubuh sembuh dan dokter telah mengijinkan Anda untuk melakukan hubungan seksual. Sebab, jika Anda tetap melakukan hubungan seksual selama perawatan, terdapat kemungkinan luka akan semakin lama sembuh atau pasangan Anda akan tertular penyakit sifilis.
Advertisement
Mengenal Penyakit Sifilis
Dikutip dari laman Kemkes, penyakit sifilis adalah infeksi menular seksual (IMS) yang disebabkan oleh bakteri treponema pallidum. Risiko infeksi ini dapat meningkat pada orang yang sering berganti-ganti pasangan seksual, pekerja seks, penggunaan jarum suntik yang telah terinfeksi penyakit sifilis, penularan dari ibu hamil kepada bayinya, serta tindakan tato yang tidak aman. Penyakit sifilis dalam dunia medis disebut juga penyakit raja singa.
Penyakit sifilis ini dimulai dengan luka yang tidaknyeri pada alat kelamin, rektum atau mulut rahim. Sifilis sendiri dapat menyebar dan menular dari orang ke orang melalui kontak kulit atau selaput lendir dengan luka tersebut. Jika dibiarkan, penyakit ini akan sangat merusak jantung, otak atau organ lain, dan dapat mengancam jiwa. Sifilis juga dapat ditularkan dari ibu ke anak yang belum lahir. Hal ini jika tidak mendapatkan penanganan dengan cepat, maka dapat menyebabkan kondisi janin tidak normal, bahkan kematian pada bayi. Oleh karena itu, kondisi ini perlu didiagnosis dan diobati sedini mungkin.
Penyebab Penyakit Sifilis
Seperti yang telah dijelaskan di atas, penyebab dari penyakit sifilis adalah treponema pallidum. Bentuk bakteri yang dapat menyebabkan penyakit sifilis adalah spiral dan sangat kecil, sehingga sulit terlihat dengan mata telanjang.
Bakteri ini setelah menginfeksi seseorang, dapat tetap tidak aktif di dalam tubuh selama beberapa dekade sebelum menjadi aktif kembali. Penularan penyakit sifilis dapat terjadi melalui hubungan seksual, termasuk melalui hubungan oral, anal, atau vaginal.Â
Menurut Kemenkes RI, penyebaran dari bakteri tersebut melalui kontak fisik dengan luka di tubuh penderita, lecet, ruam pada kulit, atau melalui selaput lendir, yaitu jaringan dalam mulut atau kelamin. Selain itu, penularan penyakit sifilis ini dapat terjadi dari ibu ke janin saat kehamilan atau persalinan.
Advertisement
Gejala Penyakit Sifilis
Menurut Kemenkes RI, gejala penyakit sifilis dapat dikenali berdasarkan fasenya. Sebab masing-masing fase memiliki perkembangan penyakit yang berbeda-beda. Berikut penjelasannya:
a. Sifilis Primer
Fase awal penyakit sifilis adalah sifilis primer. Gejala baru muncul biasanya dalam waktu 10-90 hari setelah terpapar bakteri. Gejalanya sendiri yakni luka kecil di kulit atau chancre yang biasanya terletak di sekitar kelamin.
Namun, luka ini juga dapat muncul di area mulut atau dubur dan terkadang tidak menimbulkan rasa sakit. Luka tersebut dapat menghilang dalam 3-6 minggu, tetapi jika tidak diobati, infeksi dapat berkembang ke tahap selanjutnya.
b. Sifilis Sekunder
Fase selanjutnya adalah sifilis sekunder. Beberapa minggu setelah luka menghilang, gejala sifilis sekunder akan berbentuk ruam di bagian tubuh mana pun, terutama di telapak tangan dan kaki. Ruam tersebut dapat disertai kutil pada area kelamin atau mulut, tetapi tidak menimbulkan rasa gatal. Selain timbul ruam, gejala pada tahap ini juga bisa disertai demam, lemas, nyeri otot, sakit tenggorokan, dan penurunan berat badan.
Ruam pada tahap sifilis sekunder akan menghilang meski tidak diobati, namun gejala dapat muncul kembali setelahnya. Tanpa pengobatan yang tepat, infeksi dapat berlanjut ke fase selanjutnya yakni fase laten atau tahap tersier.
c. Sifilis Laten
Pada fase ini, sifilis tetap ada di dalam tubuh dan masih bisa menular selama 12 bulan pertama, namun tidak menimbulkan gejala sifilis selama bertahun-tahun. Setelah 2 tahun, infeksi masih ada di dalam tubuh, tetapi tidak bisa menular kepada orang lain lagi. Namun, tanpa pengobatan yang tepat, infeksi ini dapat berkembang menjadi tahap tersier yang merupakan tahap sifilis paling berbahaya.
d. Sifilis Tersier
Infeksi pada fase ini dapat muncul antara 10-30 tahun setelah infeksi pertama. Pada fase tersier, gejala sifilis dapat merusak organ tubuh secara permanen seperti mata, otak, jantung, pembuluh darah, hati, tulang, dan sendi-sendi. Hal ini dapat berakibat fatal bagi penderita, seperti kebutaan, penyakit jantung, atau stroke.
e. Sifilis Kongenital
Fase terakhir adalah sifilis kongenital. Ibu hamil yang terkena sifilis dapat menyebarkan penyakit ini kepada anaknya, baik sejak dalam kandungan maupun saat persalinan. Sifilis kongenital ini dapat menimbulkan komplikasi serius seperti keguguran, kematian janin, atau kematian bayi beberapa saat setelah dilahirkan.
Bayi yang lahir dengan sifilis kongenital biasanya tidak menunjukkan gejala sifilis pada awalnya, namun beberapa bayi dapat mengalami ruam di bagian telapak tangan atau telapak kaki, serta pembengkakan kelenjar getah bening dan organ limpa.