8 Penyakit Serius yang Berawal dari Migrain, Waspadai

Jangan anggap sepele jika migrain sering kambuh.

oleh Nisa Mutia Sari diperbarui 27 Mei 2023, 02:20 WIB
Diterbitkan 27 Mei 2023, 02:20 WIB
Liputan 6 default 4
Ilustraasi foto Liputan 6

Liputan6.com, Jakarta Migrain merupakan sakit kepala yang terasa berdenyut dan biasanya terjadi di satu sisi kepala saja. Megrain merupakan penyakit saraf yang dapat menimbulkan gejala, seperti mual, muntah, serta sensitif terhadap cahaya atau suara.

Ada berbagai macam faktor penyebab migrain, baik genetik maupun lingkungan. Sedangkan untuk penangan penyakit ini bisa dilakukan sendiri dengan obar serta mengubah gaya hidup tidak baik. Walupun begitu, kamu tidak boleh meremehkan penyakit migrain, terlebih jika kamu sering migrain.

Migrain yang sering kambuh sering dikaitkan dengan peningkatan risiko terkena penyakit serius. Berikut delapan penyakit serius yang risikonya semakin meningkat jika kamu sering mengalami migrain yang telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Minggu (1/12/2019).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Depresi

Lip 6 default image
Gambar ilustrasi

Apabila kamu penderita migrain episodic atau migrain yang terjadi hanya sesekali, maka kamu memiliki risiko dua kali lipat depresi dibandingkan seseorang tanpa migrain. Dr. Lipton selaku professor dan wakil ketua Neurologi di Albert Einstein College of Medicine mengatakan bahwa pada penderita migrain kronis atau yang terjadi selama 15 hari atau lebih dalam sebulan akan meningkatkan risiko depresi.

Hal ini bisa terjadi karena gejala migrain yang sering kambuh dan stres berat yang memicu depresi ternyata sama-sama mengubah kadar serotonin otak. Untuk menghindari risiko ini, kamu bisa mengubah gaya hidup. Kelola stres dengan baik dan pastikan juga mengonsumsi makanan sehat, rajin berolahraga, dan cukup tidur malam.

Mempertahankan pola makan buruk, malas bergerak, dan kurang tidur dapat meningkatkan risiko migrain dan depresi.


Gangguan Kecemasan atau Gelisah

Liputan 6 default 2
Ilustraasi foto Liputan6

Penderita migrain kronis lebih cenderung memiliki gangguan kecemasan daripada depresi. Menurut American Migraine Foundation, sekitar setengah dari penderita migrain juga mengalami kecemasan.

Teshamae Monteith MD, selaku direktur program sakit kepala dan asisten professor neurologi klinis di Fakultas Kedokteran Miami Miller mengatakan bahwa penderita dengan gangguan kecemasan juga lebih cenderung akan migrain.

Kondisi ini bisa terjadi karena stres merupakan pemicu migrain maupun pemicu gangguan kecemasan pada seseorang. Oleh karena itu, penting untuk mengontrol stres dan kecemasan berlebihan.


Stroke

Penyakit Serius yang Berawal dari Migrain
Ilustrasi stroke (iStockphoto)

Beberapa penelitian telah menemukan hubungan antara stroke yang disebabkan oleh pembukan darah dengan migrain aura. Penderita yang sering migrain akan membuat trombosit darahnya menjadi aktif, sehingga memicu pembekuan darah.

Kondisi ini mengakibatkan risiko terkena stroke semakin tinggi. Terlebih jika migrain sering terjadi pada orang yang usianya lebih tua dan memiliki kebiasan merokok.

Sedangkan migrain disertai aura lebih sering terjadi pada wanita. Untuk menurunkan risikonya, kamu bisa mempertahankan tekanan darah agar normal, menjaga kadar kolesterol, dan berhenti merokok.


Epilepsi

Penyakit Serius yang Berawal dari Migrain
Epilepsi

Epilepsi merupakan gangguan kejang dan migrain dapat melibatkan gangguan sensorik. Kedua kondisi ini sering dipicu oleh hal yang sama, misalnya saja kurang tidur. Oleh karena itu, penderita migrain berisiko terkena epilepsi semakin meningkat.

Begitu juga sebaliknya, epilepsi akan membuat kamu mengalami migrain. Namun, risiko penyakit epilepsi karena sering migrain tetap lebih kecil dibandingkan dengan faktor keturunan.


Penyakit Jantung

Liputan 6 default 2
Ilustraasi foto Liputan6

Selain berisiko stroke yang lebih tinggi, baik pria maupun wanita dengan migrain juga memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit jantung. Sebuah studi juga menemukan bahwa penderita migrain lebih cenderung memiliki faktor risiko penyakit jantung, seperti tekanan darah tinggi dan diabetes.

Untuk menjaga kesehatan, penting untuk mengontrol berat badan, koleseterol, dan tekanan darah kamu.


Asma

Lip 6 default image
Gambar ilustrasi

Walaupun asma merupakan gangguan pernapasan dan migrain merupakan kondisi neurologis atau sistem saraf, keduanya memiliki kesamaan yaitu menyebabkan peradangan. Pada migrain, peradangan terjadi pada pembuluh darah di luar otak yang menyebabkan rasa sakit berdenyut-denyut di kepala.

Sedangkan penderita asama mengalami peradangan dan penyempitan pada saluran pernapasan sehingga membuatnya sulit bernapas lega. Hal inii menyebabkan penderitanya tidak mendapatkan cukup darah segar beroksigen yang dapat memunculkan gejala sakit kepala khas migrain.


Kelebihan Berat Badan

Penyakit Serius yang Berawal dari Migrain
Ilustrasi migrain / Sumber foto: unsplash.com/Carolina Heza.

Apabila kamu mengalami migrain, kelebuhan berat badan dapat memperburuknya. Sedangkan jika kamu tidak mengalami migrain, obesitas dapat memicunya juga. Layaknya penyakit asma, asma akibat migrain bisa dikarenakan oleh peradangan yang disebabkan oleh kelebihan berat badan.

Sebuah studi menemukan bahwa sekelompk orang gemuk dengan migrain yang menjalani operasi bariatric dan kehilangan rata-rata sekitar 66 pound melihat penurunan serangan yang menyakitkan ini.

Oleh harena itu, perhatikan makanan yang kamu konsumsi. Makanan tertentu seperti anggur merah, cokelat, dan daging olahan dapat meningkatkan risikonya.


Bell’s Palsy

Penyakit Serius yang Berawal dari Migrain
Bell's Palsy / Sumber: Wikimedia

Pada sebuah studi, mengungkapkan bahwa orang yang sering migrain akan dua kali lipat lebih mungkin berisiko Bell’s palsy. Bell’s palsy merupakan kelumpuhan pada otot-otot wajah.

Hal ini ada kaitannya antara migrain dengan Bell’s palsy bahwa perubahan pada pembuluh darah, peradangan, atau infeksi dari virus. Selain migrain, Bell’s palsy juga menunjukkan gejala seperti kelemahan pada satu sisi wajah, kesulitan membuat ekspresi, atau nyeri pada rahang dan bagian belakang telinga.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya