Peninggalan Masa Kejayaan Islam di Bidang Ilmu Pengetahuan, Filsafat, dan Kedokteran

Masa Kejayaan Islam mengacu pada periode dalam sejarah Islam antara abad ke-8 hingga abad ke-13, di mana peradaban Islam mengalami perkembangan pesat.

oleh Mabruri Pudyas Salim diperbarui 30 Mei 2023, 18:00 WIB
Diterbitkan 30 Mei 2023, 18:00 WIB
Ilustrasi Masa Kejayaan Islam
Ilustrasi Masa Kejayaan Islam./openclipart.org/GDJ

Liputan6.com, Jakarta Masa Kejayaan Islam mengacu pada periode dalam sejarah Islam antara abad ke-8 hingga abad ke-13. Pada masa itu Islam mengalami perkembangan yang begitu pesat, baik itu di bidang ekonomi, ilmu pengetahuan, seni, budaya, dan sebagainya. 

Menurut para ahli sejarah Masa Kejayaan Islam dimulai pada masa pemerintahan khalifah Abbasiyah Harun al-Rashid (786–809) yang ditandai dengan peresmian House of Wisdom (Rumah Kebijaksanaan), sebuah perpustakaan di Baghdad. Di tempat itu, segala cendekiawan dari berbagai latar belakan diberi mandat untuk mengumpulkan dan menerjemahkan semua literatur ilmu pengetahuan ke dalam bahasa Arab.

Masa Kejayaan Islam mulai mengalami kemunduran pada tahun 1258 ketika Baghdad Diserang oleh bangsa Mongol bangsa Mongol. Kemunduran tersebut berlanjut pada 1492 dengan selesainya Reconquista Kristen di Emirat Granada di Al-Andalus, Semenanjung Iberia.

Untuk lebih memahami apa yang terjadi selama Masa Kejayaan Islam, berikut penjelasan selengkapnya seperti yang telah dirangkum Liputan6.com, Selasa (31/5/2023).

Ilmu Pengetahuan Berkembang di Kota-kota Islam

Selama Masa Kejayaan Islam, kota-kota seperti Bagdad, Kairo, dan Córdoba menjadi pusat pendidikan, terutama untuk bidang ilmu sains, filsafat, kedokteran, dan pendidikan.

Bukan tanpa alasan mengapa kota-kota yang menjadi pusat peradaban Islam juga menjadi pusat ilmu pengetahuan. Sebab pada Masa Kejayaan Islam, pemerintah yang berkuasa sangat memprioritaskan para ulama, cendekiawan, dan ilmuwan. Cendekiawan dan penerjemah terkenal seperti Hunayn ibn Ishaq, bahkan memiliki gaji yang diperkirakan setara dengan gaji seorang selebritis.

Apalagi di bawah pemerintahan khalifah Abbasiyah Harun al-Rashid (786–809), telah diresmikan pula House of Wisdom. House of Wisdom adalah perpustakaan, lembaga penerjemahan, dan akademi.

Sejak saat itu, banyak perpustakaan dan pusat-pusat pendidikan yang berkembang pada Masa Kejayaan Islam, di antaranya Perpustakaan Alexandria dan Perpustakaan Kekaisaran Konstantinopel, yang menyimpan karya sastra baru.

Peninggalan di Bidang Sastra

Abu Nawas. ©1956 Hamid
Abu Nawas. ©1956 Hamid

Perkembangnya ilmu pengetahun di Masa Kejayaan Islam tentu saja menghasilkan peninggalan di berbagai bidang ilmu pengetahuan, termasuk sastra dan filsafat. Perkembangan sastra di Masa Kejayaan Islam tidak lepas dari penggunaan kertas yang menyebar dari Tiongkok ke wilayah-wilayang yang dikuasai kekhalifahan Islam.

Salah satu karya sastra paling terkenal di dunia Islam adalah Kitab Seribu Satu Malam, yang terbentuk pada abad ke-10 dan mencapai bentuk akhirnya pada abad ke-14, meskipun jumlah dan jenis dongengnya berbeda-beda.

Tidak hanya itu, Masa Kejayaan Islam juga memiliki peran penting dalam menyelamatkan ilmu pengetahuan klasik dari zaman kuno. Selama periode Umayyah dan Abbasiyah banyak cendekiawan yang menerjemahkan karya-karya filsuf Yunani ke bahasa Syria dan kemudian ke bahasa Arab.

Kemudian selama abad ke-4 hingga ke-7, karya ilmiah dalam bahasa Syria dan Yunani baru dimulai atau diteruskan dari periode Helenistik. Banyak karya klasik kuno mungkin akan hilang jika para sarjana Arab tidak menerjemahkannya ke dalam bahasa Arab dan Persia dan kemudian ke dalam bahasa Turki, Ibrani, dan Latin.

Cendekiawan Islam juga menyerap ide-ide dari Cina dan India, dan pada gilirannya literatur filosofis Arab berkontribusi pada perkembangan filsafat Eropa modern.

Peninggalan Bidang Filsafat di Masa Kejayaan Islam

Ilustrasi Pemikiran Filsafat
Ilustrasi Pemikiran Filsafat (morhamedufmg/Pixabay)

Sebagian orang mungkin ada yang masih berpikir bahwa filsafat sering bertentangan dengan agama. Namun ada seorang filsuf muslim yang berpendapat bahwa tidak ada pertentangan antara filsafat dengan agama. Tokoh tersebut adalah Ibnu Rusyd.Dia  adalah seorang ahli filsafat Aristotelian, filsafat Islam, teologi Islam, hukum Maliki dan yurisprudensi, logika, psikologi , politik, teori musik klasik Andalusia, kedokteran, astronomi, geografi, matematika, fisika, dan mekanika langit. Di Eropa, dia lebih dikenal dengan nama latinnya yakni, Averroës. Ibnu Rusyd lahir di Córdoba, Al-Andalus, Spanyol saat ini, dan meninggal di Marrakesh, Maroko saat ini.

Ibnu Rusyd adalah pendukung ajaran filsafat Aristoteles (Aristotelianisme). Ia berusaha mengembalikan filsafat dunia Islam ke ajaran Aristoteles yang asli. Ia mengkritik corak Neoplatonisme yang terdapat pada filsafat pemikir-pemikir Islam sebelumnya seperti Al-Farabi dan Ibnu Sina, yang ia anggap menyimpang dari filsafat Aristoteles. Ia membela kegiatan berfilsafat dari kritik yang dilancarkan para ulama Asy'ariyah seperti Al-Ghazali.

Ibnu Rusyd berpendapat bahwa dalam agama Islam berfilsafat hukumnya boleh, bahkan bisa jadi wajib untuk kalangan tertentu. Dia mencoba mendamaikan sistem pemikiran Aristoteles dengan Islam. Menurutnya, tidak ada konflik antara agama dan filsafat; melainkan mereka adalah cara yang berbeda untuk mencapai kebenaran yang sama.

Pengaruh Ibnu Rusyd ke dunia Barat jauh lebih besar dibanding dunia Islam. Ibnu Rusyd menulis banyak tafsir terhadap karya-karya Aristoteles, yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Ibrani dan bahasa Latin dan beredar di Eropa. Terjemahan karya-karya Ibnu Rusyd memicu para pemikir Eropa Barat untuk kembali mengkaji karya-karya Aristoteles dan pemikir Yunani lainnya, setelah lama diabaikan sejak jatuhnya kekaisaran Romawi.

Peninggalan Masa Kejayaan Islam di Bidang Sains dan Matematika

[Bintang] Penemu Aljabar
Muhammad ibn Musa al-Khawarizmi | Sumber Foto: thoughtco.com

Tidak hanya di bidang sastra dan filsafat saja, Masa Kejayaan Islam juga memiliki peninggalan di bidang matematika dan sains, yang sampai sekarang masih dipelajari. Peninggalan ini tidak lepas dari kebiasaan bangsa Arab yang selalu mengasimilasi pengetahuan ilmiah dari peradaban yang telah mereka taklukkan, termasuk peradaban Yunani kuno, Romawi, Persia, Cina, India, Mesir, dan Fenisia.

Dari situ, para cendekiawan Islam bisa memiliki pengetahuan di bidang matematika, geometri, dan astronomi. Di bidang matematika, mungkin kita sudah tidak asing lagi dengan istilah aljabar. Itu adalah hasil dari pemikiran seorang cendekiawan muslim asal Persia bernama Muhammad ibn Musa Al-Khawarizmi.

Istilah "algoritma" juga berasal dari nama al-Khawarizmi, yang juga berperan dalam memperkenalkan angka Arab dan sistem angka Hindu-Arab di luar anak benua India.

Dalam kalkulus, cendekiawan Alhazen menemukan rumus penjumlahan untuk pangkat empat, menggunakan metode yang mudah digeneralisasikan untuk menentukan jumlah pangkat integral apa pun. Dia menggunakan ini untuk menemukan volume paraboloid.

Peninggalan Masa Kejayaan Islam di Bidang Kedokteran

Konsultasi ke Dokter
Ilustrasi konsultasi ke dokter. (Sumber foto: Pexels.com)

Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan di Masa Kejayaan Islam, juga mendorong perkembangan di bidang kedokteran. Kedokteran adalah bagian sentral dari budaya Islam di abad pertengahan.

Pada masa itu, dokter dan cendekiawan Islam mengembangkan literatur medis yang besar dan kompleks. Literatur tersebut mengeksplorasi dan mensintesis teori dan praktik kedokteran.

Kedokteran Islam dibangun di atas tradisi, terutama pengetahuan teoretis dan praktis yang dikembangkan di India, Yunani, Persia, dan Roma. Cendekiawan Islam menerjemahkan tulisan-tulisan mereka dari bahasa Syria, Yunani, dan Sansekerta ke dalam bahasa Arab dan kemudian menghasilkan pengetahuan medis baru berdasarkan teks-teks tersebut.

Untuk membuat tradisi Yunani lebih mudah diakses, dipahami, dan dapat diajarkan, para sarjana Islam menyusun pengetahuan medis Yunani-Romawi ke dalam ensiklopedia.

Peninggalan Masa Kejayaan Islam di Bidang Seni dan Arsitektur

Serius, Peserta MTQ Tangsel Bersaing Bikin Kaligrafi Alquran
Peserta membuat kaligrafi kategori mushaf Alquran pada lomba MTQ Tingkat Kota Tangerang Selatan, Banten, Selasa (18/9). Nantinya, para juara MTQ Tingkat Kota Tangerang Selatan dibina agar dapat berprestasi di tingkat nasional. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Keramik, kaca, logam, tekstil, iluminasi, dan kerajinan kayu berkembang pesat selama Masa Kejayaan Islam. Iluminasi menjadi seni yang penting pada masa itu. Seni kaligrafi juga menjadi aspek penting dari tulisan Arab, yang dikembangkan dalam manuskrip dan dekorasi arsitektur.

Meski tidak selalu, ciri khas seni pada Masa Kejayaan Islam menggambarkan pola alam dan kaligrafi Arab, bukan figur, karena banyak Muslim takut bahwa penggambaran bentuk manusia adalah penyembahan berhala dan dengan demikian merupakan dosa terhadap Tuhan, yang dilarang dalam Al-Qur'an.

Ada unsur-unsur yang berulang dalam seni rupa Islam, seperti penggunaan desain bunga atau tumbuhan geometris dalam pengulangan yang dikenal dengan istilah arabesque. Arabesque dalam seni Islam sering digunakan untuk melambangkan sifat Tuhan yang transenden, tak terpisahkan, dan tak terbatas.

Di bidang arsitektur, Masa Kejayaan Islam meninggalkan bangunan yang sangat menarik dalam bentuk masjid, makam, istana, dan benteng. Sebagian besar arsitektur pada Masa Kejayaan Islam terinspirasi oleh arsitektur Persia dan Bizantium.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya