Liputan6.com, Jakarta Biografi Abu Bakar As Siddiq menjadi salah satu bacaan yang banyak dicari. Abu Bakar As Siddiq merupakan sahabat Rasulullah yang cukup terkenal dan menjadi salah satu orang pertama yang masuk Islam. Kedekatan Rasulullah dan Abu Bakar As Siddiq juga diceritakan dalam surat At-Taubah ayat 40. Dalam surat tersebut diceritakan kejadian saat Rasul dan Abu Bakar As Siddiq ketika bersembunyi dari kejaran kaum kafir Quraisy di Gua Hira.
اِلَّا تَنْصُرُوْهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللّٰهُ اِذْ اَخْرَجَهُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا ثَانِيَ اثْنَيْنِ اِذْ هُمَا فِى الْغَارِ اِذْ يَقُوْلُ لِصَاحِبِهٖ لَا تَحْزَنْ اِنَّ اللّٰهَ مَعَنَاۚ فَاَنْزَلَ اللّٰهُ سَكِيْنَتَهٗ عَلَيْهِ وَاَيَّدَهٗ بِجُنُوْدٍ لَّمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِيْنَ كَفَرُوا السُّفْلٰىۗ وَكَلِمَةُ اللّٰهِ هِيَ الْعُلْيَاۗ وَاللّٰهُ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ
Artinya: Jika kamu tidak menolongnya (Muhammad), sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir mengusirnya (dari Mekah); sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, ketika itu dia berkata kepada sahabatnya, “Jangan engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.” Maka Allah menurunkan ketenangan kepadanya (Muhammad) dan membantu dengan bala tentara (malaikat-malaikat) yang tidak terlihat olehmu, dan Dia menjadikan seruan orang-orang kafir itu rendah. Dan firman Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa, Mahabijaksana.
Advertisement
Selain sebagai seorang sahabat, biografi Abu Bakar As Siddiq juga menceritakan hubungannya dengan Rasul sebagai mertua. Abu Bakar As Siddiq merupakan ayah dari Aisyah yang dikisahkan dinikahi Rasulullah saat berusia 7 tahun. Abu Bakar juga merupakan khalifah atau pemimpin pertama setelah wafatnya Rasulullah SAW. berikut biografi Abu Bakar As Siddiq yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Jumat (2/6/2023).
Abu Bakar As Siddiq
Nama asli Abu Bakar As Shiddiq adalah Abdullah bin ‘Utsman bin ‘Amir bin ‘Amr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taiym bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay Al Qurasyi At Taimi. Ia lahir pada tahun 573 Masehi dan meninggal dunia pada tanggal 23 Agustus 634 Masehi. Abu Bakar merupakan sahabat dan penasihat terdekat Nabi Muhammad SAW serta berasal dari keluarga kaya Bani Taim dalam suku Quraisy. Nasab Abu Bakar Ash-Shiddiq bertemu dengan nasab Nabi Muhammad pada kakek keenam, yaitu Murrah bin Ka’ab.
Abu bakar diberi gelar Ash-Shiddiq karena kepercayaan dan keyakinannya yang selalu membenarkan dan mempercayai Nabi Muhammad SAW. Umat Islam sepakat pemberian gelar Ash-Shiddiq kepada Abu Bakar merupakan bentuk penghargaan atas kesetiaannya tersebut. Selain membenarkan dan mempercayai Rasulullah, Abu Bakar juga tidak pernah ragu-ragu dan selalu komitmen terhadap kebenaran dan kejujuran.
Kepercayaannya kepada Rasulullah menjadikan Abu Bakar sebagai orang pertama yang masuk Islam. Ia juga merupakan salah satu tokoh Islam yang memberikan kontribusi besar dalam penyebaran agama Islam. Kedekatannya dan kesetiaannya kepada Muhammad sangat melekat pada diri Abu Bakar. Salah satu contohnya adalah saat ia mendampingi Muhammad dalam hijrah ke Madinah dan kepatuhannya dalam menerima keputusan Muhammad dalam Perjanjian Hudaibiyah, meskipun saat itu banyak sahabat Nabi yang tidak setuju dengan perjanjian tersebut karena dianggap tidak adil.
Kepercayaan Abu Bakar pada Rasulullah diceritakan dalam QS Az Zumar ayat 33
وَالَّذِي جَاء بِالصِّدْقِ وَصَدَّقَ بِهِ أُوْلَئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ
Artinya: Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan yang membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertakwa, (QS.Az Zumar:33).
Advertisement
Gelar Al-Atiq
Selain gelar Ash-Shiddiq, Abu Bakar juga dijuluki dengan al-Atiq. Terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai alasan di balik julukan ini. Ada yang mengatakan bahwa julukan ini diberikan karena Abu Bakar memiliki wajah yang tampan dan menawan. Pendapat ini disampaikan oleh Laits bin Sa’ad, Ahmad bin Hambal, Ibnu Mu’in, dan lain-lain. Ada juga yang berpendapat bahwa julukan tersebut diberikan karena Abu Bakar merupakan orang yang selalu berada di barisan terdepan dalam melakukan kebaikan. Pendapat ini disampaikan oleh Abu Nu’aim al-Fahdl bin Dukain.
Versi lain menyebutkan bahwa Abu Bakar dijuluki al-Atiq karena ia dilahirkan dari garis keturunan yang suci, karena garis keturunannya terhindar dari perbuatan zina. Ada juga yang berpendapat bahwa julukan tersebut diberikan karena Abu Bakar telah mendapatkan jaminan kebebasan dari siksa neraka.
Penyebutan julukan ini juga terdapat dalam beberapa hadis, salah satunya adalah hadis Aisyah yang menyatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda,
والله إني لفي بيتي ذات يوم ورسول الله -صلى الله عليه وسلم- وأصحابه في الفناء والستر بيني وبينهم إذ أقبل أبو بكر، فقال النبي صلى الله عليه وسلم: "من سره أن ينظر إلى عتيق من النار فلينظر إلى أبي بكر
Artinya: Demi Allah, sesungguhnya aku sedang berada di rumahku pada suatu hari, sementara Rasulullah saw dan beberapa sahabat berada di halaman. Di antara aku dan mereka tertutup oleh pembatas. Tiba-tiba datang Abu Bakar, lalu Nabi bersabda, ‘Siapa yang senang melihat orang yang terbebas (‘atiq) dari api neraka, maka lihatlah Abu Bakar. (HR Al-Hakim).
Abu Bakar Diangkat Menjadi Khalifah
Abu Bakar ditunjuk oleh Rasulullah untuk menggantikannya menjadi imam sholat selama Nabi Muhammad sakit. Setelah Rasulullah meninggal dunia, dilakukan musyawarah di kalangan para pemuka kaum Anshar dan Muhajirin di Tsaqifah Bani Saidah yang terletak di Madinah, yang akhirnya menghasilkan penunjukan Abu Bakar sebagai pemimpin baru umat Islam atau khalifah Islam pada tahun 632 M. Dari musyawarah tersebut disepakati bahwa Abu Bakar ditunjuk sebagai Khalifah atau pemimpin umat Islam yang meneruskan tugas Rasulullah menyebarkan agama Islam.
Masa kekhalifahan Abu Bakar Ash-Shiddiq RA berlangsung selama 2 tahun 3 bulan. Abu Bakar memimpin pada periode 632-634 M. Saat terpilih Abu Bakar menggunakan istilah Khalifah ar-Rasul yang artinya adalah pemimpin pengganti Rasulullah SAW.
Pada masa kepemimpinan Abu Bakar As Siddiq banyak bermunculan konspirasi nabi palsu. Propaganda tersebut menyebabkan Perang Yamamah dan melibatkan pasukan Musailamah dan pasukan muslim. Perang tersebut akhirnya dimenangkan oleh kaum muslimin, meskipun hal ini mengakibatkan banyak penghafal Al-Qur'an yang wafat.
Gugurnya para penghafal Al-Quran di medan perang menyebabkan umat muslim merasa khawatir. Jika penghafal Al-Qur’an terus berguguran, maka kemungkinan besar tidak akan ada lagi penghafal Al-Qur’an di dunia ini. Umar bin Khatab akhirnya menyarankan Abu Bakar untuk membukukan Al-Qur'an. Awalnya Abu Bakar tidak setuju karena Rasulullah tidak pernah membukukannya. Namun setelah dijelaskan Umar, akhirnya Abu Bakar bersedia mengikuti nasihat tersebut.
Pengumpulan mushaf Al-Qur’an dipimpin oleh Zaid bin Tsabit dan setelah itu diserahkan kepada Abu Bakar. Setelah Abu Bakar meninggal, mushaf tersebut disimpan oleh Hafsah binti Umar yang merupakan istri Rasulullah.
Advertisement