Memahami Fungsi Anus dan Alur Sistem Pencernaan, Begini Anatominya

Fungsi anus penting karena apabila terjadi masalah, proses perubahan makanan menjadi energi yang dibutuhkan tubuh juga akan terganggu.

oleh Fitriyani Puspa Samodra diperbarui 26 Jun 2023, 12:20 WIB
Diterbitkan 26 Jun 2023, 12:20 WIB
Manfaat Kacang Polong
Menyehatkan Sistem Pencernaan / Sumber: iStockphoto

Liputan6.com, Jakarta Sistem pencernaan adalah bagian penting dalam tubuh yang bertugas mengubah berbagai nutrisi dari makanan menjadi energi. Anus merupakan ujung terakhir dari saluran pencernaan. Fungsi anus penting karena apabila terjadi masalah, proses perubahan makanan menjadi energi yang dibutuhkan tubuh juga akan terganggu.

Mengenal alur pencernaan dan fungsi anus dapat membantu seseorang untuk menjaga kesehatan sistem pencernaannya. Melalui anus, sisa-sisa makanan yang tidak tercerna dan bahan buangan lainnya dikeluarkan dari tubuh melalui tinja. Memahami fungsi anus membantu memberikan pemahaman bagaimana tubuh mengatur dan mengelola proses ini.

Memahami bagaimana fungsi anus bekerja juga dapat membantu seseorang menjaga kebersihan diri. Berikut ulasan tentang fungsi anus yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Senin (26/6/2023).

Cara Kerja Anus

Kombinasi Makanan Ini Bisa Ganggu Sistem Pencernaan Anda
Kombinasi Makanan Ini Bisa Ganggu Sistem Pencernaan Anda

Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, anus adalah bagian dari sistem pencernaan yang berfungsi sebagai saluran pembuangan. Fungsi  anus yang utama adalah untuk melepaskan limbah atau sisa pencernaan yang tidak diperlukan oleh tubuh.

Proses pencernaan dimulai di mulut dan berlanjut melalui saluran pencernaan, termasuk kerongkongan, lambung, usus halus, dan usus besar. Ketika makanan sampai di usus besar, sebagian besar sisa pencernaan dan air diserap kembali oleh tubuh, sehingga membentuk tinja yang padat. Tinja kemudian dipindahkan ke rektum, yang merupakan bagian terakhir dari saluran pencernaan sebelum anus.

Ketika rektum terisi dengan tinja yang cukup, saraf-saraf di sekitar anus memberi sinyal ke otak bahwa ada kebutuhan untuk buang air besar. Pada saat yang tepat, otot-otot di sekitar anus akan rileks, sedangkan otot-otot di sekitar rektum akan berkontraksi, mendorong tinja ke arah anus. Proses ini dikenal sebagai refleks defekasi.

Anus memiliki beberapa fitur anatomi yang membantu dalam fungsi pengeluaran ini. Pertama, ada dua sfingter di sekitar anus, yaitu sfingter internal dan sfingter eksternal. Sfingter internal adalah otot polos yang tidak bisa kita kendalikan dengan sadar, sedangkan sfingter eksternal adalah otot yang bisa dikendalikan secara sukarela.

Sfingter internal secara otomatis terbuka saat ada dorongan buang air besar, sedangkan sfingter eksternal bisa dikendalikan. Ini memungkinkan seseorang untuk menunda atau mengontrol proses pengeluaran tinja sampai benar-benar siap dan nyaman.

Anus juga memiliki sejumlah kelenjar yang menghasilkan lendir untuk melumasi dan melindungi saluran keluar. Lendir ini membantu tinja untuk melewati anus dengan lebih mudah dan mengurangi gesekan atau iritasi yang mungkin terjadi.

Anatomi Anus

Lambung
Ilustrasi sistem pencernaan. (Sumber: Wikimedia Commons)

Mempelajari anatomi anus menjadi salah satu bagian dari memahami fungsi anus, termasuk berbagai proses yang terjadi. Mengetahui bagian-bagian anus juga dapat mempermudah proses mendeteksi gejala atau masalah yang terkait dengan anus, seperti wasir, fisura ani, atau kondisi medis lainnya yang dapat mempengaruhi kesehatan saluran pencernaan. 

Saluran anus membentang dari rektum hingga ujung terluar anus dengan panjang sekitar 3,5-5 cm. Dalam saluran ini terdapat beberapa bagian yang dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Sfingter Anus Internal

Sfingter anus internal adalah otot polos yang mengelilingi 2/3 bagian atas saluran anus. Otot ini berfungsi sebagai katup yang membantu mengendalikan keluarnya tinja. Sfingter anus internal bekerja secara otomatis dan tidak dapat dikendalikan secara sadar.

2. Sfingter Anus Eksternal

Sfingter anus eksternal terletak di sekitar 2/3 bagian bawah anus dan tumpang tindih dengan sfingter internal. Sfingter ini terdiri dari otot rangka dan dapat dikendalikan secara sadar. Sfingter anus eksternal membantu dalam mengatur keluarnya tinja dan memungkinkan kita untuk menahan buang air besar jika diperlukan.

3. Kulit Anus

Sebagian besar bagian luar anus dilapisi oleh lapisan kulit yang menyambung dengan kulit bagian luar anus. Kulit ini terasa lebih sensitif daripada kulit di area lain tubuh. Sementara itu, sebagian anus juga tersusun dari usus besar.  

4. Pembuluh Darah dan Saraf

Anus memiliki jaringan pembuluh darah dan saraf yang berperan dalam memberikan pasokan darah dan inervasi ke area tersebut. Terdapat jaringan kapiler dan saraf di sekitar anus yang membantu dalam mendeteksi rasa sakit, tekanan, dan sensasi lainnya.

5. Kelenjar Anus

Terdapat kelenjar-kelenjar di sekitar anus yang menghasilkan lendir. Lendir ini membantu melumasi saluran anus dan memfasilitasi keluarnya tinja dengan lebih mudah.

Gangguan yang Dapat Terjadi di Anus

Ilustrasi sistem pencernaan | Wikimedia Commons
Ilustrasi sistem pencernaan | Wikimedia Commons

Ada beberapa gangguan kesehatan yang mungkin terjadi di anus. Jika mengalami gejala atau masalah yang berkaitan dengan anus, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter untuk diagnosis dan pengobatan yang tepat. Berikut adalah beberapa gangguan kesehatan yang dapat terjadi di anus.

1. Wasir

Wasir terjadi ketika pembuluh darah di sekitar anus atau rektum membengkak dan meradang. Hal ini dapat disebabkan oleh tekanan berlebih pada pembuluh darah, seperti sembelit, kehamilan, atau peningkatan tekanan intra-abdominal. Wasir dapat menyebabkan rasa nyeri, gatal, perdarahan saat buang air besar, dan pembengkakan di sekitar anus.

2. Fisura Ani

Fisura ani adalah luka atau retakan pada kulit di sekitar anus. Fisura ani biasanya terjadi karena tekanan berlebihan pada anus, seperti sembelit yang berkepanjangan atau mengalami tinja yang keras. Fisura ani dapat menyebabkan rasa nyeri saat buang air besar, perdarahan, dan kram di sekitar anus.

3. Abses Anorektal

Abses anorektal adalah infeksi bakteri yang terjadi di dalam atau di sekitar anus. Abses ini biasanya berkembang akibat penyumbatan pada kelenjar yang menghasilkan lendir di sekitar anus. Gejala yang umum termasuk nyeri hebat, kemerahan, pembengkakan, dan demam.

4. Fistula Anorektal

Fistula anorektal adalah saluran yang terbentuk secara abnormal antara saluran anus dan kulit di sekitarnya. Fistula ini dapat berkembang akibat abses yang pecah atau infeksi kronis. Gejala meliputi keluarnya cairan atau nanah dari lubang di dekat anus, nyeri, dan pembengkakan.

5. Kanker Anus

Kanker anus adalah pertumbuhan sel-sel ganas di dalam atau di sekitar anus. Kanker ini dapat terkait dengan infeksi virus papiloma manusia (HPV) dan dapat menimbulkan gejala seperti perdarahan rektal, nyeri atau ketidaknyamanan di sekitar anus, gatal, perubahan pada tinja, dan penurunan berat badan yang tidak dijelaskan.

6. Infeksi Jamur (Kandidiasis)

Infeksi jamur di area anus dapat terjadi, terutama pada individu dengan kekebalan tubuh yang lemah. Infeksi ini dapat menyebabkan gatal, kemerahan, sensasi terbakar, dan ruam di sekitar anus.

7. Proktitis

Proktitis adalah peradangan yang terjadi di rektum dan anus. Hal ini dapat disebabkan oleh infeksi, penyakit radang usus, atau efek samping dari radioterapi. Gejalanya termasuk nyeri, diare, perdarahan, dan ketidaknyamanan di area anus.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya