Canting adalah Alat Membatik, Pahami Jenis, Kegunaan, dan Prosesnya

Canting adalah salah satu alat yang digunakan untuk membuat kain batik, terutama batik tulis.

oleh Mabruri Pudyas Salim diperbarui 11 Jul 2023, 10:20 WIB
Diterbitkan 11 Jul 2023, 10:20 WIB
Angkat Kearifan Lokal, Batik Khas Tangsel Suguhkan Motif Budaya
Peserta workshop sedang mencanting batik tulis khas Tangsel di Datik Batik, Pamulang, Tangerang Selatan, Kamis (25/10). Motif batik mengambil kearifan lokal Tangsel seperti Anggrek dan Rumah Belandongan. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Liputan6.com, Jakarta Canting adalah salah satu alat yang digunakan untuk membuat kain batik, terutama batik tulis. Perlu diketahui bahwa kain batik dibuat melalui proses yang sangat unik, yakni dengan menorehkan malam ke permukaan kain agar dapat menghasilkan motif yang diinginkan.

Canting adalah alat yang digunakan untuk menorehkan malam di permukaan kain, agar dalam proses pewarnaan, bagian yang terkena malam tersebut tidak terkena cairan pewarna. Sehingga ketika dibersihkan, bagian kain yang ditorehkan malam dengan canting akan tetap berwarna putih.

Canting adalah alat untuk membatik yang terbuat dari kombinasi bahan kayu dan logam. Pada bagian yang berbahan kayu adalah tempat untuk memegang canting, dan bagian yang terbuat dari logam adalam bagian untuk menampung malam dan tempat keluarnya malam.

Untuk memahami apa itu canting dalam proses membuat batik lebih dalam, berikut penjelasan selengkapnya seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Selasa (11/7/2023).

Apa itu canting?

Canting adalah sebuah alat yang digunakan untuk memindahkan atau mengambil malam yang digunakan dalam pembuatan batik tulis. Canting adalah alat kecil yang terbuat dari tembaga dengan pegangan bambu atau kayu.

Fungsi canting adalah untuk menuliskan pola batik menggunakan cairan malam. Canting umumnya terbuat dari tembaga dengan pegangan bambu, namun sekarang bahan teflon mulai digunakan sebagai bahan untuk membuat canting.

Desain canting terdiri dari beberapa bagian, antara lain:

  1. Nyamplung: tempat menyimpan cairan malam yang terbuat dari tembaga.
  2. Cucuk: tempat keluarnya cairan malam panas saat menulis batik, bagian ini terhubung dengan nyamplung.
  3. Gagang: pegangan canting yang biasanya terbuat dari bambu atau kayu.

Jenis-Jenis Canting

FOTO: Mengintip Proses Pembuatan Batik di Banda Aceh
Seorang pekerja menggunakan canting untuk membuat desain batik pada kain di sebuah bengkel di Banda Aceh, Aceh, Rabu (13/10/2021). Motif batik Aceh yang terkenal di antaranya adalah motif pintu Aceh, bunga jeumpa, tolak angin, rencong, gayo, dan pucok reubong. (Chaideer MAHYUDDIN/AFP)

Ukuran canting dapat bervariasi sesuai dengan ukuran gambar batik yang akan dibuat. Selain ukurannya, canting adalah alat yang digunakan untuk membanti yang dapat dibedakan berdasarkan kegunaannya. Dengan kata lain, ada banyak sekali jenis-jenis canting jumlah cucuk dan kegunaannya.

Berdasarkan kegunaan atau fungsinya, canting dapat dibedakan menjadi dua, yakni canting rengrengan dan canting isen.

Canting rengrengan adalah jenis canting ini digunakan untuk membatik desain utama pada kain batik. Sedangkan canting isen adalah jenis canting ini digunakan khusus untuk membuat isen-isen, yaitu pola kecil yang digunakan sebagai hiasan tambahan pada batik.

Dengan kata lain, canting rengrengan adalah jenis canting yang digunakan untuk membuat sketsa atau pola awal sebuah motif batik. Sedangkan canting isen adalah canting yang digunakan untuk membuat motif-motif yang lebih detail.

Sedangkan berdasarkan jumlah cucuk atau tempat keluarnya malam, canting adalah alat untuk membatik yang dapat dibedakan menjadi beberapa jenis antara lain sebagai berikut:

  1. Canting Cecekan: Canting ini memiliki satu cucuk.
  2. Canting Laron/Loron: Canting ini memiliki dua cucuk.
  3. Canting Telon: Canting ini memiliki tiga cucuk yang membentuk segitiga sama kaki.
  4. Canting Prapatan: Canting ini memiliki empat cucuk yang membentuk persegi.
  5. Canting Liman: Canting ini memiliki lima cucuk yang membentuk persegi dengan titik kelima di tengahnya.
  6. Canting Byok: Canting ini memiliki jumlah cucuk ganjil (lebih dari tujuh).
  7. Canting Renteng/Galaran: Canting ini memiliki empat atau enam cucuk yang membentuk garis lurus.

Cara Membantik dengan Canting

Melihat Proses Pembuatan Kain Batik Tradisional
Seorang pekerja menggunakan alat yang disebut 'canting' untuk mengoleskan lilin panas ke kain batik saat proses pembuatan di Sidoarjo, Jawa Timur, Sabtu (1/10/2022). Indonesia akan memperingati Hari Batik Nasional pada 2 Oktober. (JUNI KRISWANTO/AFP)

Saat digunakan, pengrajin memegang canting seperti memegang pena, mengisi nyamplung dengan cairan malam dari wajan yang digunakan untuk memanaskan malam tersebut. Pengrajin kemudian meniup cairan malam panas dalam nyamplung untuk menurunkan suhunya sedikit, lalu melukiskan malam yang keluar dari cucuk tersebut di atas gambar motif batik yang telah diawali dengan pensil.

Berikut adalah langkah-langkah atau cara membantik dengan canting:

Berikut adalah langkah-langkah atau cara melakukan pembatikan menggunakan canting:

1. Mempersiapkan Malam

Malam memiliki berbagai jenis dan kualitas yang dapat dipilih. Campuran malam yang digunakan dapat memengaruhi kemampuan penyerapannya pada kain dan kemudahan penghilangan malam (melorod). Biasanya, malam yang tersedia di pasaran sudah dicampur dengan bahan-bahan tertentu untuk mempermudah proses pembatikan.

2. Mempersiapkan Alat

Untuk menghasilkan kain batik yang baik, perlu memperhatikan beberapa hal dalam persiapan alat. Adapun alat-alat yang diperlukan dalam proses membatik dengan canting adalah sebagai berikut:

  1. Kompor dan wajan: Kompor dan wajan digunakan untuk memanaskan malam agar mencair.
  2. Gawangan: Gawangan adalah alat untuk merentangkan kain, jika kain yang akan dibatik memiliki ukuran yang besar.
  3. Dingklik: Dingklik adalah tempat duduk kecil yang digunakan pengrajin batik agar tetap merasa nyaman selama proses membatik.
  4. Celemek: Celemek digunakan sebagai pelindung dari tetesan lilin/malam.
  5. Canting: Siapkan canting dalam berbagai ukuran dengan kondisi baik dan bersih.

3. Torehkan Malam

Setelah semua peralatan batik siap, proses pencantingan dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

  1. Mencanting Kerangka: Tahap ini melibatkan pembuatan garis-garis luar pola motif. Dalam pembatikan, langkah ini sering disebut sebagai membatik kosongan atau klowongan. Alat yang digunakan adalah canting klowong.
  2. Ngisen-iseni: Langkah ini melibatkan pengisian bagian dalam pola motif menggunakan canting cucuk kecil atau canting isen. Pemilihan canting yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan, misalnya canting cecekan jika hasilnya ingin disebut cecekan. Batik yang sudah lengkap dengan pengisian disebut reng-rengan.
  3. Nerusi: Tahap ini melibatkan pembatikan mengikuti motif batik pertama pada bekas tembusannya. Nerusi bertujuan untuk memperkuat batik pertama dan memperjelas pola motifnya. Pengerjaan dari tahap awal hingga tahap nerusi disebut greng.
  4. Nembok: Tahap ini melibatkan pembuatan bagian tertentu dalam pola motif yang akan tetap berwarna putih, seperti dasar kain mori. Caranya adalah dengan melapisi malam pada permukaan tersebut menggunakan canting tembokan. Hasil dari tahap ini disebut tembokan.

Proses Pewarnaan Kain Batik

Dongkrak Pelaku UMKM Melalui Batik Tulis Trenggalek
Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Trenggalek Jawa Timur mencanting kain batik tulis khas Trenggalek, pada pagelaran "Merayu Trenghalek Fashion Day 2022", di Museum Tekstil, Jakarta, Jumat (20/5/2021). Kegiatan tersebut merupakan upaya memperkenalkan pesona Trenggalek sebagai lokal wisata domestik Jawa Timur sekaligus mendongkrak UMKM pasca pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Ciri utama kain batik terletak pada proses pewarnaannya. Setiap lembaran kain batik memiliki berbagai warna yang membentuk motif dan corak yang khas. Teknik pewarnaan ini menjadi keunggulan kain batik dibandingkan dengan jenis kain lainnya. Makna dan keindahan dalam kain batik sangat bergantung pada proses pewarnaannya. Untuk menciptakan variasi pewarnaan yang beragam, dilakukan proses pemberian lilin dan pewarnaan secara berkesinambungan. Ada dua teknik pewarnaan yang umum digunakan dalam batik, yakni teknik celup dan teknik colet.

Teknik Celup

Teknik celup adalah proses pewarnaan dengan cara mencelupkan kain ke dalam larutan pewarna. Pencelupan ini penting karena memungkinkan penambahan bahan pencelup sesuai dengan kebutuhan.

Pada proses ini, pewarna dilarutkan dalam air atau medium lain, kemudian kain batik dimasukkan ke dalam larutan tersebut sehingga serat kain dapat menyerap warna.

Teknik Colet/Kuas

Teknik colet atau kuas adalah teknik pewarnaan yang melibatkan pemberian warna pada bagian-bagian tertentu dari kain batik. Pewarnaan dilakukan dengan menggunakan kuas atau alat colet yang mengaplikasikan warna secara selektif sesuai dengan motif batik yang diinginkan. Batasan pewarnaan dilakukan dengan menggunakan lilin atau malam agar warna tidak merambat ke bagian lain kain.

Dalam teknik pewarnaan batik, variasi warna dapat dicapai dengan menggabungkan berbagai teknik pencelupan dan pewarnaan colet.

Melorod dan Pencucian Kain

Angkat Kearifan Lokal, Batik Khas Tangsel Suguhkan Motif Budaya
Peserta workshop sedang mencanting batik tulis khas Tangsel di Datik Batik, Pamulang, Tangerang Selatan, Kamis (25/10). Batik yang dibuat dengan tangan ini mempunyai teknik dan simbol budaya khas Tangsel. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Setelah proses pewarnaan, dilakukan proses melorod dan pencucian kain batik sebelum dikeringkan. Pada tahap melorod, dilakukan proses penghilangan malam dari batik yang telah selesai diwarnai. Caranya adalah dengan memasukkan batik ke dalam air panas (direbus), kemudian diangkat dan dimasukkan lagi, dilakukan berulang-ulang hingga lilinnya lepas.

Setelah itu, batik dicuci dengan air bersih sampai lilinnya hilang. Jika masih ada lilin yang menempel, batik direbus dan dicuci berulang-ulang hingga bersih. Untuk mempercepat pelepasan lilin, dalam proses perebusan dapat ditambahkan tepung tapioka (kanji) atau soda abu.

Tahap terakhir adalah penjemuran batik. Disarankan untuk tidak menjemur batik secara langsung di bawah sinar matahari, tetapi sebaiknya dijemur di tempat yang teduh dan diangin-anginkan agar warnanya tetap awet. Setelah penjemuran, batik siap digunakan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya