Liputan6.com, Jakarta Hadits Arbain adalah kumpulan hadits yang disusun oleh Imam Nawawi. Terdapat 42 hadits pilihan dalam kitab ini, yang menjelaskan tentang hal-hal paling mendasar yang menjadi pondasi agama islam. Kumpulan hadits ini mencakup segala urusan dan kebutuhan umat muslim di dunia dan akhirat.
Misalnya pada Hadits Arbain ke-4 yang menjelaskan proses terbentuknya janin dalam rahim ibu. Dalam Hadits Arbain ke-4 juga dijelaskan bahwa takdir manusia, yang mencakup rezekinya, amalan, dan ajalnya, sudah tertulis.
Dengan kata lain, ada dua hal pokok yang dijelaskan dalam Hadits Arbain ke-4. Yang pertama adalah proses pembentukan janin dalam rahim ibu. Yang kedua adalah mengenai takdir manusia.
Advertisement
Untuk memahami dua pokok bahasan dalam Hadits Arbain ke-4 tersebut, simak penjelasan selengkapnya berikut ini seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Sealasa (8/8/2023).
Bunyi Hadits Arbain ke-4
Sebelum membahas lebih dalam mengenai pokok-pokok yang disampaikan dalam Hadits Arbain ke-4, simak bunyi Hadits Arbain ke-4 berikut ini:
عَنْ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعُوْدْ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: حَدَّثَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ الصَّادِقُ الـْمَصْدُوْقُ: (إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِيْ بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْمَاً نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الـْمَلَكُ فَيَنفُخُ فِيْهِ الرٌّوْحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ. فَوَالله الَّذِيْ لاَ إِلَهَ غَيْرُهُ إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إلاذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا، وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَايَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إلا ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا). رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ.
Artinya:
Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: ‘Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bercerita kepada kami, dan beliau adalah orang yang benar lagi dibenarkan: ”Sesungguhnya salah seorang dari kalian dikumpulkan penciptaannya di dalam perut ibunya selama 40 hari berwujud nuthfah (mani), kemudian menjadi ‘alaqah (gumpalan darah) selama itu juga, kemudian menjadi mudghah (gumpalan daging) selama itu juga. Kemudian diutus seorang malaikat, lalu dia meniupkan ruh kepadanya, dan dia (malaikat tadi) diperintah untuk menulis 4 kalimat (perkara): tentang rezekinya, amalannya, ajalnya dan (apakah) dia termasuk orang yang sengsara atau bahagia.
Demi Allah, Dzat yang tidak ada sesembahan yang haq selain Dia, sesungguhnya salah seorang dari kalian, benar-benar beramal dengan amalan penduduk jannah (surga) sehingga jarak antara dia dengan jannah itu tinggal sehasta. Namun dia didahului oleh al kitab (catatan takdirnya) sehingga dia beramal dengan amalan penduduk neraka, maka diapun masuk ke dalamnya. Dan sunguh, salah deorang dari kalian beramal dengan amalan penduduk neraka hingga jarak antara di dengan neraka tinggal satu hasta. Namun dia didahului oleh catatan takdir, sehingga dia beramal dengan amalan penduduk jannah, maka dia masuk ke dalamnya.” (HR Al Bukhari dan Muslim)
Advertisement
Penjelasan Mengenai Proses Perkembangan Embrio dalam Hadits Arbaik ke-4
Seperti yang bisa kita simak dalam Hadits Arbain ke-4 di atas, dapat kita ketahui bahwa salah satu pokok bahasan dalam hadits di atas adalah proses penciptaan manusia. Berdasarkan Hadits Arbain ke-4, proses penciptaan manusia berlangsung dalam beberapa tahap, bermula dari nutfah (sperma) selama 40 hari, kemudian menjadi ‘alaqah (segumpal darah) selama 40 hari, dan menjadi mudhgah (segumpal daging) selama 40 hari.
Kemudian, malaikat akan meniupkan ruh melalui bagian tengah kepala (saat saat ruh dicabut dari tempat yang sama), dan sekitar 10 hari diperlukan untuk proses aktivasi penuh. Keseluruhan durasi yang diperlukan mulai dari pembuahan hingga ruh ditiupkan adalah 4 bulan 10 hari. Inilah yang menjadi patokan untuk masa iddah.
Menurut keterangan hadis di atas, embrio pada rahim berproses dengan beberapa tahap di antaranya nuthfah, `alaqah, mudghah dan peniupan ruh. Simak penjelasan setiap tahapnya berikut ini, seperti yang dikutip dari artikel berjudul "Prespektif Ulama Hadis dan Ilmu Kedokteran tentang Fase Perkembangan Embrio" (TAHDIS Volume 7 Nomor 1 Tahun 2016):
1. Tahap nuthfah
Pada tahap nuthfah, sperma laki-laki mencampur dengan ovum dalam indung telur perempuan. Proses ini melibatkan sekitar 200 juta sperma, tetapi hanya sekitar 100 lebih yang mencapai ovum. Pemahaman ulama dan ilmu kedokteran cocok dalam pemahaman bahwa ovum telah disiapkan sebelumnya.
Setelah pembuahan, ovum dibelah menjadi beberapa sel dan terus terjadi pembelahan selama tiga hari. Dalam hal ini, ulama dan ilmu kedokteran memiliki pandangan yang serupa. Pada kondisi seperti inilah dia lebih dikenal dengan istilah butiran spora. Selanjutnya, butiran spora yang merupakan hasil pembelahan sel berkembang dalam rahim selama lima hari hingga satu minggu.
Meskipun ada perbedaan dalam waktu yang dijelaskan oleh para ulama dan ilmu kedokteran, keseluruhan tahapan perkembangan embrio dalam rahim mengandung persamaan yang menarik untuk dipelajari.
2. Tahap Alaqah
Pada tahap Alaqah, yang artinya "segumpal darah", sperma bercampur dengan ovum dalam proses pembuahan. Terdapat perbedaan pandangan antara ulama dan ilmu kedokteran mengenai makna alaqah ini. Ulama menyebutnya sebagai "setelah empat puluh hari pertama", sementara dalam ilmu embriologi, tahap ini terjadi sekitar minggu ketujuh hingga ketiga belas kehamilan.
Tahapan ini menggambarkan proses pembentukan embrio dari blastocyst hingga pembentukan organ fisik. Pandangan Ulama dan ilmu kedokteran memiliki kesamaan dalam pemahaman bahwa embrio memasuki tahapan mudghah atau "sekerat daging". Dalam pandangan ilmu embriologi, tahap ini dimulai sejak minggu ketiga kehamilan.
Meskipun terdapat perbedaan interpretasi di antara riwayat hadis, keterangan ilmiah mengenai tahapan perkembangan embrio dapat dipahami sebagai tahap yang terjadi setelah empat puluh hari pertama, yang sesuai dengan penelitian modern dalam embriologi.
3. Tahap Mudghah
Tahap Mudghah, artinya "mengunyah" dalam bahasa Arab, merujuk pada perkembangan embrio menjadi segumpal daging yang ukurannya seperti yang dapat dikunyah. Tahap ini mencakup pembentukan organ fisik utama, dimulai dari sekitar minggu kelima hingga penghujung bulan ketiga kehamilan. Embrio pertama kali bergerak pada awal bulan keempat dan denyut jantung berfungsi pada tahap ini.
Tahap ini juga berkaitan dengan perkembangan indra pendengaran yang lebih awal dari indra penglihatan, seperti yang dijelaskan dalam hadis dan embriologi. Embrio dapat mendengar suara dari luar sejak awal bulan keempat. Indra pendengaran memiliki peran penting dalam proses belajar, sebagaimana diilustrasikan oleh hikmah anjuran Nabi untuk adzan pada telinga kanan dan iqamah pada telinga kiri bayi yang baru lahir.
4. Tahap Peniupan Ruh
M. Quraish Shihab dan al-TabatabaI menjelaskan bahwa tahap ini mengacu pada memberikan potensi ruhaniah kepada manusia untuk mengenali Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya. Peniupan ini bukanlah angin atau ruh dari Allah yang menyentuh manusia. Pendapat lain menyatakan bahwa janin memiliki ruh insani yang memberinya kehidupan setelah beberapa bulan.
Terkait kapan peniupan ruh terjadi, pandangan berbeda muncul. Beberapa ulama berpendapat bahwa ini terjadi setelah 40 hari ketiga kehamilan, sementara mayoritas ulama berpendapat hari kesepuluh setelah 40 hari ketiga. Pandangan ini didasarkan pada hadis riwayat Hudzaifah bin Asid, yang mengatakan bahwa malaikat tidak akan datang pada akhir hari keempat puluh, melainkan setelah itu, setelah organ fisik selesai terbentuk.
Namun, riwayat Hudzaifah bin Asid yang mengatakan bahwa malaikat membentuk organ fisik embrio sejak empat puluh dua hari masa kehamilan menunjukkan bahwa peniupan ruh terjadi pada tahap ini atau sebelum usia kandungan mencapai empat bulan sepuluh hari. Pandangan ini lebih sesuai dengan penelitian embriologi yang menunjukkan bahwa janin mulai bergerak sejak minggu kedua belas kehamilan, menandakan kehadiran ruh.
Perbedaan pandangan terkait durasi tahap-tahap ini terjadi karena penafsiran terhadap kata-kata tertentu dalam hadis. Kata "مضدغة" dan "ذلدك مثدل" dalam riwayat Ibnu Mas`ud menunjukkan bahwa ketiga tahap tersebut berlangsung dalam satu kali empat puluh hari, bukan tiga kali empat puluh hari. Jika riwayat ini dikonfirmasi dengan riwayat Hudzaifah bin Asid, pandangan tiga kali empat puluh hari tidak akan muncul.
Penjelasan Mengenai Takdir Manusia yang Sudah Tertulis
Di samping memberikan penjelasan mengenai proses perkembangan embrio, Hadits Arbain ke-4 juga memiliki pembahasan pokok mengenai takdir manusia yang sudah tertulis. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya dalam proses perkembangan embrio berdasarkan Hadits Arbain ke-4, tahap terakhir adalah peniupan ruh. Pada tahap itu pula Allah SWT telah menetapkan rezeki, ajal, amal, dan kebahagiaan yang dimiliki setiap manusia.
Hadits Arbain ke-4 menjelaskan bahwa ketika manusia masih berada dalam kandungan ibunya, segala hal tentang keadaannya telah diatur oleh takdir, termasuk rejeki, perbuatan, masa kematian, serta nasib baik atau buruknya. Allah telah menetapkan segala sesuatu dengan tenggat waktu yang telah ditentukan, dan takdir ini tidak dapat diubah atau dimajukan.
Amalan-amalan kita memiliki implikasi pada akhir kehidupan kita. Jadi, meskipun kita memiliki amalan-amalan yang baik, kita sebaiknya tidak merasa terlalu yakin karena kita tidak tahu bagaimana akhir hayat kita akan berjalan.
Sebaliknya, jika kita dihadapkan pada amalan-amalan yang belum sepenuhnya baik, janganlah merasa putus asa, karena kita masih dapat berharap bahwa Allah akan memberikan kesudahan yang baik bagi kita. Penting juga untuk segera bertaubat dari dosa-dosa kita. Ini berarti kita menggabungkan rasa takut dan harapan besar kepada Allah.
Penting untuk ditekankan bahwa apa yang dimaksud dengan takdir yang sudah tertulis ini bukan berarti membantah adanya kehendak bebas atau free will. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami apa yang dimaksud dengan takdir manusia yang sudah tertulis.
Allah SWT berfirman,
يَمْحُوا اللّٰهُ مَا يَشَاۤءُ وَيُثْبِتُ ۚوَعِنْدَهٗٓ اُمُّ الْكِتٰبِ
Artinya: "Allah menghapus dan menetapkan apa yang Dia kehendaki. Dan di sisi-Nya terdapat Ummul-Kitab (Lauh Mahfuzh)." (QS. Ar-Ra'd: 39)
Berdasarkan ayat tersebut dapat dipahami bahwa meski takdir manusia sudah dituliskan sejak masih dalam kandungan, namun Allah dapat menghapus dan menetapkan apa yang dia kehendaki.
Advertisement
Hikmah Hadits Arbain ke-4
Dari serangkaian penjelasan di atas, ada sejumlah hikmah yang dapat kita ambil dari Hadits Arbai ke-4. Adapun hikmah yang dapat kita ambil dari Hadits Arbain ke-4 antara lain adalah sebagai berikut:
- Tahapan Pembentukan Janin: Hadits Arbain ke-4 menjelaskan tentang tahapan pembentukan manusia dalam rahim, yang dimulai dari nuthfah (setetes mani), ‘alaqah (segumpal darah), dan mudghah (segumpal daging), masing-masing berlangsung selama 40 hari. Ini menggambarkan bahwa setiap tahap memiliki peran penting dalam proses penciptaan manusia.
- Perhatian Allah Terhadap Manusia: Hadits Arbain ke-4 menunjukkan bahwa Allah sangat memperhatikan manusia. Terdapat malaikat yang mengurusi manusia dalam berbagai tahapan kehidupannya, baik ketika masih dalam janin, di dunia, maupun ketika akan meninggal. Ini menggambarkan perhatian dan pengawasan Allah terhadap makhluk-Nya.
- Peran Malaikat: Hadits Arbain ke-4 menyatakan bahwa malaikat adalah hamba Allah yang melakukan tugas-tugas tertentu sesuai dengan perintah-Nya. Malaikat memiliki peran dalam menjalankan proses penciptaan dan mengawasi manusia.
- Tentang Takdir: Hadits Arbain ke-4 mengungkapkan beberapa pandangan mengenai takdir, terutama terkait pembentukan janin dan masa kehamilan. Pendapat mayoritas menyatakan bahwa takdir telah ditetapkan, namun masih ada ruang bagi manusia untuk berusaha dan melakukan amal baik.
- Hukum Keputusan: Hadits Arbain ke-4 juga menjadi dasar tentang hukum-hukum terkait keputusan seperti menggugurkan kandungan atau melakukan tindakan yang melibatkan manusia dalam menentukan nasibnya. Terdapat perbedaan pendapat di antara ulama mengenai batasan waktu dan kondisi tertentu dalam hal ini.
- Usaha dan Amal: Hadits Arbain ke-4 menekankan pentingnya usaha dan amal dalam hidup manusia. Meskipun takdir telah ditetapkan, manusia tetap memiliki tanggung jawab untuk berusaha dan melakukan amal baik. Amal merupakan sebab yang membawa manusia masuk surga dan menentukan akhir hidupnya.
- Akhirat dan Takdir: Hadits Arbain ke-4 juga menyoroti aspek akhirat dan takdir terkait akhir hidup manusia. Bahagia atau sengsara di akhirat dipengaruhi oleh amalan akhir manusia dan husnul khatimah (akhir yang baik).
- Meraih Akhir yang Baik: Hadits Arbain ke-4 memberikan petunjuk mengenai bagaimana manusia bisa meraih akhir hidup yang baik (husnul khatimah). Ini melibatkan perbanyak doa, amalan ketaatan, menjauhi kemunafikan, dan meninggalkan maksiat.
- Takdir dan Usaha: Hadits Arbain ke-4 menekankan bahwa takdir dan usaha manusia saling terkait. Meskipun takdir telah ditetapkan, manusia tetap harus berusaha dan bekerja keras, serta menjalankan amal ketaatan.
- Akhirat dan Takdir: Hadits Arbain ke-4 mengajarkan bahwa nasib manusia di akhirat, baik itu sengsara atau bahagia, telah diketahui oleh Allah dalam takdir-Nya.
Secara keseluruhan, Hadits Arbain ke-4 ini memberikan wawasan mendalam mengenai takdir, usaha manusia, peran malaikat, dan akhirat. Teks ini mengajak manusia untuk berusaha, melakukan amal baik, dan mempersiapkan diri untuk akhirat, sambil tetap menghormati takdir yang telah ditetapkan oleh Allah.