Shalat Gerhana, Tata Cara, Dalil dan Keutamaannya

Pengertian shalat gerhana dan tata cara melakukannya, serta dalil dan keutamaannya.

oleh Woro Anjar Verianty diperbarui 25 Agu 2023, 15:15 WIB
Diterbitkan 25 Agu 2023, 15:15 WIB
Ilustrasi gerhana matahari
Ilustrasi gerhana matahari. (Photo by Drew Rae on Pexels)

Liputan6.com, Jakarta Alam semesta yang luas dan penuh keajaiban selalu memberikan petunjuk dan tanda-tanda mengenai keagungan Sang Pencipta. Dalam berbagai momen, tanda-tanda tersebut menjadi panggilan untuk merenung, mengagumi, dan mengingat Allah. Salah satu momen yang penuh makna adalah saat terjadinya gerhana matahari atau bulan.

Saat itulah, umat Islam dianjurkan untuk melaksanakan shalat gerhana, sebuah ibadah yang menyatukan rasa takjub terhadap ciptaan Allah dengan ketaatan yang mendalam. Shalat gerhana bukanlah sekadar rutinitas ibadah, melainkan juga sebuah bentuk respons spiritual terhadap tanda-tanda alam yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. 

Penting untuk mengetahui tata cara pelaksanaan hingga dalil-dalil yang mendasari shalat gerhana. Selain mengenal langkah-langkah konkret dalam melaksanakan shalat gerhana, kita juga akan menggali kedalaman nilai-nilai spiritual yang dapat diambil dari ibadah ini. 

Untuk lebih jelasnya, berikut ini telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber pada Jumat (25/8/2023). Pengertian shalat gerhana dan tata cara melakukannya, serta dalil dan keutamaannya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Apa Itu Shalat Gerhana?

[Bintang] Jadwal Sholat, Imsakiyah, dan Buka Puasa Hari ke-5, 21 Mei 2018
Biar puasanya lebih semangat, ini jadwal sholat, imsakiyah, dan buka puasa hari ke-5, 21 Mei 2018. (Ilustrasi: Wikimedia Commons)

Shalat gerhana adalah jenis shalat sunnah yang dikerjakan oleh umat Muslim pada saat terjadi gerhana matahari (khususnya gerhana matahari) atau gerhana bulan. Gerhana matahari terjadi ketika bulan berada di antara matahari dan bumi, sehingga cahaya matahari terhalang sebagian atau seluruhnya. Gerhana bulan terjadi ketika bumi berada di antara matahari dan bulan, sehingga cahaya matahari tidak dapat mencapai bulan.

Shalat gerhana merupakan bentuk ibadah yang disunnahkan oleh Nabi Muhammad SAW, dan para sahabatnya juga melaksanakannya. Ini bukanlah shalat wajib, melainkan shalat sunnah, yang dianjurkan untuk dilakukan pada waktu terjadinya gerhana.

Terdapat beberapa panduan khusus dalam pelaksanaan shalat gerhana, seperti yang telah Anda sebutkan dalam informasi awal Anda. Shalat ini melibatkan beberapa rakaat, takbiratul ihram, membaca surat Al-Fatihah dan surat dari Al-Quran dalam rukun-rukun tertentu, serta dilakukan dalam suasana yang khusyuk dan penuh penghormatan terhadap fenomena alam yang sedang terjadi.

Penting untuk mendapatkan panduan dan informasi yang akurat mengenai tata cara pelaksanaan shalat gerhana sesuai dengan ajaran agama dan tradisi tertentu. Para ulama dan pemimpin agama biasanya memberikan petunjuk yang sesuai dengan tradisi dan keyakinan umat Muslim di berbagai wilayah.

 

Tata Cara Shalat Gerhana

ilustrasi sholat. ©2020 Merdeka.com
ilustrasi sholat. ©2020 Merdeka.com

Dilansir dari kemenag.go.id, berikut adalah tata cara pelaksanaan shalat gerhana, yaitu:

  1. Berniat di dalam hati. "Ushallî sunnatal khusûf rak‘ataini imâman/makmûman lillâhi ta‘âlâ" (Saya berniat shalat sunnah gerhana bulan dua rakaat sebagai imam/makmum karena Allah SWT).
  2. Takbiratul ihram, yaitu bertakbir sebagaimana shalat biasa.
  3. Membaca do’a iftitah dan berta’awudz, kemudian membaca surat Al Fatihah dilanjutkan membaca surat yang panjang (seperti surat Al Baqarah) sambil dijaharkan (dikeraskan suaranya, bukan lirih).
  4. Ruku’.
  5. Bangkit dari ruku’ (i’tidal) sambil mengucapkan “Sami’allahu Liman Hamidah, Rabbana Wa Lakal Hamd”.
  6. Setelah i’tidal ini tidak langsung sujud, namun dilanjutkan dengan membaca surat Al Fatihah dan surat al quran. Berdiri yang kedua ini lebih singkat dari yang pertama.
  7. Ruku’ kembali (ruku’ kedua) yang panjangnya lebih pendek dari ruku’ sebelumnya.
  8. Kemudian bangkit dari ruku’ (i’tidal).
  9. Kemudian sujud yang panjangnya sebagaimana ruku’, lalu duduk di antara dua sujud kemudian sujud kembali.
  10. Bangkit dari sujud lalu mengerjakan raka’at kedua sebagaimana raka’at pertama hanya saja bacaan dan gerakan-gerakannya lebih singkat dari sebelumnya.
  11. Salam.

Setelah itu imam/Khotib menyampaikan khutbah sebanyak 2 khutbah (seperti khutbahnya shalat iedul fithri/ideul Adha) kepada para jemaah yang berisi anjuran untuk berdzikir, berdoa, beristighfar serta disunahkan untuk bersedekah.

Catatan:

Jumlah Al-Fatihah, rukuk, dan iktidal dalam 2 rakaat shalat gerhana ini berjumlah 4 kali.


Dalil Tentang Shalat Gerhana

Makna Keistimewaan Nuzulul Qur’an
Ilustrasi Kitab Suci Al Qur'an Credit: pexels.com/Sameer

Dalam ajaran Islam, pelaksanaan shalat gerhana memiliki dasar hukum yang diperoleh dari hadis-hadis Nabi Muhammad SAW. Berikut adalah beberapa hadis yang menjadi dasar dalil tentang shalat gerhana:

Dari Abu Bakrah ra. berkata, "Kami shalat bersama Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam shalat gerhana, lalu beliau berdiri hingga terbit matahari dan berkata, 'Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda Allah. Tidak ada kematian dan tidak ada kebangkitan sampai dua tanda ini berlalu. Jika kalian melihat keduanya, maka berdirilah lakukanlah shalat.'"

(HR. Al-Bukhari no. 1040 dan Muslim no. 763)

Dari Aisyah ra. berkata, "Pada zaman Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, terjadilah gerhana matahari dan kami shalat bersama beliau. Beliau berdiri untuk shalat, lalu membaca panjang di dalam shalatnya dan ruku' serta sujudnya. Setelah selesai shalat, matahari telah kembali. Lalu beliau khotbah dan menyebutkan yang masyhur dari pada kalimat-kalimatnya dan beliau berdoa, beristighfar serta memuji Allah. Kemudian beliau bersabda, 'Sesungguhnya matahari dan bulan itu bukanlah keduanya mengalami gerhana karena kematian atau kelahiran seseorang. Tetapi keduanya adalah dua dari tanda-tanda Allah. Apabila kalian melihatnya maka berdoalah kepada Allah dan beristighfarlah kepada-Nya serta kerjakanlah shalat.'"

(HR. Al-Bukhari no. 1042 dan Muslim no. 769)

Dari hadis-hadis tersebut, terlihat bahwa Nabi Muhammad SAW memberikan ajaran kepada umat Muslim untuk melaksanakan shalat gerhana sebagai bentuk ibadah dan penghormatan terhadap tanda-tanda Allah dalam alam semesta. Shalat gerhana menjadi wujud tindak ibadah yang mencerminkan ketaatan dan kesadaran umat Muslim terhadap keagungan Allah SWT.

 

Keutamaan Shalat Gerhana

Pelaksanaan shalat gerhana memiliki keutamaan dan nilai spiritual dalam ajaran Islam. Beberapa keutamaan shalat gerhana antara lain:

  1. Ketundukan pada Tanda-tanda Allah: Shalat gerhana adalah bentuk tindakan ketundukan dan ketaatan kepada Allah SWT, karena umat Muslim merespons tanda-tanda alam yang ditunjukkan oleh Allah dengan melakukan shalat. Ini menunjukkan rasa takjub dan penghormatan terhadap kebesaran Allah yang mengatur alam semesta.
  2. Kesempatan untuk Beribadah: Shalat gerhana memberikan kesempatan kepada umat Muslim untuk melakukan ibadah tambahan yang tidak diwajibkan. Ini adalah kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan melakukan tindakan yang penuh keimanan.
  3. Pengampunan Dosa: Dalam beberapa hadis, disebutkan bahwa shalat gerhana memiliki potensi untuk menghapuskan dosa-dosa. Ini berarti bahwa dengan melakukan shalat gerhana dengan penuh khusyuk, seseorang bisa mendapatkan pengampunan dari Allah atas dosa-dosa yang telah dilakukan.
  4. Mengingat Hari Kiamat: Shalat gerhana mengingatkan umat Muslim akan akhirat dan Hari Kiamat. Dalam hadis-hadis yang mengajarkan tentang shalat gerhana, Nabi Muhammad SAW menjelaskan bahwa gerhana adalah tanda-tanda besar yang mengingatkan kita akan datangnya Hari Kiamat.
  5. Kesempatan untuk Doa dan Istighfar: Selama shalat gerhana, kita dapat berdoa, memohon ampunan (istighfar), dan berdzikir kepada Allah. Ini adalah kesempatan untuk menguatkan hubungan spiritual dengan Allah dan memohon rahmat-Nya.
  6. Meneladani Nabi Muhammad SAW: Nabi Muhammad SAW adalah contoh teladan bagi umat Muslim. Beliau sendiri melaksanakan shalat gerhana dan mengajarkan umatnya untuk melakukannya. Dengan melaksanakan shalat gerhana, umat Muslim mengikuti jejak Nabi dan meneladani tindakan beliau.

Dalam rangka mendapatkan keutamaan dan manfaat dari shalat gerhana, sangat penting untuk melaksanakannya dengan penuh khusyuk, keimanan, dan penghormatan. Sebagai ibadah tambahan, shalat gerhana merupakan kesempatan berharga untuk mendekatkan diri kepada Allah dan memperkuat ikatan spiritual dengan-Nya.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya