Liputan6.com, Jakarta Dalam pandangan agama Islam, Azazil adalah nama lain dari iblis yang membangkang kepada Allah SWT. Azazil adalah sosok yang berperan dalam kisah Nabi Adam dan Siti Hawa. Azazil adalah makhluk yang membangkang perintah Allah dengan tidak bersujud kepada Adam dan Hawa ketika mereka diciptakan.
Dalam beberapa sumber, Azazil dianggap sebagai entitas yang semula merupakan pemimpin malaikat sebelum kemudian membangkang kepada Allah dan diusir dari surga. Namun, penting untuk dicatat bahwa konsep ini tidak selalu berlaku dalam seluruh tradisi Islam.
Advertisement
Baca Juga
Dalam ajaran Islam yang lebih umum, Azazil adalah makhluk yang membangkang kepada Allah dengan tidak bersujud kepada Adam dan Hawa ketika mereka diciptakan. Iblis kemudian diusir dari surga karena perbuatannya ini.
Nama dan peran makhluk ini mungkin beragam dalam berbagai sumber dan tradisi Islam. Untuk memahami siapa itu Azazil, simak penjelasan selengkapnya berikut ini seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Senin (16/10/2023).
Memahami Arti Nama Azazil
Azazil adalah sebuah nama yang memiliki sejarah dan konsep yang berbeda dalam berbagai tradisi keagamaan. Ada pendapat bahwa, Azazil adalah nama asli dari makhluk yang kemudian dikenal sebagai Iblis dalam tradisi Islam. Ini juga disebutkan bahwa Azazil sebelumnya adalah Imam para Malaikat (Sayyid al-Malaikat) dan Khazin al-Jannah (Bendaharawan Surga) sebelum ia membangkang kepada Allah.
Secara etimologis, nama Azazil mengandung unsur bahasa Arab kuno yang dapat diartikan secara harfiah sebagai "Makhluk Kuat Allah" atau "Makhluk Terhormat Allah." Nama ini berasal dari serapan bahasa Ibrani dan merupakan konsep yang diterima dalam Islam dari agama Yahudi dan Kristen yang lebih tua.
Dalam pandangan agama Islam, Azazil adalah Iblis atau setan yang diusir dari surga karena perbuatan ketidaktaatan terhadap perintah Allah. Iblis membangkang ketika diperintahkan untuk bersujud kepada Adam, manusia pertama, dan sebagai hasilnya, dia diusir dari surga. Azazil mungkin digunakan dalam beberapa sumber atau teks yang mengacu kepada Iblis sebelum dia membangkang kepada Allah.
Advertisement
Kisah Azazil sebelum Diusir dari Surga dan Dikenal sebagai Iblis
Kisah Azazil sebelum diusir dari surga dan dikenal sebagai Iblis adalah narasi yang memiliki asal-usul dalam tradisi Islam dan dapat ditemukan dalam beberapa sumber teks dan tafsir Islam. Kisah ini memberikan wawasan tentang perjalanan Azazil/Iblis sebelum jatuh sebagai setan.
Sebelum jatuh menjadi Iblis, Azazil diberi gelar tersebut di langit ketujuh oleh para penduduk surga. Azazil dianggap sebagai makhluk paling kuat dan terhormat di kalangan malaikat. Azazil awalnya memegang peran penting. Dia pernah menjadi Sayyidul Malaikat (penghulu atau pemimpin malaikat) dan Khazinul Jannah (bendahara surga atau penjaga pintu surga). Azazil dikisahkan sebagai makhluk yang sangat taat beribadah, memiliki pengetahuan yang luas, bahkan lebih daripada malaikat.
Allah SWT memberikan mandat besar kepada Azazil selama berabad-abad. Azazil menjalankan berbagai tugas, termasuk menjaga, beribadah, dan memberikan nasihat kepada malaikat. Dia juga menjadi pemimpin kelompok malaikat tertentu. Azazil beribadah dan mematuhi perintah Allah selama lebih dari 185.000 tahun. Ia menjalani berbagai peran dalam kurun waktu yang panjang sebelum akhirnya jatuh sebagai Iblis.
Tumbuhnya Rasa Sombong pada Diri Azazil
Ketika Azazil menjalani tugas-tugasnya, ia mulai merasa sombong dan tidak menyadari bahwa Allah-lah yang memberikan kemampuan kepada hamba-Nya untuk beribadah kepada-Nya. Kesombongannya membuatnya merasa lebih tinggi daripada makhluk lain, termasuk manusia.
Puncak kesombongan Azazil terjadi ketika Allah memerintahkan seluruh makhluk untuk bersujud kepada Nabi Adam. Iblis yang tadinya dikenal sebagai Azazil menolak perintah Allah dengan dalih bahwa dia lebih baik daripada Adam karena dia diciptakan dari api, sedangkan Adam dari tanah.
Karena kesombongannya dan penolakan terhadap perintah Allah, Azazil pun mendapatkan kutukan dari Allah. Dia diusir dari surga dan diubah namanya menjadi Iblis, yang berasal dari kata "balasa," yang berarti "tidak memiliki kebaikan sedikit pun." Kutukan ini akan berlaku hingga hari kiamat.
Kisah kesombongan Iblis tersebut bahkan diabadikan dalam Surat Al-A'raf ayat 12-13, yang artinya:
"(Allah) berfirman, 'Apakah yang menghalangimu (sehingga) kamu tidak bersujud (kepada Adam) ketika Aku menyuruhmu?' (Iblis) menjawab, 'Aku lebih baik daripada dia. Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.' (Allah) berfirman, 'Maka turunlah kamu darinya (surga); karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya. Keluarlah! Sesungguhnya kamu termasuk makhluk yang hina.'" (QS. Al-A'raf: 12-13).
Advertisement
Hikmah di Balik Kisah Diusirnya Iblis dari Surga
Kisah Azazil, makhluk yang tadinya mulia kemudian dihinakan karena kesombongannya tentu memiliki hikmah dan pelajaran yang bisa kita ambil sebagai muslim. Hikmah di balik kesombongan Iblis menawarkan pelajaran berharga dalam pemahaman keagamaan dan etika, antara lain sebagai berikut:
1. Bahaya Sifat Sombong
Kesombongan Iblis adalah contoh nyata bahaya sifat sombong. Kesombongan membuatnya berpikir bahwa dia lebih mulia daripada Nabi Adam, meskipun keduanya adalah ciptaan Allah. Kesombongan juga mendorong Iblis untuk membangkang perintah langsung Allah, yang akhirnya mengakibatkan kutukan dan pengusirannya dari surga. Dalam Islam, kesombongan dianggap sebagai sifat negatif yang perlu dihindari, karena itu adalah sumber banyak dosa. Hikmah pertama adalah sebagai peringatan akan bahaya sifat sombong, dan umat Islam diajarkan untuk menghindari sifat sombong dan merendahkan diri di hadapan Allah.
2. Pelajaran tentang Analogi (Qiyas)
Iblis mencoba untuk menggunakan analogi atau qiyas untuk membenarkan tindakannya. Dia menganggap dirinya lebih mulia daripada Adam karena dia diciptakan dari api, sedangkan Adam dari tanah. Ini adalah contoh bagaimana penggunaan analogi yang bertentangan dengan nash Al-Quran dan hadis dapat membawa pada kesalahan. Dalam Islam, nash (teks Al-Quran dan hadis) memiliki otoritas tertinggi, dan qiyas tidak boleh bertentangan dengan nash. Hikmah kedua adalah bahwa argumen berdasarkan analogi harus selalu diselaraskan dengan nash dan tidak boleh digunakan untuk menentang perintah Allah.
3. Kedalaman Kehinaan Iblis
Kehinaan Iblis di antara makhluk Allah yang telah diberi gelar mulia dan tugas penting adalah pelajaran tentang sejauh mana seseorang dapat jatuh akibat kesombongan. Dalam Islam, hikmah ini mengajarkan bahwa bahkan orang yang paling mulia dapat jatuh dalam dosa jika mereka merasa sombong atau berpikir diri mereka lebih mulia daripada yang lain. Ini juga menjadi pengingat bahwa sifat sombong tidak memiliki tempat di hadapan Allah, dan orang harus senantiasa merendahkan diri dan bersikap tawadhu'.
Hikmah-hikmah di balik kisah kesombongan Iblis adalah sebagian dari ajaran Islam yang mendalam dan menekankan pentingnya tawadhu', patuh pada perintah Allah, dan menjauhi sifat sombong.