Sang Naga Merah, Kitab Berisi Mantra Sihir Kuno Pemanggil Setan

Salah satu isi yang paling terkenal dalam Grand Grimoire adalah petunjuk yang diduga memungkinkan orang memanggil Lucifer.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 15 Nov 2017, 20:20 WIB
Diterbitkan 15 Nov 2017, 20:20 WIB
Grand Grimoire (0)
Ilustrasi seseorang sedang membaca Grand Grimoire. (Sumber Flickr/PlashingVole)

Liputan6.com, Vatikan - Buku sihir, tenung, atau mantra ada dalam seluruh budaya di muka Bumi. Buku jenis itu – yang dalam dunia Barat dikenal sebagai grimoire – berisi kalimat-kalimat untuk memanggil, mengumpulkan, atau mengirim kekuatan sihir.

Salah satu yang paling terkenal di Eropa adalah Grand Grimoire, yang seringkali disebut juga dengan "Naga Merah" atau "Injil Setan." Buku sihir dari Abad Pertengahan itu dipercaya memiliki kekuatan luar biasa.

Menurut legenda, buku itu ditulis oleh seorang yang kurang terkenal bernama Honorius dari Thebes. Ia sendiri disebut-sebut telah menjadi milik Setan.

Tak heran jika Grand Grimoire yang terdiri dari empat bagian tersebut pun dipandang sebagai salah satu buku sihir paling ampuh yang pernah ada. Karena, seperti dikutip dari Vintage News pada Rabu (15/11/2017), buku itu berisi petunjuk untuk memanggil iblis.

Asal-usul kata "grimoire" sendiri masih menjadi perdebatan walau sekarang ini secara umum diterima bahwa kata itu berasal dari kata "grammaire" dalam bahasa Prancis Kuno.

Kata itu sendiri berarti "grammar" dalam bahasa Inggris. Sebenarnya, "grammar" mengacu kepada buku-buku pada umumnya, terutama yang ditulis dalam bahasa Latin.

Seiring berjalannya waktu, arti kata itu berkembang hingga akhirnya dikait-kaitkan dengan sihir. Dengan demikian, kata grimoire sekarang ini menjadi nama buku-buku teks yang dipakai dalam sihir.

Isi grimoire biasanya memberikan penggunanya perintah untuk menciptakan jimat sihir, petunjuk untuk mengirim kutukan sihir, dan bahkan ritual untuk memanggil makhluk supernatural seperti malaikat dan iblis.

Banyak sumber yang mengatakan bahwa grimoire ini ditulis pada 152 dan kemudian ditemukan dalam “Makam Sulaiman” pada 1750. Selain itu, grimoire itu disebut-sebut ditulis dalam bahasa Ibrani dan Aram yang ada dalam Alkitab.

Rekaan kaitan dengan Raja Sulaiman dan dugaan penggunaan bahasa-bahasa kuno tentu saja dimaksudkan untuk memperkuat reputasi Grand Grimoire sebagai buku sihir yang ampuh.

Manuskrip-manuskrip sihirnya disebut-sebut berisi jampi-jampi dan juga catatan rinci tentang bagaimana sang penulis perlahan-lahan melenceng dan kemudian dikuasai kekuatan Setan.

Grimoire seringkali menjelaskan teknik pemanggilan orang mati dan juga penguasaan malaikat serta iblis. Gambar The Astrologer of the Ninetenth Century, 1825, karya Ebenezer Sibley. (Sumber Wikimedia Commons)

Salah satu isi yang paling terkenal dalam Grand Grimoire adalah petunjuk yang diduga memungkinkan orang memanggil Lucifer yang disebut juga dengan Lucifuge Rofocale.

Salah satu alat yang dipakai dalam ritual adalah "Tongkat Penghajar" yang dipakai untuk memukul Lucifer hingga tunduk setelah ia hadir. Setelah itu barulah dibuat kesepakatan dengan sang iblis.

Dengan demikian, Grand Grimoire juga berisi suatu bagian yang berjudul "Sanctum Regnum" sebagai "metode yang benar untuk membuat kesepakatan."

Di antaranya disebutkan bahwa orang yang melakukan ritual memerlukan sebuah batu bernama Ematille dan dua lilin yang telah diberkati. Semua itu dipakai membentuk Kesepakatan Segitiga agar pelakunya dilindungi dari roh yang telah dipanggil.

 

Menyebar ke Berbagai Penjuru Dunia

	Grand Grimoire disebut-sebut sebagai buku sihir yang didgaya. Ilustrasi ritual Pentagram untuk pemanggilan iblis. (Sumber Pixabay)

Pada Abad ke-18 ada beberapa 'demam sihir murahan' menyebar di Prancis dan saat itulah ditulis sebuah versi Grand Grimoire yang baru diterbitkan pada Abad ke-19.

Namun demikian, versi asli Grand Grimoire disebut-sebut disimpan dalam Arsip Rahasia Vatikan dan tidak tersedia bagi publik.

Grand Grimoire versi Abad ke-19 pun menyebar ke koloni-koloni Prancis pada masa itu. Hingga sekarang, Grand Grimoire masih dipakai di negara-negara Karibia yang dulunya menjadi daerah jajahan Prancis.

Di Haiti, kitab itu dikenal sebagai "Le Véritable Dragon Rouge" yang berarti "Sang Naga Merah Sesungguhnya."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya