19 Kerajaan Bercorak Islam di Indonesia dan Jejak Peninggalannya

Melalui kerajaan-kerajaan bercorak Islam ini, Islam menjadi akar kuat dalam budaya dan kehidupan masyarakat Indonesia hingga saat ini.

oleh Mabruri Pudyas Salim diperbarui 21 Okt 2024, 13:35 WIB
Diterbitkan 02 Nov 2023, 18:45 WIB
FOTO: Jejak Syiar Islam di Masjid Agung Demak
Suasana Masjid Agung Demak di Bintoro, Demak, Jawa Tengah, pada akhir Maret lalu. Masjid Agung Demak merupakan masjid kuno yang dibangun oleh Raden Patah dari Kerajaan Demak dibantu para Walisongo pada abad ke-15 Masehi. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta Di Indonesia, terdapat berbagai kerajaan yang muncul dengan corak Islam yang kuat pada masa kejayaannya. Kerajaan-kerajaan ini, seperti Kerajaan Demak, Kerajaan Gowa, Kerajaan Samudera, dan Kerajaan Mataram, memiliki peran penting dalam sejarah Islam di Nusantara.

Pendiri-pendiri kerajaan ini, seperti Raden Patah, Sultan Malikussaleh, dan Sultan Trenggono, merupakan tokoh-tokoh yang berdedikasi dalam penyebaran agama Islam di wilayahnya. Kerajaan-kerajaan ini juga menjadi pusat kegiatan politik, budaya, dan perdagangan pada masa kejayaannya.

Kerajaan Islam di Indonesia mendapat pengaruh kuat dari Timur Tengah, terutama dalam hal agama, hukum, dan sistem pemerintahan. Sebagai contoh, Kerajaan Samudera Pasai di Aceh menjadi pusat perkembangan Islam di tanah Maluku, sementara Kerajaan Malaka menjadi salah satu kerajaan terbesar dan terkaya di kawasan tersebut.

Melalui kerajaan-kerajaan bercorak Islam ini, Islam menjadi akar kuat dalam budaya dan kehidupan masyarakat Indonesia hingga saat ini. Berikut adalah penjelasan selengkapnya tentang sejumlah kerajaan bercorak Islam yang pernah berjaya di Indonesia seperti apa yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Kamis (2/11/2023).

1. Kerajaan Samudera Pasai

Kerajaan Samudera Pasai merupakan salah satu kerajaan bercorak Islam yang berada di wilayah Aceh, Sumatera Utara pada abad ke-13 hingga abad ke-16. Sejarah dan perkembangan kerajaan ini sangatlah penting dalam perjalanan Islam di Nusantara.

Kerajaan Samudera Pasai dikenal sebagai kerajaan Islam pertama di Nusantara. Salah satu bukti keberadaan dan kemajuan kerajaan ini adalah melalui catatan perjalanan bangsa Eropa seperti Marcopolo dan Ibnu Batutah. Pada kunjungannya, Marco Polo menggambarkan kerajaan ini sebagai pusat perdagangan yang ramai.

Perdagangan di Kerajaan Samudera Pasai sangatlah maju dan melibatkan berbagai negara seperti Benggala, Gujarat, Arab, dan Cina. Kerajaan ini dikenal sebagai pusat perdagangan rempah-rempah, terutama lada hitam. Selain itu, Kerajaan Samudera Pasai juga aktif dalam perdagangan jual beli emas, perak, tembaga, dan gading.

Kerajaan ini menjadi pusat penyebaran agama Islam di Nusantara. Raja-raja di Kerajaan Samudera Pasai dikenal sebagai pemimpin yang taat beragama Islam dan mendorong masyarakatnya untuk memeluk agama tersebut. Dalam perkembangannya, kerajaan ini menjadi salah satu pusat pendidikan Islam, dengan adanya lembaga pendidikan dan pemuka agama yang berperan penting dalam penyebaran dan pengembangan Islam di Nusantara.

Kerajaan Samudera Pasai memberikan kontribusi yang besar dalam memperkenalkan dan menguatkan Islam di Nusantara. Peran mereka dalam menjalin hubungan perdagangan dengan bangsa-bangsa lain juga membawa kemajuan ekonomi dan kultural dalam kerajaan ini. Kerajaan Samudera Pasai menjadi periode penting dalam sejarah Islam dan menjadi cikal bakal bagi perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia dan Asia Tenggara.

2. Kerajaan Malaka

Kerajaan Malaka dikenal sebagai salah satu kerajaan bercorak Islam pertama di Indonesia. Kerajaan ini berdiri pada abad ke-15 dan menjadi pusat perdagangan dan kebudayaan yang penting di wilayah Nusantara pada masa itu. Namun, kejayaan kerajaan ini tidak bertahan lama, karena mengalami keruntuhan pada abad ke-16 akibat serangan Portugis.

Kerajaan Malaka mencapai puncak kejayaannya di bawah pemerintahan Sultan Mansur Syah, yang memerintah dari tahun 1459 hingga 1477 M. Pada masa pemerintahan Sultan Mansur Syah, kerajaan ini berhasil menguasai wilayah Pahang, Kedah, Trengganu, dan sejumlah wilayah di Sumatera. Selain itu, Kerajaan Malaka juga berhasil memperluas pengaruhnya melalui jaringan perdagangan yang melibatkan berbagai negara seperti Cina, India, Arab, dan Persia.

Namun, dominasi dan kekayaan Kerajaan Malaka menarik perhatian bangsa Eropa, terutama Portugis, yang akhirnya berhasil menaklukkan Malaka pada tahun 1511. Penaklukan ini menjadi awal dari hegemoni kolonial Eropa di Nusantara.

Meskipun Kerajaan Malaka tidak lagi berdiri, warisan budaya Islamnya terus terjaga hingga saat ini. Banyak peninggalan sejarah dan situs-situs bersejarah yang mengingatkan kita akan kejayaan dan kebesaran Kerajaan Malaka sebagai kerajaan Islam pertama di Indonesia.

3. Kerajaan Aceh

Kerajaan Aceh adalah salah satu kerajaan bersejarah yang bercorak Islam di Nusantara. Kerajaan ini mencapai masa kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, yang berkuasa dari tahun 1607 hingga 1636.

Di bawah kepemimpinan Sultan Iskandar Muda, Kerajaan Aceh berhasil memperluas wilayah kekuasaannya hingga mencakup sebagian besar Sumatera, Malaysia, dan wilayah-wilayah di sekitar Selat Malaka. Sultan Iskandar Muda juga berhasil memperkuat kerajaan ini melalui kebijakan-kebijakan yang ada, seperti mengembangkan hubungan dagang dengan negara-negara Timur Tengah, India, dan Cina.

Namun, pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Thani, Kerajaan Aceh mengalami kemunduran yang signifikan. Kemunduran ini disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah serangan dari bangsa Portugis yang berhasil merebut wilayah-wilayah penting Aceh pada tahun 1614. Selain itu, adanya persaingan internal dan peperangan dengan kerajaan-kerajaan tetangga juga menjadi faktor penyebab kemunduran Kerajaan Aceh.

Meskipun mengalami kemunduran setelah masa Sultan Iskandar Thani, Kerajaan Aceh tetap menjadi pusat perdagangan yang penting di wilayah Nusantara. Tingginya perdagangan di Aceh menjadi faktor penting dalam perkembangan ekonomi dan budaya di daerah tersebut.

4. Kerajaan Demak

Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama yang ada di Pulau Jawa. Kerajaan ini didirikan oleh Raden Patah pada tahun 1478. Kerajaan Demak mencapai masa kejayaannya pada abad ke-16 dan memiliki kekuasaan yang meliputi wilayah Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon.

Selama masa kejayaannya, Kerajaan Demak menjadi pusat penyebaran agama Islam di Jawa. Raden Patah dan para penerusnya aktif dalam menyebarkan ajaran Islam dan memperkuat kerajaan dengan kegiatan perdagangan, terutama dalam hal perdagangan rempah-rempah dan hasil bumi.

Namun, akhirnya Kerajaan Demak mengalami kehancuran. Salah satu penyebabnya adalah perang saudara antara Sultan Trenggono, putra Raden Patah, dan Pangeran Surowiyoto. Perang saudara ini melemahkan kekuasaan Kerajaan Demak dan memberikan kesempatan kepada pasukan dari Kesultanan Pajang untuk mengambil alih kekuasaan. Pada tahun 1546, Kerajaan Demak resmi runtuh dan digantikan oleh Kesultanan Pajang.

Secara keseluruhan, Kerajaan Demak merupakan kerajaan penting dalam sejarah Indonesia, terutama sebagai kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Meskipun mengalami kehancuran, warisan dan pengaruh agama Islam dari Kerajaan Demak terus berlanjut hingga saat ini.

5. Kerajaan Mataram Islam

Situs Peninggalan Dinasti Mataram Islam di Solo Dibuldozer
Situs Peninggalan Dinasti Mataram Islam di Solo Dibuldozer (Dewi Divianta/Liputan6.com)

Kerajaan Mataram Islam adalah salah satu kerajaan bercorak Islam yang memiliki sejarah yang panjang di tanah Jawa.

Kerajaan ini didirikan oleh Sultan Agung pada abad ke-17 setelah mengalahkan Kesultanan Pajang. Sultan Agung merupakan raja pertama dari Kerajaan Mataram Islam yang berhasil menyatukan wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Di bawah kepemimpinan Sultan Agung, Kerajaan Mataram Islam mencapai masa kejayaannya. Sultan Agung dikenal sebagai seorang pemimpin yang tegas, bijaksana, dan berani. Ia berhasil memperluas wilayah kekuasaan dan membangun pusat pemerintahan yang kuat di kompleks istana Mataram.

Namun, pada tahun 1755, Kerajaan Mataram Islam menghadapi pembagian kekuasaan setelah Perjanjian Giyanti. Perjanjian ini mengakibatkan Kerajaan Mataram dibagi menjadi dua wilayah kekuasaan yaitu Kasultanan Yogyakarta yang diberikan kepada Hamengkubuwono I dan Kasultanan Surakarta yang diberikan kepada Pakubuwono III.

Meskipun demikian, warisan Kerajaan Mataram Islam masih terasa kuat di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur hingga saat ini. Kerajaan ini telah memberikan pengaruh yang besar terhadap perkembangan agama Islam, seni dan budaya Jawa, serta sistem pemerintahan di wilayah tersebut.

6. Kerajaan Banten

Kerajaan Banten terletak di ujung pulau Jawa dan merupakan salah satu kerajaan bercorak Islam yang berperan penting dalam sejarah Nusantara. Islam mulai tersebar luas di wilayah ini setelah penaklukan oleh Fatahillah pada tahun 1527. Kerajaan Banten didirikan oleh Hasanuddin, yang kemudian menjadi raja pertama dari kerajaan ini. Hasanuddin memiliki visi yang kuat dalam penyebaran agama Islam di Banten.

Selanjutnya, kerajaan ini dipimpin oleh raja-raja yang berpengaruh seperti Maulana Muhammad dan Sultan Ageng Tirtayasa. Maulana Muhammad memiliki peran dalam membangun dan memperluas wilayah Kerajaan Banten, sementara Sultan Ageng Tirtayasa merupakan salah satu raja yang paling dihormati dan tetap berperang melawan penjajah Belanda.

Namun, kejayaan Kerajaan Banten tidak berlangsung dengan lama. Pada tahun 1813, Kerajaan Banten runtuh akibat serangan dari pasukan Belanda. Meskipun telah runtuh, namun Kerajaan Banten tetap meninggalkan warisan budaya dan sejarah yang kaya, serta peran penting dalam penyebaran agama Islam di Banten.

Dengan keberadaan dan sejarahnya yang penting, Kerajaan Banten merupakan salah satu kerajaan yang memiliki nilai historis yang tinggi dan mewakili peran Islam di Nusantara.

7. Kerajaan Gowa Tallo

Kerajaan Gowa Tallo adalah salah satu kerajaan di wilayah Sulawesi Selatan yang memiliki pengaruh besar dalam perdagangan di wilayah timur Indonesia. Kerajaan ini terdiri dari dua kerajaan, yakni Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo. Sejarah Kerajaan Gowa Tallo bermula sebelum kedatangan agama Islam di Nusantara.

Pada masa kejayaannya, Kerajaan Gowa Tallo telah menjadi pusat perdagangan yang penting. Melalui jaringan perdagangan yang luas, Kerajaan Gowa Tallo berhasil memperbesar wilayah pengaruhnya hingga ke pulau-pulau di sekitar Sulawesi. Kerajaan ini juga memiliki kekuatan militer yang kuat dan terkenal dengan kelautannya yang tangguh.

Setelah agama Islam masuk ke wilayah ini, Kerajaan Gowa Tallo memeluk agama Islam tanpa kekerasan. Islam kemudian menjadi agama yang dominan di kerajaan ini. Meskipun demikian, praktik-praktik animisme dan budaya lokal tetap dipertahankan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Kerajaan Gowa Tallo.

Dalam sejarahnya, Kerajaan Gowa Tallo mengalami masa kejayaan dan kemunduran yang berkaitan dengan persaingan politik dan perdagangan di daerah ini. Namun, peran penting Kerajaan Gowa Tallo dalam sejarah Sulawesi Selatan dan pengaruhnya dalam perkembangan perdagangan di wilayah timur Indonesia tidak dapat disangkal.

8. Kerajaan Ternate dan Tidore di Maluku

Kerajaan Ternate dan Tidore adalah dua kerajaan yang terletak di wilayah Maluku Utara. Keberadaan kedua kerajaan ini sangat penting dalam sejarah Indonesia, terutama dalam sektor perdagangan rempah-rempah.

Kedua kerajaan ini terkenal karena kekayaan alamnya, terutama rempah-rempah seperti cengkeh dan pala. Rempah-rempah ini merupakan komoditas yang sangat berharga dan dicari oleh negara-negara Eropa pada masa penjelajahan laut. Banyak pedagang dari Eropa, seperti Portugis, Spanyol, dan Belanda, datang ke wilayah ini untuk menguasai perdagangan rempah-rempah.

Selain sebagai pusat perdagangan, Kerajaan Ternate dan Tidore juga terkenal dengan kebudayaan kora-kora mereka. Kora-kora adalah perahu perang tradisional yang digunakan oleh penduduk setempat. Perahu-perahu ini biasanya dihiasi dengan ukiran indah dan digunakan untuk melindungi wilayah kerajaan dari serangan musuh.

Kegiatan perdagangan rempah-rempah dan kehadiran bangsa Eropa membawa berbagai perubahan bagi kedua kerajaan ini. Mereka mengalami persaingan dan konflik dengan bangsa Eropa yang berusaha menguasai perdagangan rempah-rempah. Meskipun demikian, keberadaan Kerajaan Ternate dan Tidore tetap memberikan sumbangan penting dalam sejarah Indonesia.

9. Kesultanan Cirebon

Kisah Pusaka Cirebon Dari Babad Alas Hingga Eksekusi Syekh Siti Jenar
Menurut catatan salah satu bangunan bersejarah di Keraton Kanoan Cirebon ini menjadi tempat pelantikan sultan yang baru. Foto (Liputan6.com / Panji Prayitno)

Kesultanan Cirebon adalah salah satu kerajaan bercorak Islam yang memiliki sejarah dan perkembangan yang menarik. Kerajaan ini didirikan oleh seorang ulama terkenal bernama Sunan Gunung Jati pada abad ke-15. Sunan Gunung Jati merupakan salah satu wali songo yang berperan penting dalam penyebaran agama Islam di Jawa Barat.

Kesultanan Cirebon awalnya merupakan bagian dari Kerajaan Pajajaran yang berpusat di daerah Jawa Barat. Namun, setelah Kerajaan Pajajaran runtuh, Sunan Gunung Jati memisahkan wilayah Cirebon dan mendirikan kesultanan sendiri. Ia juga membangun Masjid Agung Sang Cipta Rasa sebagai pusat penyebaran Islam di wilayah tersebut.

Pada masa pemerintahan kesultanan Cirebon, wilayah ini dibagi menjadi dua bagian yaitu Kasepuhan dan Kanoman. Kasepuhan merupakan wilayah yang diperintah oleh raja yang berasal dari keturunan langsung Sunan Gunung Jati, sedangkan Kanoman diperintah oleh raja yang berasal dari keluarga kerajaan lainnya.

Kesultanan Cirebon berperan penting dalam penyebaran agama Islam di Jawa Barat. Melalui kepemimpinan Sunan Gunung Jati dan para raja Cirebon, Islam berhasil diterima oleh masyarakat setempat. Kesultanan Cirebon juga memberikan sumbangsih dalam bidang budaya seperti seni dan kesenian.

Dengan sejarah dan perkembangan yang unik, Kesultanan Cirebon merupakan salah satu bagian penting dari perjalanan Islam di Indonesia, khususnya di Jawa Barat. Kasepuhan dan Kanoman tetap menjadi saksi bisu dari kejayaan kerajaan tersebut hingga saat ini.

10. Kerajaan Bacan

Kerajaan Bacan merupakan salah satu kerajaan bercorak Islam yang pernah berkuasa di wilayah Maluku Utara, Nusantara. Kerajaan ini memiliki sejarah yang kaya dan karakteristik unik yang mempengaruhi kehidupan masyarakat setempat.

Penyebaran agama Islam di Kerajaan Bacan dimulai pada abad ke-14 dengan masuknya pedagang-pedagang Muslim dari berbagai negara, termasuk dari Timur Tengah. Mereka membawa ajaran Islam dan berhasil mengislamkan sebagian besar penduduk Bacan.

Raja pertama Kerajaan Bacan yang bercorak Islam adalah Sultan Ahmad, yang berkuasa pada awal abad ke-16. Ia menjadi seorang pemimpin yang berperan aktif dalam menyebarkan ajaran Islam di wilayah tersebut. Dalam kepemimpinannya, ajaran Islam diterapkan dalam sistem pemerintahan serta menjadi dasar dalam hukum dan kebijakan kerajaan.

Kerajaan Bacan juga dikenal dengan kekayaan alamnya, terutama hasil bumi berupa rempah-rempah. Kekayaan ini menjadikan kerajaan ini memiliki kekuasaan ekonomi yang besar. Selain itu, kerajaan ini juga dikenal dengan keberhasilannya dalam menjaga perdamaian dan stabilitas di wilayahnya.

Dengan penyebaran agama Islam dan penerapan ajaran Islam yang kuat, Kerajaan Bacan menjadi pusat kebudayaan Islam di Maluku Utara. Masyarakat Bacan mengadopsi ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam adat istiadat dan tradisi mereka. Kerajaan Bacan memberikan sumbangan besar dalam perkembangan Islam dan peradaban di wilayah tersebut.

11. Kesultanan Banggai

Kesultanan Banggai adalah sebuah kerajaan yang berada di Semenanjung Timur pulau Sulawesi dan Kepulauan Banggai. Sejarah dan perkembangan kesultanan ini sangat terkait dengan keruntuhan kerajaan Majapahit dan bangkitnya kerajaan Banggai sebagai kerajaan independen yang bercorak Islam.

Setelah keruntuhan kerajaan Majapahit pada abad ke-15, wilayah Nusantara mengalami perubahan yang signifikan. Salah satunya adalah munculnya kerajaan-kerajaan baru yang secara terpisah berdiri sebagai kerajaan-kerajaan independen. Kesultanan Banggai adalah salah satu kerajaan yang bangkit dan menguasai wilayah-wilayah di pesisir timur Sulawesi dan Kepulauan Banggai.

Kerajaan Banggai merupakan salah satu kerajaan yang menerima pengaruh Islam sebagai ajaran utama. Kerajaan ini mengadopsi sistem pemerintahan Islam dan sangat kental dengan nilai-nilai keagamaan. Selain itu, kesultanan Banggai juga terkenal dengan kebijakan toleransinya terhadap agama dan budaya lain.

Dengan keberadaannya sebagai kerajaan independen yang bercorak Islam, kesultanan Banggai menjadi salah satu pusat penyebaran agama Islam di wilayah timur Indonesia. Kejayaan kerajaan ini terutama terletak pada kesuksesannya dalam memelihara perdamaian dan stabilitas di wilayahnya serta menerapkan nilai-nilai keadilan yang Islami. Kesultanan Banggai telah memberikan sumbangan besar dalam perkembangan Islam di Indonesia.

12 Kerajaan Bone

Kerajaan Bone adalah salah satu kerajaan bercorak Islam yang berdiri di wilayah Sulawesi Selatan. Kerajaan ini memiliki hubungan erat dengan Kerajaan Gowa dan Tallo, yang merupakan kerajaan-kerajaan tetangga di wilayah tersebut.

Kerajaan Bone dianggap sebagai pewaris dari Kerajaan Gowa dan Tallo setelah terjadi perpecahan internal antara dua kerajaan tersebut.

Salah satu ciri khas dari Kerajaan Bone adalah penerapan aturan syariat Islam yang sangat kuat. Raja-raja Bone sangat menjunjung tinggi aturan-aturan Islam dalam menjalankan pemerintahan mereka.

Selain itu, Kerajaan Bone juga dikenal dengan masa kejayaannya yang mencapai puncak pada abad ke-17. Pada masa itu, Bone berhasil menguasai sebagian besar wilayah Sulawesi Selatan dan menjadi kekuatan yang dihormati di kawasan tersebut.

Namun, masa kejayaan Kerajaan Bone berakhir pada abad ke-18 ketika Belanda menjajah wilayah Nusantara. Bone akhirnya jatuh di bawah penaklukan Belanda pada tahun 1905.

Meskipun Kerajaan Bone tidak lagi berdiri, warisan sejarah dan kebudayaannya masih bisa kita temukan hingga saat ini. Kerajaan Bone merupakan bukti penting dari perjalanan sejarah Islam di Indonesia dan peran kerajaan-kerajaan bercorak Islam dalam pembentukan identitas bangsa.

13. Kerajaan Konawe

Kerajaan Konawe memiliki sejarah yang menarik sebelum akhirnya bercorak Islam. Pada awalnya, kerajaan ini memiliki ciri khas Hindu dalam pemerintahannya. Raja-raja Konawe mempraktikkan agama Hindu dan mengikuti tradisi serta kebiasaan Hindu dalam menjalankan Kerajaan Konawe.

Namun, pada suatu titik, Kerajaan Konawe mengalami perubahan yang signifikan. Sistem pemerintahan Konawe berubah menjadi bercorak Islam. Pengaruh agama Islam mulai masuk ke dalam kerajaan ini, dan raja-raja Konawe menjadi penganut agama Islam.

Perubahan tersebut juga berhubungan dengan masuknya Kerajaan Konawe ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kerajaan Konawe menjadi bagian dari wilayah Indonesia yang kemudian menerapkan sistem pemerintahan yang sesuai dengan prinsip-prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dengan perubahan ini, Kerajaan Konawe tidak lagi menerapkan sistem pemerintahan Hindu dan menjadi kerajaan yang bercorak Islam. Agama Islam menjadi agama utama dalam menjalankan pemerintahan, dan nilai-nilai Islam menjadi panduan dalam kehidupan masyarakat Konawe.

Pada akhirnya, kerajaan ini menjadi bagian dari keanekaragaman budaya dan agama di Indonesia, yang terus dipertahankan hingga saat ini. Kerajaan Konawe menjadi simbol penting dalam sejarah perkembangan Islam di wilayah Indonesia.

14. Kesultanan Sumbawa

Kisah Cinta Abadi Putri Mahkota Raja Bali Pemeluk Agama Islam
Kisah cinta sang putri mahkota berawal dari sayembara. (Liputan6.com/Dewi Divianta)

Kesultanan Sumbawa merupakan salah satu kerajaan bercorak Islam yang pernah ada di wilayah Pulau Sumbawa. Sejarah perjalanan kerajaan ini sangat erat kaitannya dengan masuknya agama Islam ke pulau tersebut.

Pada masa itu, pulau Sumbawa masih berada di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit yang sedang mengalami keruntuhan. Runtuhnya kekuasaan Majapahit menciptakan kekosongan pemerintahan di beberapa wilayah di Indonesia, termasuk Pulau Sumbawa. Hal tersebut semakin mempermudah penyebaran agama Islam di pulau tersebut.

Agama Islam mulai masuk ke pulau Sumbawa melalui perdagangan dan hubungan antara pedagang Muslim dari Timur Tengah dengan masyarakat setempat. Melalui duta-duta keagamaan yang disebut Walisongo, ajaran Islam disampaikan dan diterima oleh masyarakat Pulau Sumbawa. Secara bertahap, agama Islam menjadi agama utama di pulau tersebut.

Pendirian Kesultanan Sumbawa juga menjadi faktor penting dalam penyebaran agama Islam. Kesultanan ini didirikan oleh Sultan Muhammad Bakir pada tahun 1660 M, dan langsung menerapkan Islam sebagai agama resmi dalam sistem pemerintahannya. Kesultanan Sumbawa menjadi pusat penyebaran agama Islam di wilayah ini dan memainkan peran penting dalam memperkuat dan menyebarluaskan ajaran Islam di Pulau Sumbawa.

Dengan demikian, Kesultanan Sumbawa merupakan salah satu bukti sejarah penting tentang masuknya agama Islam dan penyebarannya di wilayah Pulau Sumbawa. Kerajaan ini menjadi bukti keberhasilan Islam dalam mengakar dan berkembang di Indonesia.

15. Kerajaan Dompu

Kerajaan Dompu, yang terletak di wilayah Kabupaten Dompu, merupakan sebuah kerajaan yang memiliki bercorak Islam. Mayoritas penduduk di kerajaan ini memeluk agama Islam, yang menjadi landasan dalam sistem pemerintahannya.

Selain itu, salah satu hal menarik tentang Kerajaan Dompu adalah masih adanya keturunan raja hingga saat ini. Meskipun tidak lagi memegang kekuasaan politik, mereka tetap diakui sebagai bagian dari sejarah keluarga kerajaan.

Perubahan penting dalam sejarah Kerajaan Dompu adalah perubahan istana menjadi Masjid Raya Dompu. Hal ini merupakan bukti dari pengaruh agama Islam yang kuat di wilayah ini. Dalam prosesnya, bangunan istana kerajaan diubah menjadi masjid yang menjadi pusat kegiatan keagamaan dan spiritual bagi masyarakat setempat.

Dengan begitu, Kerajaan Dompu menjadi contoh nyata kerajaan bercorak Islam yang menjadikan agama sebagai landasan dalam kehidupan politik dan sosial. Dan melalui perubahan istana menjadi Masjid Raya Dompu, pesan toleransi dan keberagaman di tengah masyarakat pun tetap terjaga.

16. Kerajaan Mempawah

Kerajaan Mempawah adalah salah satu kerajaan bercorak Islam yang terletak di wilayah Kalimantan Barat, Indonesia. Kerajaan ini memiliki sejarah yang cukup unik karena mengalami dua periode pemerintahan yang berbeda.

Asal-usul nama Mempawah berasal dari kata "Mampe" yang artinya "awan" dan "Pawaha" yang artinya "berlintasan". Nama ini merujuk pada sebuah legenda lokal yang mengisahkan tentang awan yang melintasi langit ketika kelompok Suku Dayak yang beragama Hindu pertama kali datang ke wilayah ini. Suku Dayak kemudian mengadopsi agama Islam dan melanjutkan kehidupan mereka di kerajaan yang kemudian dikenal sebagai Kerajaan Mempawah.

Kerajaan Mempawah telah mengalami dua periode pemerintahan yang berbeda. Pada awalnya, kerajaan ini merupakan kerajaan Hindu yang berpusat di Mempawah Hilir. Namun, pada abad ke-16, kerajaan ini berubah menjadi kesultanan Islam dan berpindah ke Mempawah Hulu. Ketika berada di Mempawah Hulu, kesultanan ini dianggap sebagai salah satu pusat kekuasaan Islam yang penting di Kalimantan Barat.

Dengan perpaduan antara kebudayaan Suku Dayak dan agama Islam, Kerajaan Mempawah memiliki ciri khas yang unik. Kerajaan ini merupakan contoh penting dari percampuran budaya dan agama yang terjadi di Nusantara pada masa lalu. Dengan demikian, Kerajaan Mempawah memberikan sumbangan yang signifikan bagi perkembangan Islam di Kalimantan Barat.

17. Kerajaan Tanjungpura

Kerajaan Tanjungpura, yang awalnya dikenal sebagai Kerajaan Negeri Baru, merupakan salah satu kerajaan bercorak Islam yang terletak di Kalimantan Barat. Kerajaan ini memiliki sejarah yang kaya dan pernah mengalami perpindahan ibu kota yang signifikan.

Awalnya, Kerajaan Tanjungpura berpusat di Negeri Baru, sebuah kota kecil yang berlokasi di sekitar daerah Mempawah. Namun, pada abad ke-15, ibu kota kerajaan ini dipindahkan ke Sukadana, yang merupakan kota yang lebih besar dan strategis.

Perpindahan ibu kota ini juga sejalan dengan perubahan nama kerajaan. Setelah Raja Tanjungpura masuk Islam, kerajaan ini dikenal dengan nama Kerajaan Matan yang lebih dikenal sebagai Kerajaan Tanjungpura yang berpegang teguh pada ajaran Islam.

Kerajaan Tanjungpura mencapai masa kejayaannya pada abad ke-16 dan menjadi salah satu pusat kekuasaan Islam yang penting di Kalimantan Barat. Namun, seperti banyak kerajaan lainnya, Kerajaan Tanjungpura juga mengalami kemunduran pada abad-abad berikutnya akibat faktor eksternal maupun internal.

Meskipun berakhirnya masa kejayaannya, Kerajaan Tanjungpura meninggalkan warisan penting sebagai salah satu kerajaan bercorak Islam penting di Kalimantan Barat. Perpindahan ibu kota dan perubahan nama menjadi bukti bahwa agama Islam telah memainkan peran yang signifikan dalam perkembangan dan perubahan kerajaan ini.

18. Kerajaan Landak

20160721- Istana Siak Sri Indrapura Riau-Faizal Fanani
Penampakan luar Istana Siak Sri Indrapura di Kabupaten Siak, Riau, Kamis (21/7). Istana Siak Sri Indrapura adalah istana peninggalan Kesultanan Siak yang merupakan kerajaan Islam terbesar di Riau saat abad 16-20. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Kerajaan Landak adalah salah satu kerajaan bercorak Islam yang berlokasi di wilayah Kalimantan Barat. Kerajaan ini memiliki sejarah yang panjang dan merupakan salah satu kerajaan tertua di wilayah tersebut. Terletak di Kabupaten Landak, kerajaan ini dikenal karena bangunan istana kerajaannya yang megah dan indah.

Kerajaan Landak memiliki dua periode penting dalam sejarahnya. Pada awalnya, kerajaan ini didominasi oleh pengaruh Hindu dan berada di bawah kekuasaan kerajaan Hindu yang lebih besar di wilayah Kalimantan Barat. Namun, pada abad ke-15, kerajaan ini secara resmi beralih menjadi kerajaan Islam.

Bukti keberadaan Kerajaan Landak dapat ditemukan dalam berbagai kronik sejarah dan artefak yang masih ada hingga saat ini. Salah satu bukti fisik yang paling menonjol adalah bangunan istana kerajaan yang terletak di daerah tersebut. Bangunan ini memiliki arsitektur khas dengan ornamen-ornamen Islam yang indah dan mengesankan.

Dengan perpindahan agama ke Islam, Kerajaan Landak menjadi salah satu pusat kekuasaan Islam yang penting di Kalimantan Barat. Meskipun mengalami kemunduran pada abad-abad berikutnya, tetapi warisan sejarah dan keberadaan kerajaan ini tetap menjadi bagian yang tak terpisahkan dari sejarah Islam di Kalimantan Barat.

19. Kerajaan Tayan

Kerajaan Tayan merupakan salah satu kerajaan bercorak Islam yang terletak di wilayah Kalimantan Barat. Kerajaan ini didirikan oleh Putra Brawijaya, seorang keturunan dari Kerajaan Majapahit pada abad ke-14. Sejarah Kerajaan Tayan berkaitan erat dengan kedatangan Gusti Lekar, seorang pengikut Raja Matan dari Kerajaan Majapahit, yang membawa agama Islam ke wilayah tersebut.

Kerajaan Tayan menjadi salah satu pusat kekuasaan Islam di Kalimantan Barat pada masa lampau. Selama pemerintahannya, kerajaan ini mengalami masa kejayaan dalam bidang politik, ekonomi, dan budaya. Peninggalan sejarah seperti bangunan istana kerajaan dan artefak lainnya mencerminkan keindahan seni dan arsitektur Islam pada masa itu.

Kerajaan Tayan juga dikenal sebagai pusat penyebaran agama Islam di wilayah sekitarnya. Raja dan keluarga kerajaan menjadi pelindung dan penyebar agama Islam di kerajaan ini. Kehadiran Islam di dalam Kerajaan Tayan memberikan pengaruh besar pada masyarakat dan identitas budaya mereka.

Dengan demikian, Kerajaan Tayan merupakan salah satu kerajaan bercorak Islam yang penting dalam sejarah Kalimantan Barat. Peninggalan-peninggalan sejarah yang ada hingga saat ini menjadi saksi bisu kejayaan dan keberhasilan kerajaan ini dalam memperkokoh agama Islam di wilayah tersebut.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya