Liputan6.com, Jakarta - Ilahilastulil Firdaus adalah sebuah sholawat syair ciptaan Abu Nawas, yang sebenarnya bernama Abu Ali Hasan bin Hani' al-Hakami. Abu Nawas dikenal sebagai pujangga dan penyair terkenal pada masa Bani Abbasiyah. Karyanya yang terkenal, Ilahilastulil Firdaus, saat ini lebih dikenal sebagai Syair Al I'tiraf dan telah dijadikan lagu oleh berbagai musisi religi.
Syair I'tiraf dimulai sebagai doa yang dipanjatkan Abu Nawas kepada Allah. Liriknya menceritakan seorang hamba yang merendahkan diri di hadapan Tuhannya. Abu Nawas menggambarkan rasa rendah dirinya dan kesadaran akan ketidakpantasannya sebagai penghuni surga.
Advertisement
Dalam buku berjudul 25 Kisah Pilihan Tokoh Sufi Dunia oleh Siti Nur Aidah, Abu Nawas menciptakan syair yang terkenal ini. Syair tersebut mencerminkan pengakuan dirinya yang merasa tidak layak untuk mendiami surga. Ini adalah ungkapan kerendahan hati dan penyesalan atas dosa-dosanya yang menggambarkan dimensi spiritual dalam karya Abu Nawas.
Advertisement
Menurut buku Biografi Tokoh Sastra karya Ulinuha Rosyadi, Abu Nawas adalah seorang sastrawan yang sangat berbakat. Namanya semakin dikenal luas setelah berhasil menarik perhatian Khalifah Harun al-Rasyid. Kebolehannya dalam menyusun kata-kata dan menyampaikan pesan membuatnya menjadi tokoh sastra yang disegani pada zamannya.
Pada tahun 2005, Jefri Al Buchori membawakan syair I'tiraf atau syair Abu Nawas dalam bentuk lagu. Setelah itu, banyak penyanyi lain yang ikut melantunkan lagu ini dalam berbagai versi, mulai dari grup nasyid seperti Raihan hingga grup musik religi seperti Sabyan.
Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang sholawat syair Abu Nawas lirik Arab, latin, arti, dan maknanya, Rabu (15/11/2023).
Lirik Bahasa Arab
إِلهِي لَسْتُ لِلْفِرْدَوْسِ أَهْلاً
وَلاَ أَقْوَى عَلىَ النَّارِ الجَحِيْمِ
فَهَبْ ليِ تَوْبَةً وَاغْفِرْ ذُنُوْبيِ
فَإِنَّكَ غَافِرُ الذَّنْبِ العَظِيْم
ذُنُوْبيِ مِثْلُ أَعْدَادِ الرِّمَالِ
فَهَبْ ليِ تَوْبَةً يَاذاَالجَلاَلِ
وَعُمْرِي نَاقِصٌ فيِ كُلِّ يَوْمٍ
وَذَنْبيِ زَئِدٌ كَيْفَ احْتِمَالِ
إِلهِي عَبْدُكَ العَاصِي أَتَاكَ
مُقِرًّا بِالذُّنُوْبِ وَقَدْ دَعَاكَ
فَإِنْ تَغْفِرْ فَأَنْتَ لِذَا أَهْلٌ
فَإِنْ تَطْرُدْ فَمَنْ نَرْجُو سِوَاكَ
Lirik Sholawat Latin
Ilahi lastu lil firdausi ahla
Wala aqwa ala naril jahimi
Fahab lii taubatan waghfir dzunubi
Fainnaka ghofiruz dzambil adzimi
Dzunuubii mitslu a'daadir rimaali
Fa hablii taubatan yaa dzaal jalaali
Wa 'umrii naaqishun fii kulli yaumin
Wa dzambii zaa-idun kaifah timaali
Ilaahii 'abdukal 'aashii ataaka
Muqirrom bidzdzunuubi wa qod da'aaka
Fain taghfir fa anta lidzaaka ahlun
Fain tathrud faman narjuu siwaaka
Lirik Bahasa Indonesia
Ya Tuhanku, hamba tidak pantas menjadi penghuni surga
Namun hamba juga tidak kuat menahan panas api neraka
Maka berilah aku taubat (ampunan) dan ampunilah dosaku
Sesungguhnya engkau Maha Pengampun dosa yang besar
Dosaku bagaikan pasir di lautan
Maka berilah aku taubat wahai Tuhanku yang memiliki keagungan
Umurku ini setiap hari berkurang
Sedang dosaku selalu bertambah, bagaimana aku menanggungnya
Wahai, Tuhanku! Hamba Mu yang berbuat dosa telah datang kepada Mu
Dengan mengakui segala dosa dan telah memohon kepada Mu
Maka jika engkau mengampuni, maka Engkaulah yang berhak mengampuni
Jika Engkau menolak, kepada siapakah lagi aku mengharap selain kepada Engkau?
Advertisement
Makna Syair Abu Nawas
"Ya Tuhanku, hamba tidak pantas menjadi penghuni surga"
Dalam baris ini, Abu Nawas menyatakan rasa ketidakpantasannya untuk mendapatkan tempat di surga, menunjukkan rasa rendah diri dan pengetahuannya akan kesalahan yang dilakukannya.
"Namun hamba juga tidak kuat menahan panas api neraka"
Abu Nawas mengakui kelemahannya dan ketidakmampuannya untuk menanggung siksaan api neraka, menyadari dosa-dosanya yang dapat mengakibatkan hukuman.
"Maka berilah aku taubat (ampunan) dan ampunilah dosaku"
Permohonan taubat menunjukkan kesungguhan Abu Nawas untuk bertaubat dan memohon ampunan atas dosa-dosanya kepada Tuhan.
"Sesungguhnya engkau Maha Pengampun dosa yang besar"
Mengakui sifat Tuhan sebagai Maha Pengampun, Abu Nawas menyatakan keyakinannya bahwa Tuhan memiliki kemampuan untuk mengampuni dosa-dosanya yang besar.
"Dosaku bagaikan pasir di lautan"
Dalam perbandingan ini, Abu Nawas menggambarkan banyaknya dosa yang telah dilakukannya sebagai sesuatu yang sangat besar dan sulit dihitung, sebagaimana banyaknya pasir di lautan.
"Maka berilah aku taubat wahai Tuhanku yang memiliki keagungan"
Abu Nawas kembali memohon taubat, kali ini menyertakan penghormatan kepada Tuhan yang memiliki keagungan dan kebesaran.
"Umurku ini setiap hari berkurang"
Abu Nawas menyadari bahwa umurnya berkurang setiap hari, menegaskan urgensi untuk bertaubat dan memperbaiki diri sebelum ajal tiba.
"Sedang dosaku selalu bertambah, bagaimana aku menanggungnya"
Ungkapan ini mencerminkan keputusasaan dan beban hati Abu Nawas yang merasa dosanya selalu bertambah, sementara umurnya terus berkurang.
"Wahai, Tuhanku! Hamba Mu yang berbuat dosa telah datang kepada Mu"
Abu Nawas dengan tulus mengakui dirinya sebagai hamba Tuhan yang penuh dosa, datang dengan penuh kerendahan hati memohon ampunan.
"Dengan mengakui segala dosa dan telah memohon kepada Mu"
Abu Nawas menegaskan kembali pengakuannya terhadap dosa-dosanya dan upayanya dalam memohon ampunan kepada Tuhan.
"Maka jika engkau mengampuni, maka Engkaulah yang berhak mengampuni"
Abu Nawas menyatakan keyakinannya bahwa Tuhan, dengan segala kebesaran-Nya, berhak memberikan ampunan atas dosa-dosanya.
"Jika Engkau menolak, kepada siapakah lagi aku mengharap selain kepada Engkau?"
Ungkapan ini mencerminkan kerendahan hati dan ketergantungan penuh kepada Tuhan, dengan menyatakan bahwa hanya kepada Tuhanlah Abu Nawas dapat berharap jika ampunan-Nya tidak diberikan.