Memahami Kata Arkais, Ketahui Pengertian, Ciri-Ciri, Contoh, dan Artinya

Memahami kata arkais dalam hikayat menjadi penting karena hikayat sendiri merupakan salah satu genre sastra lisan atau tulisan yang cukup tua.

oleh Mabruri Pudyas Salim diperbarui 24 Nov 2023, 18:05 WIB
Diterbitkan 24 Nov 2023, 18:05 WIB
Ilustrasi babad, sastra
Ilustrasi babad, sastra. (Gambar oleh Georgi Dyulgerov dari Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta Pada era modern ini, keberadaan kata arkais dalam hikayat sering kali menjadi perhatian tersendiri bagi kalangan peneliti, mahasiswa, dan peminat sastra. Kata arkais adalah kata yang tidak lagi umum digunakan dalam percakapan sehari-hari dan cenderung sudah ketinggalan zaman dalam penggunaannya. 

Memahami kata arkais dalam hikayat menjadi penting karena hikayat sendiri merupakan salah satu genre sastra lisan atau tulisan yang cukup tua. Dalam hikayat, sering ditemukan penggunaan kata-kata yang sudah tidak lazim lagi dijumpai dalam bahasa sehari-hari saat ini. Contohnya seperti penggunaan kata-kata seperti "engkau" yang artinya kamu atau "daku" yang artinya aku.

Penting untuk mengetahui pengertian, ciri-ciri, contoh, dan arti kata arkais dalam hikayat agar kita dapat memahami dan menafsirkan dengan benar teks-teks sastra tersebut. Ciri-ciri kata arkais dalam hikayat biasanya ditandai dengan perubahan bentuk dan penggunaan vokal, konsonan, atau ejaan yang tidak sama dengan bentuk kata dalam bahasa Indonesia modern.

Contoh kata arkais dalam hikayat antara lain adalah "seri" yang artinya putri, "telambur" yang artinya menemui, dan "beribah" yang artinya berubah. Untuk memahami kata arkais dalam hikayat lebih dalam, simak penjelasan selengkapnya berikut ini seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Jumat (24/11/2023).

 

Memahami Pengertian Kata Arkais

Pengertian kata arkais adalah kata-kata yang berasal dari zaman lampau atau kuno yang tidak lagi umum digunakan dalam bahasa sehari-hari. Kata arkais sering dijumpai dalam karya sastra klasik seperti hikayat, legenda, atau puisi lama. Kata tersebut memiliki arti dan penggunaan yang berbeda dengan kata-kata yang umum digunakan saat ini.

Menggunakan kata arkais dalam penggunaan sehari-hari mungkin dapat menimbulkan kebingungan atau ketidakpahaman karena kata-kata tersebut tidak lagi lazim digunakan dalam percakapan sehari-hari. Oleh karena itu, pemahaman terhadap kata-kata arkais perlu ditingkatkan untuk memahami teks-teks klasik atau sastra.

Kata arkais juga memberikan kekhasan dan keindahan tersendiri pada suatu karya sastra. Penggunaan kata-kata yang tidak lagi umum tersebut dapat menciptakan nuansa zaman lama atau membawa pembaca pada zaman lalu. Hal ini dapat menciptakan suasana yang unik dalam suatu cerita atau puisi.

Dalam hikayat, kata-kata arkais sering kali digunakan untuk menjaga keautentikan dan mempertahankan gaya bahasa zaman dulu. Oleh karena itu, memahami dan menggunakan kata arkais dapat menjadi penting bagi mereka yang ingin menikmati dan memahami karya sastra klasik dalam bahasa Indonesia.

Ciri-Ciri Kata Arkais

Ilustrasi Babad, Sastra
Ilustrasi babad, sastra. (Gambar oleh Dariusz Sankowski dari Pixabay)

Kata arkais merupakan jenis kata dalam bahasa Indonesia yang sudah tidak lazim digunakan dalam percakapan sehari-hari. Biasanya kata ini digunakan dalam teks-teks klasik seperti hikayat, sastra, atau berbagai naskah kuno. Ciri-ciri utama kata arkais adalah jarangnya penggunaan kata tersebut dalam pergaulan sehari-hari dan sudah tidak terdapat dalam kosakata umum sekarang ini.

Selain itu, kata arkais juga sering memiliki pola morfologi dan fonologi yang berbeda dengan kata-kata modern. Misalnya, kata arkais sering kali menggunakan ejaan atau pengucapan yang sudah tidak berlaku lagi dalam bahasa Indonesia saat ini. Contohnya adalah penggunaan huruf "j" untuk pengucapan huruf "y" yang menjadi karakteristik dalam bahasa Jawa Kuno.

Kemudian, kata arkais juga sering kali memiliki arti atau makna yang sudah tidak umum atau tidak dikenal lagi. Hal ini disebabkan oleh perubahan zaman dan pergeseran makna kata dalam perkembangan bahasa. Oleh karena itu, untuk memahami maksud dari kata arkais, sering kali diperlukan kajian mendalam terhadap konteks dan penuturan teks kuno yang mengandung kata tersebut.

Secara keseluruhan, ciri-ciri kata arkais meliputi jarangnya penggunaan dalam percakapan sehari-hari, pola morfologi dan fonologi yang khas, serta memiliki arti atau makna yang sudah tidak umum.

Alasan Adanya Kata-Kata Arkais

Ilustrasi babad, sastra
Ilustrasi babad, sastra. (Gambar oleh Dariusz Sankowski dari Pixabay)

Kata-kata arkais dalam hikayat memiliki alasan yang kuat untuk tetap dipertahankan. Kata arkais adalah kata-kata yang sudah tidak umum digunakan dalam percakapan sehari-hari, tetapi masih ditemukan dalam teks sastra lama seperti hikayat.

Pertama, penggunaan kata-kata arkais membantu menciptakan iklim dan suasana khas dalam cerita. Kata-kata ini memberikan nuansa klasik dan memberikan pembaca pengalaman yang autentik. Penggunaan kata-kata arkais juga memungkinkan pembaca untuk terhubung dengan tradisi dan budaya masa lalu.

Selain itu, kata-kata arkais juga melengkapi karakteristik tokoh atau situasi tertentu dalam cerita hikayat. Misalnya, kata-kata arkais dapat digunakan untuk menunjukkan status atau latar belakang sosial karakter tertentu. Kata-kata ini juga dapat memberikan petunjuk tentang nilai-nilai budaya dan adat istiadat pada masa itu.

Terakhir, penggunaan kata-kata arkais dalam hikayat membantu melestarikan kekayaan bahasa Indonesia. Dengan mengakses teks-teks klasik yang menggunakan kata-kata kuno, pembaca dapat mempelajari dan memahami lebih baik perkembangan bahasa Indonesia. Kata-kata arkais menjadi saksi sejarah yang menunjukkan bagaimana bahasa telah berevolusi dari masa ke masa.

Secara keseluruhan, penggunaan kata-kata arkais dalam hikayat memberikan nilai historis, estetika, dan pengalaman berbeda bagi pembaca. Hal ini memperkaya pemahaman kita tentang bahasa dan budaya Indonesia.

100 Contoh Kata Arkais dan Artinya

Ilustrasi buku, cerita hikayat
Ilustrasi buku, cerita hikayat. (Foto oleh cottonbro studio: https://www.pexels.com/id-id/foto/bunga-bunga-buku-buku-kilang-pot-4273468/)

Kata arkais memiliki arti kata-kata yang tidak lagi digunakan dalam bahasa sehari-hari, tetapi masih sering muncul dalam karya-karya sastra seperti hikayat. Hikayat merupakan bentuk narasi khas Indonesia yang berasal dari masa lalu.

Berikut ini adalah 100 contoh kata arkais yang sering muncul dalam hikayat berserta artinya:

1. Kerajaan - Kesultanan atau wilayah yang dipimpin oleh raja.

2. Agung - Besar dan teguh.

3. Lurus - Benar dan jujur.

4. Ampuh - Kuat dan tangguh.

5. Sakti - Kuasa yang luar biasa.

6. Randah - Rendah dan sederhana.

7. Budiman - Bijaksana dan berbudi pekerti luhur.

8. Seruni - Cantik dan anggun.

9. Darmawisata - Perjalanan yang penuh kebajikan.

10. Sakti - Pangkat tertinggi dalam ilmu kebatinan.

11. Kokoh - Kuat dan stabil.

12. Senjakala - Waktu menjelang fajar.

13. Abadi - Kekal dan tidak terhingga.

14. Kasar - Kasar dan tidak halus.

15. Sangkala - Tanda waktu atau peristiwa.

16. Jeda - Waktu singkat antara dua kejadian.

17. Adiguna - Pahlawan atau ksatria yang gagah berani.

18. Jauh - Berjarak.

19. Singgasana - Takhta Raja.

20. Angker - Menakutkan dan horor.

21. Paduka - Gelar untuk seorang raja atau sultan.

22. Satria - Kesatria atau pejuang.

23. Sakti - Sangat kuat dan perkasa.

24. Luluh - Hancur dan pecah.

25. Angkara - Niat jahat dan kejahatan.

26. Dahulu - Waktu yang lalu.

27. Lintang - Bintang atau tanda dalam langit.

28. Sangga - Penopang dan penghalang.

29. Depa - Bagian tangan yang berada di bawah ibu jari.

30. Setia - Teguh dan tidak berubah.

31. Darat - Di atas tanah atau bukan di air.

32. Teruna - Pemuda atau anak lelaki.

33. Satria - Pemuda ksatria yang gagah berani.

34. Jala - Alat untuk menangkap ikan.

35. Jawi - Tulisan Arab atau aksara Melayu.

36. Ragu - Takut dan ragu-ragu.

37. Ajeng - Gelar untuk seorang puteri atau raja wanita.

38. Layur - Asap atau kabut.

39. Adiluhung - Mulia dan agung.

40. Takhta - Tempat duduk raja.

41. Barambang - Bercucuran air atau turun hujan.

42. Kencana - Emas atau permata.

43. Pusara - Kuburan atau tempat pemakaman.

44. Karya - Ciptaan atau hasil kerja.

45. Karya - Pangeran atau putra raja.

46. Abang - Kakak laki-laki.

47. Puteri - Putri atau anak perempuan raja.

48. Hulubalang - Prajurit yang memiliki keahlian dalam ilmu bela diri.

49. Wibawa - Kehormatan dan martabat.

50. Adil - Jujur dan adil.

51. Budaya - Warisan kebudayaan.

52. Pancawala - Limang sense atau kemampuan indera.

53. Saluhung - Mulia dan luhur.

54. Sembrani - Kuda tunggangan yang cepat.

55. Adiraja - Raja yang bijaksana dan adil.

56. Sanggam - Orang yang pandai dalam menguasai ilmu.

57. Kencana - Peralatan untuk menyimpan harta berharga.

58. Pandai - Cerdas dan mahir.

59. Pasal - Aturan atau hukum.

60. Wisata - Perjalanan atau petualangan.

61. Sadewa - Tokoh cerita atau hikayat.

62. Subur - Makmur dan tumbuh dengan subur.

63. Gagah - Pemberani dan kuat.

64. Sental - Sekedarnya atau sedikit.

65. Budi - Akal budi dan pikiran yang bijaksana.

66. Subali - Yang memiliki kekuatan dan akal yang bijaksana.

67. Bonyok - Tua dan rapuh.

68. Sumilir - Berlalu atau hilang.

69. Mudo - Muda atau anak muda.

70. Balun - Lewat atau melintasi.

71. Anugrah - Berkat atau karunia.

72. Pamit - Permisi atau berpamitan.

73. Titah - Perintah atau anjuran.

74. Prahara - Bencana atau kekacauan.

75. Malem - Malam atau waktu gelap.

76. Sukma - Jiwa atau pikiran.

77. Resi - Orang yang memiliki pengetahuan spiritual.

78. Dukun - Orang yang memiliki ilmu gaib.

79. Gagak - Burung hitam.

80. Wangsamandala - Negara yang makmur dan kuat.

81. Banjur - Kemudian atau selanjutnya.

82. alip - Budak atau hamba.

83. Tatap - Pandang atau memandang.

84. Karjapati - Gelar untuk seorang raja atau sultan.

85. Kyai - Guru agama.

86. Isyarat - Tanda atau bahasa isyarat.

87. Dukung - Bantu atau menuju.

88. Wasiat - Petunjuk atau instruksi.

89. Tawar - Harganya murah atau tidak mahal.

90. Palar - Jatuh atau runtuh.

91. Sedurung - Satu buah atau sejenis.

92. Pangurip - Negeri atau tempat tinggal.

93. Anak Jaksa - Gelar bagi seorang raja atau sultan.

94. Pura - Tempat ibadah atau kuil.

95. Tunduk - Patuh atau taat.

96. Banyu - Air atau cairan.

97. Kusir - Pengendara kereta kuda.

98. Ragil - Santun atau sopan.

99. Raja - Pemimpin atau penguasa.

100. Betara - Dewa atau sembahyang.

 

Demikianlah 100 contoh kata arkais yang sering muncul dalam hikayat beserta artinya. Kata-kata ini memberikan warna dan kekayaan pada cerita-cerita tradisional Indonesia dan menjadi jendela bagi pembaca untuk memahami budaya dan kehidupan masa lampau.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya