Liputan6.com, Jakarta Inovasi yang luar biasa telah muncul dari laboratorium penelitian ETH Zurich, Swiss di mana para peneliti telah berhasil mengembangkan sensor tanpa baterai yang memiliki kemampuan unik untuk menghasilkan energi listrik melalui gelombang suara.Â
Baca Juga
Advertisement
Jauh dari ketergantungan pada sumber energi eksternal, sensor ini bekerja murni secara mekanis, memanfaatkan energi getaran yang terkandung dalam gelombang suara. Johan Robertsson, salah satu penulis studi ini, menjelaskan sensor ini tidak memerlukan apa pun untuk menyalakannya kecuali suara.
Dipublikasikan pada 9 Januari 2024 lalu, keunikan sensor terletak pada kemampuannya mengenali kata-kata atau nada tertentu yang mengaktifkannya. Gelombang suara yang sesuai menyebabkan sensor bergetar, menghasilkan arus listrik kecil yang mampu menyuplai daya pada perangkat elektronik.Â
Sebagai contoh, prototipe sensor dapat membedakan antara kata "tiga" dan "empat," di mana kata "empat" menghasilkan lebih banyak energi suara yang memicu respon sensor.
Dengan tujuan mengatasi masalah limbah baterai yang meluas, teknologi ini tidak hanya menjanjikan efisiensi energi tetapi juga menawarkan potensi di dunia elektronik. Berikut selengkapnya Liputan6.com merangkum keunikan sensor penghasil listrik dari kata-kata melansir dari New Atlas, Rabu (31/1/2024).
Bisa Beroperasi Tanpa Baterai
Saat ini, setiap implan memerlukan dua atau tiga baterai, dengan masa pakai terbatas antara 30 hingga 60 jam, yang memerlukan penggantian yang sering. Dengan sensor ini, implan dapat ditenagai secara efisien hanya melalui gelombang suara, memberikan solusi yang lebih efektif dan berkelanjutan.
Keberagaman potensi penerapan sensor ini menjadi sorotan utama. Dalam ranah pemantauan, sensor ini dapat digunakan untuk mendeteksi gempa bumi dan kerusakan pada bangunan dengan mengamati gelombang suara yang dihasilkan. Di sektor keamanan, kemampuannya untuk merespons suara tertentu memungkinkan deteksi kebocoran gas dengan memicu alarm secara otomatis.
Namun, potensinya tidak hanya terbatas pada sektor tersebut. Dalam bidang medis, sensor ini dapat mengubah paradigma implan koklea pada telinga dengan menghilangkan kebutuhan akan baterai tambahan.Â
Advertisement
Perbanyak Variasi Kata-Kata Penghasil Listrik
Dibuat sebagai jenis metamaterial, sensor ini terdiri dari silikon dan tidak mengandung logam berat beracun atau tanah jarang, yang sering ditemukan pada sensor elektronik konvensional. Marc Serra-Garcia, penulis penelitian menekankan bahwa sensor ini memperoleh sifat pengenalan ucapannya dari strukturnya, bukan dari bahan pembuatnya.
Para peneliti berambisi untuk merilis prototipe sensor yang solid pada tahun 2027. Rencana pengembangan mencakup peningkatan kemampuan sensor agar dapat membedakan hingga 12 kata yang berbeda, termasuk perintah standar seperti "on," "off," "up," dan "down." Selain itu, mereka berencana membuat versi sensor yang lebih kecil dari prototipe seukuran thumbnail.
Dengan potensi revolusioner ini, teknologi sensor tanpa baterai berbasis suara dapat menjadi pionir dalam solusi energi yang berkelanjutan. Para peneliti bahkan menyatakan kesiapan untuk mendirikan perusahaan rintisan jika prototipe sensor ini tidak hanya menarik minat tetapi juga menerima dukungan yang cukup ketika dirilis pada tahun 2027.
Â
Â