Pria Ini Demam Parah Selama 8 Hari Usai Makan Salju di Jepang, Ini Penyebabnya

Gara-gara makan salju, pria ini alami demam parah selama 8 hari di Jepang.

oleh Arini Nuranisa diperbarui 05 Feb 2024, 16:02 WIB
Diterbitkan 05 Feb 2024, 15:35 WIB
Pria Ini Demam Parah Selama 8 Hari Usai Makan Salju di Jepang, Ini Penyebabnya
Pria ini alami demam parah 8 hari usai makan salju di Jepang. (Sumber: TikTok/@hermanrawi)

Liputan6.com, Jakarta Negara empat musim seperti Jepang kerap menjadi pilihan banyak wisatawan asal Asia Tenggara untuk berkunjung. Dari banyaknya musim yang ada, tentu musim dingin atau salju menjadi pilihan yang menarik. Pengalaman berkunjung ke luar negeri pada fase musim dingin memang menjadi 'bucket list' banyak traveler.

Setibanya di negeri sendiri, banyak kenangan bersama salju yang diabadikan dan diunggah di media sosial. Kenangan serupa dirasakan oleh seorang pria yang bersemangat menginjakkan kakinya di Jepang saat musim dingin. Namun, bukan pengalaman indah yang ia dapat, melainkan momen cemas karena jatuh sakit dan demam parah selama delapan hari di sana.

Pengalaman pria tersebut dibagikan melalui laman TikTok-nya @hermanrawi. Dilansir Liputan6.com dari Siakap Keli, Senin (5/2/2024), pemilik akun bernama Herman jatuh sakit karena memakan salju di daerah yang dikunjunginya selama berada di Jepang.

"Salah satu penyebabnya adalah saya mengalami demam, batuk, flu parah, dan nyeri badan selama delapan hari di Jepang. Setelah itu rencana perjalananku menjadi kacau," tulis Herman pada video yang diunggah.

Sempat me-review rasa salju

Pria Ini Demam Parah 8 Hari Usai Makan Salju di Jepang, Ini Penyebabnya
Pria ini alami demam parah 8 hari usai makan salju di Jepang. (Sumber: TikTok/@hermanrawi)

Lewat videonya, Herman sang pemilik akun terlihat heboh tanpa sungkan menikmati bola salju. Setelah merasakan salju itu di mulutnya, pria itu pun berusaha me-review bahwa rasanya seperti es. Namun, yang tidak disadarinya, tindakan tersebut dapat merugikan dirinya sendiri.

Menurut Herman, tindakan tersebut menjadi salah satu penyebab dirinya jatuh sakit saat berada di Negeri Sakura sehingga mempengaruhi rencana kegiatannya. Hal ini juga mengingatkan masyarakat yang bepergian ke luar negeri pada musim dingin agar tidak mengulangi kesalahan yang sama.

Melihat kolom komentar, beberapa warganet pun turut berbagi pengalaman serupa. Salah satunya yang tidak mengalami sakit apa pun setelah makan salju yang langsung turun dari langit.

"Saya dulu merasa dekat dengan Jeju, Korea. Rasanya sangat segar. Alhamdulillah tidak sakit perut dan demam. Nganga pas turun salju," ujar warganet.

Apakah salju aman untuk dikonsumsi?

Contoh ilustrasi bermain salju
Punya budget liburan lebih? Ajak ibumu ke Korea Selatan untuk menikmati salju dan kebudayaan Korea bersama. (Foto: Unsplash.com/Raychan)

Menurut ahli meteorologi Mary Scarzello Fairbanks, yang berbicara dengan Prevention , salju tidak sepenuhnya murni. Ini terbentuk ketika tetesan air membeku di sekitar debu atau puing-puing di udara, membentuk kristal es yang terus mengumpulkan uap air dan membentuk kepingan salju.

Saat jatuh, ia juga akan mengumpulkan benda-benda yang tergantung di udara, dari kotoran hingga partikel bakteri hingga jelaga. Tergantung pada wilayahnya, salju juga bisa mengandung sulfat, nitrat, formaldehida, merkuri, atau pestisida. Jika berangin, salju bahkan bisa bercampur dengan kotoran yang dikeluarkan dari tanah sebelum mengendap.

Sebuah studi tahun 2015 yang diterbitkan dalam jurnal Environmental Science: Processes & Impacts bahkan menunjukkan bagaimana salju dapat bercampur dengan knalpot bensin.

Pusat Pengendalian Penyakit (CDC) memperingatkan agar tidak mengemil salju bagi siapapun yang terlantar, seperti pejalan kaki, karena dapat menurunkan suhu tubuh seseorang. Dalam kasus masalah pasokan air, CDC mengatakan aman untuk mengambil salju yang terkumpul dan merebusnya untuk membunuh kuman.

Namun, ingatlah bahwa tidak ada yang menganjurkan untuk menelan salju.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya