5 Jenis Alergi Kulit dan Cara Mengatasinya, Pahami Juga Penyebabnya

Penyebab utama alergi kulit adalah alergen, yang dapat berasal dari berbagai sumber seperti makanan, lateks, bulu binatang, serangga, atau obat-obatan.

oleh Fitriyani Puspa Samodra diperbarui 14 Mar 2024, 09:40 WIB
Diterbitkan 14 Mar 2024, 09:40 WIB
Efek Alergi hingga Kondisi Kulit Kering
Ilustrasi Alergi Kulit Credit: pexels.com/MinAn

Liputan6.com, Jakarta Alergi kulit adalah reaksi yang disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh yang bereaksi secara berlebihan terhadap zat tertentu yang biasanya tidak berbahaya atau tidak menyebabkan reaksi pada orang lain. Penyebab utama alergi kulit adalah alergen, yang dapat berasal dari berbagai sumber seperti makanan, lateks, bulu binatang, serangga, atau obat-obatan. Selain itu, faktor-faktor lingkungan seperti keringat, suhu dingin, panas, dan sinar matahari juga dapat memicu munculnya reaksi alergi pada kulit.

Alergi kulit terbagi menjadi beberapa jenis, dan penanganannya dapat bervariasi tergantung pada jenis alergi yang dialami oleh individu tersebut. Pengelolaan alergi kulit bisa melibatkan penghindaran alergen, penggunaan obat antihistamin atau kortikosteroid topikal, dan dalam beberapa kasus, terapi imunologi.

Penting untuk diketahui bahwa pengobatan alergi kulit harus disesuaikan dengan jenis dan tingkat keparahan alergi yang dialami oleh individu. Konsultasi dengan dokter kulit atau alergologis adalah langkah penting untuk menentukan diagnosis yang tepat dan rencana pengelolaan yang sesuai.

Berikut ulasan lebih lanjut tentang jenis-jenis alergi kulit yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Kamis (14/3/2024).

1. Dermatitis Atopik (Eksim)

Eksim
Eksim (sumber: iStockphoto)

Dermatitis atopik, atau lebih dikenal sebagai eksim, merupakan salah satu jenis alergi kulit yang sering terjadi pada anak-anak, meskipun juga dapat memengaruhi orang dewasa. Gejala utama dari eksim meliputi kulit yang kering, merah, gatal, dan iritasi. Kadang-kadang, jika kulit telah terinfeksi, dapat muncul benjolan kecil yang berisi cairan bening atau kekuningan.

Faktor genetik memainkan peran penting dalam kasus eksim, dan seringkali ada riwayat keluarga dengan riwayat penyakit ini. Selain itu, eksim juga sering terkait dengan kondisi lain seperti asma, rhinitis alergi, dan alergi makanan.

Meskipun eksim tidak menular, gejalanya dapat sangat mengganggu dan memengaruhi kualitas hidup individu yang mengalaminya. Pengelolaan eksim melibatkan perawatan kulit yang baik, penghindaran pemicu alergi jika memungkinkan, dan penggunaan obat-obatan seperti krim kortikosteroid atau antihistamin untuk mengendalikan gejala.

2. Dermatitis Kontak

Dermatitis kontak adalah salah satu jenis alergi kulit yang terjadi ketika kulit berinteraksi langsung dengan alergen tertentu. Alergen ini bisa berasal dari berbagai sumber, termasuk lateks, logam, parfum, atau tanaman.

Misalnya, jika seseorang memiliki alergi terhadap nikel, yang sering ditemukan dalam perhiasan, maka kontak langsung dengan perhiasan atau benda lain yang mengandung nikel dapat menyebabkan timbulnya gejala dermatitis kontak alergi. Gejala umumnya meliputi gatal-gatal pada kulit, kemerahan, pembengkakan, dan kadang-kadang bersisik.

Gejala dermatitis kontak alergi dapat bervariasi dari individu ke individu, tergantung pada jenis alergen dan tingkat sensitivitasnya. Pengelolaan dermatitis kontak alergi melibatkan identifikasi dan penghindaran alergen, penggunaan krim kortikosteroid topikal untuk mengurangi peradangan dan gatal, serta mungkin penggunaan antihistamin untuk mengurangi reaksi alergi.

Menghindari kontak dengan alergen adalah langkah penting dalam mencegah timbulnya gejala dermatitis kontak alergi. Jika seseorang mengetahui bahwa mereka memiliki alergi terhadap suatu zat tertentu, penting untuk menghindari kontak dengan zat tersebut dan mengambil tindakan pencegahan yang sesuai.

3. Dermatitis Dishidrotik

Ilustrasi Biduran
Ilustrasi biduran. (Image by Freepik)

Dermatitis dishidrotik, yang juga dikenal sebagai pompholyx, merupakan jenis dermatitis yang khas terjadi pada tangan dan kaki. Gejala utamanya meliputi kulit yang kering dan gatal, seringkali disertai dengan munculnya gelembung kecil atau melepuh pada kulit. Gelembung tersebut dapat pecah dan menyebabkan kulit terasa sangat gatal dan nyeri.

Penyebab pasti dari dermatitis dishidrotik belum sepenuhnya dipahami. Namun, faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kondisi ini meliputi riwayat alergi kulit lainnya, kelembapan yang tinggi pada tangan, dan kemampuan kulit untuk berkeringat dengan mudah.

Meskipun penyebabnya belum diketahui dengan pasti, pengelolaan dermatitis dishidrotik biasanya melibatkan perawatan kulit yang baik, penghindaran pemicu potensial seperti iritan atau alergen tertentu, serta penggunaan krim kortikosteroid atau antihistamin untuk mengurangi peradangan dan mengendalikan gatal.

Karena dermatitis dishidrotik cenderung bersifat kronis dan berulang, penting untuk mendapatkan diagnosis dan pengelolaan yang tepat dari dokter kulit atau spesialis alergi. Dengan pemantauan dan pengelolaan yang tepat, banyak individu dapat mengelola gejala mereka dengan efektif dan mengurangi frekuensi serangan dermatitis dishidrotik.

4. Urtikaria atau Biduran

Urtikaria yang sering disebut sebagai biduran, adalah kondisi peradangan dan pembengkakan pada permukaan kulit yang terjadi sebagai respons terhadap paparan tubuh terhadap zat atau benda tertentu yang memicu pelepasan histamin oleh sistem kekebalan tubuh. Histamin inilah yang menyebabkan timbulnya gejala-gejala urtikaria.

Ciri khas urtikaria adalah munculnya benjolan merah yang gatal pada kulit. Benjolan ini bisa muncul di satu atau beberapa bagian tubuh, dan ukuran serta bentuknya dapat bervariasi dari yang kecil hingga yang besar dan lebar. Selain sebagai reaksi alergi kulit, urtikaria juga dapat dipicu oleh infeksi virus.

Ada dua jenis utama urtikaria, yaitu urtikaria akut dan kronis. Urtikaria akut biasanya terjadi setelah paparan terhadap alergen tertentu seperti makanan, benda tertentu, suhu panas, obat-obatan, atau gigitan serangga. Urtikaria akut umumnya berlangsung tidak lebih dari 6 minggu.

Sementara itu, urtikaria kronis lebih jarang terjadi dan penyebabnya seringkali tidak diketahui. Kondisi ini dapat berlangsung selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Penanganan urtikaria meliputi penghindaran pemicu potensial, penggunaan antihistamin untuk mengendalikan gatal, dan dalam kasus yang lebih parah, terapi imunologi atau kortikosteroid.

5. Angioedema

Angioedema
Angioedema

Angioedema merupakan salah satu bentuk reaksi alergi yang terjadi pada kulit. Pada kondisi ini, terjadi penumpukan cairan di bawah kulit yang menyebabkan pembengkakan. Berbeda dengan biduran (urtikaria), pembengkakan pada angioedema terjadi di lapisan lebih dalam dari kulit.

Pembengkakan pada angioedema biasanya terjadi pada jaringan lunak, seperti kelopak mata, bibir, tenggorokan, atau bahkan alat kelamin. Kondisi ini seringkali muncul bersamaan dengan urtikaria.

Angioedema dapat dibedakan menjadi dua jenis utama, yaitu angioedema akut dan kronis. Angioedema akut terjadi secara mendadak dan berlangsung dalam waktu singkat, biasanya dalam hitungan menit atau jam. Penyebab umum angioedema akut adalah reaksi alergi terhadap obat-obatan atau makanan tertentu.

Sementara itu, angioedema kronis bersifat kambuhan dan berlangsung dalam jangka waktu yang lebih panjang. Angioedema kronis seringkali tidak memiliki penyebab pasti yang dapat diidentifikasi.

Penanganan angioedema melibatkan penghindaran pemicu alergi yang diketahui, penggunaan antihistamin atau kortikosteroid untuk mengurangi gejala, dan dalam kasus yang lebih parah, penggunaan epinefrin. Penting untuk mencari bantuan medis segera jika mengalami pembengkakan yang signifikan atau berlangsung lebih dari beberapa jam.

Konsultasi dengan dokter adalah langkah penting untuk mendapatkan diagnosis yang tepat dan pengelolaan yang efektif terhadap angioedema. Dengan pengelolaan yang tepat, banyak individu dapat mengelola gejala angioedema dan mencegah kemunculan serangan berulang.

Penanganan Alergi Kulit

Ilustrasi obat-obatan medis (Sumber: freepik.com)
Ilustrasi obat-obatan medis (Sumber: freepik.com)

Prinsip utama dalam penanganan alergi kulit adalah mengidentifikasi dan menghindari pemicu alergi sebisa mungkin. Tanpa menghilangkan pemicu alergi, pengobatan alergi hanya akan memberikan efek sementara. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui jenis alergi kulit yang dialami.

Langkah awal dalam penanganan alergi kulit adalah berkonsultasi dengan dokter spesialis kulit. Dokter mungkin akan melakukan tes alergi, baik tes kulit atau tes darah, untuk menentukan alergen yang menjadi pemicu reaksi alergi pada kulit.

Setelah diagnosis, dokter biasanya akan meresepkan pengobatan seperti krim atau obat minum, seperti antihistamin atau kortikosteroid, untuk meredakan gejala dan ketidaknyamanan yang ditimbulkan oleh reaksi alergi pada kulit. Selama proses pengobatan, sangat penting untuk menghindari menggaruk area kulit yang terkena alergi, karena dapat menyebabkan iritasi lebih lanjut atau bahkan infeksi.

Selain penggunaan obat-obatan, menjaga kebersihan dan kelembapan kulit juga merupakan bagian penting dari penanganan alergi kulit. Mandilah secara teratur dan gunakan pelembap setelah mandi untuk menjaga kelembapan kulit. Salep pelembap juga dapat membantu mengurangi gatal, iritasi, dan kulit kering yang sering terjadi pada alergi kulit.

Jika gejala alergi kulit tidak membaik setelah penanganan awal atau malah memburuk, seperti kulit semakin kering, merah, gatal, dan mengelupas, segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut dan lebih intensif. Dengan diagnosis yang tepat dan penanganan yang sesuai, banyak individu dapat mengelola alergi kulit mereka dan meningkatkan kualitas hidup mereka.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya