Alergi Dingin: Gejala, Penyebab, Pengobatan dan Pencegahannya

Informasi lengkap tentang alergi dingin

oleh Woro Anjar Verianty diperbarui 26 Jan 2024, 21:15 WIB
Diterbitkan 26 Jan 2024, 21:15 WIB
Contoh ilustrasi anak menangis karena efek alergi
Alergi sapi menjadi tantangan orangtua karena sulitnya mencari susu yang tepat untuk anak (Foto: Unsplash.com/Kelly Sikkema)

Liputan6.com, Jakarta Alergi dingin, atau dikenal dengan istilah medisnya sebagai urtikaria dingin (CU), adalah suatu kondisi yang bisa membuat kulit mengalami reaksi alergi setelah terpapar suhu dingin. Alergi dingin bisa muncul secara mendadak setelah paparan suhu rendah, dan dalam kasus yang parah, dapat menyebabkan reaksi anafilaksis yang memerlukan perhatian medis segera.

Seseorang yang mengalami alergi dingin mungkin akan merasakan hives, sensasi terbakar pada kulit, pembengkakan, demam, sakit kepala, dan kelelahan setelah terpapar dingin. Meskipun alergi dingin dapat muncul pada siapa saja, terutama pada orang dewasa muda, tetap penting untuk mengetahui faktor risiko dan kemungkinan untuk penanganan kondisi ini.

Dengan pemahaman yang lebih dalam tentang alergi dingin, pembaca diharapkan dapat mengidentifikasi gejala, mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat, dan mencari bantuan medis jika diperlukan. Oleh karena itu, mari kita menjelajahi lebih lanjut mengenai fenomena alergi dingin dan bagaimana mengelolanya untuk menjaga kesehatan kulit dan kesejahteraan secara keseluruhan.

Untuk lebih lengkapnya, berikut ini telah Liputan6.com rangkum dari Health Line informasi lengkap tentang alergi dingin pada Kamis (25/1).

Apa Itu Alergi Dingin?

Rhinitis Alergi
Rhinitis Alergi

Alergi terhadap dingin atau urtikaria dingin (CU) adalah kondisi di mana terjadi pembentukan bintik merah gatal yang disebut urtikaria pada kulit saat terpapar dingin. Ini dapat menyebabkan reaksi alergi akut yang parah, yang disebut anafilaksis. Berikut adalah informasi terkait gejala, penyebab, faktor risiko, diagnosis, kondisi serupa, pengobatan, pencegahan, dan prognosis untuk alergi terhadap dingin:

Apa saja gejalanya?

Gejala non-berbahaya namun serius dari urtikaria dingin dapat mencakup:

  • Urtikaria: bintik merah gatal yang muncul di tempat paparan dingin.
  • Sensasi terbakar pada kulit yang terkena saat tubuh Anda menghangatkan diri.
  • Pembengkakan di tempat paparan.
  • Demam.
  • Sakit kepala.
  • Nyeri sendi.
  • Kelelahan.
  • Kecemasan.

Gejala parah yang memerlukan perhatian medis segera dapat mencakup:

  • Anafilaksis: reaksi alergi akut yang parah.
  • Masalah pernapasan, seperti mengi.
  • Pembengkakan lidah dan tenggorokan.
  • Detak jantung yang tidak teratur.
  • Penurunan tekanan darah.
  • Pingsan.
  • Syok.

Apa yang dapat menyebabkan alergi dingin atau urtikaria dingin?

Ampuh Mengatasi Alergi
Ilustrasi Alergi Credit: pexels.com/AndreaPiacquadio

Alergi dingin dapat terjadi karena berbagai alasan, termasuk:

  • Berada di luar dalam cuaca dingin.
  • Berenang atau mandi air dingin.
  • Masuk ke ruangan ber-AC atau dijaga pada suhu rendah, seperti freezer berjalan.

Secara umum, suhu yang Anda alami harus kurang dari 4°C untuk mengembangkan gejala.

Siapa yang berisiko?

Alergi dingin biasanya berkembang pada orang dewasa muda. Sekitar setengah orang dengan kondisi ini akan mengalami perbaikan simptomatik yang signifikan atau bahkan tidak lagi mengalami CU dalam 6 tahun.

Alergi dingin dapat diwarisi dari anggota keluarga atau muncul tanpa riwayat keluarga. Gejala juga dapat dipicu oleh penyakit tertentu seperti kondisi autoimun, infeksi virus seperti mononukleosis, cacar air, hepatitis virus, atau kondisi darah lainnya.

Bagaimana mendiagnosisnya?

Berkonsultasilah dengan dokter jika Anda mengalami gejala urtikaria dingin setelah terpapar dingin untuk pertama kalinya. Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan mungkin melakukan uji tantangan es untuk mengamati reaksi tubuh terhadap suhu dingin.

Dokter juga dapat melakukan tes darah untuk menentukan atau menyingkirkan penyebab yang mendasari gejala Anda.

Bagaimana pengobatannya?

Pengobatan akan difokuskan pada mengurangi atau mengelola gejala. Antihistamin dapat digunakan untuk mencegah atau meminimalkan pelepasan histamin saat terpapar dingin. Omalizumab (Xolair) dapat menjadi pilihan jika antihistamin tidak efektif.

Dokter juga dapat meresepkan obat lain seperti kortikosteroid, hormon sintetis, antibiotik, antagonis leukotrien, atau imunosupresan lainnya. Penggunaan epinefrin injeksi mungkin diperlukan jika mengalami gejala parah atau mengancam jiwa.

 

Tips pencegahan

Rhinitis Alergi
Ilustrasi Rhinitis Alergi Credit: pexels.com/Stainley

 

Berikut adalah tips pencegahan yang lebih lengkap untuk menghindari atau mengurangi gejala alergi terhadap dingin (CU):

  1. Kenakan Pakaian Pelindung: Pastikan untuk mengenakan pakaian pelindung selama musim dingin, termasuk jaket hangat, topi, sarung tangan, dan syal. Tutupi sebanyak mungkin bagian tubuh untuk menghindari paparan langsung terhadap suhu dingin.
  2. Uji Suhu Air Sebelum Mandi atau Berenang: Sebelum mandi atau berenang, uji suhu air untuk memastikan bahwa air tidak terlalu dingin. Hindari air yang sangat dingin, karena ini dapat memicu gejala CU.
  3. Mandi dan Berendam Air Hangat: Pilih untuk mandi atau berendam dengan air hangat daripada air dingin. Ini dapat membantu mengurangi risiko reaksi alergi terhadap suhu rendah.
  4. Hindari Makanan atau Minuman Dingin: Batasi konsumsi makanan atau minuman dingin, seperti es krim atau minuman bersuhu rendah. Ini dapat membantu menghindari pemicu potensial untuk gejala CU.
  5. Minumlah Minuman pada Suhu Ruangan: Pilih untuk minum minuman pada suhu ruangan, terutama di lingkungan yang dingin. Hindari minuman yang terlalu dingin, karena hal ini dapat memicu reaksi alergi.
  6. Gunakan Obat Resep sesuai Saran Dokter: Jika dokter merekomendasikan penggunaan obat resep, seperti antihistamin, pastikan untuk mengkonsumsinya sesuai petunjuk. Obat tersebut dapat membantu mencegah atau mengurangi pelepasan histamin saat terpapar dingin.

Selain tips-tips ini, penting juga untuk berkonsultasi secara rutin dengan dokter Anda untuk memantau perkembangan kondisi dan memastikan bahwa rencana pengelolaan yang tepat telah diimplementasikan. Jika mengalami gejala parah atau anafilaksis, segera cari bantuan medis darurat.

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya