Liputan6.com, Jakarta Opor ayam adalah salah satu hidangan khas yang hampir selalu ada saat menyambut Hari Raya Idul Fitri di Indonesia. Kehadirannya dalam setiap perayaan lebaran telah menjadikannya sebagai bagian integral dari tradisi kuliner di Indonesia. Seperti kelezatannya yang terlihat hingga penjuru tanah air, sudah semesti sejarah opor ayam juga dikelahui secara luas.
Sejarah opor ayam memiliki akar dari beberapa budaya yang mengalami proses akulturasi kebudayaan yang memperkaya budaya Indonesia. Meskipun banyak yang mengira bahwa opor ayam berasal dari Indonesia, namun fakta menunjukkan bahwa hidangan ini merupakan hasil dari perpaduan berbagai pengaruh budaya dari berbagai negara.
Opor ayam umumnya disajikan dengan ketupat, sambal kentang, dan rendang. Saat menyantap opor ayam, kita juga turut merasakan bagian dari sejarah panjang kuliner Indonesia. Hidangan ini telah menjadi simbol persatuan dalam perbedaan, menggambarkan keberagaman budaya yang memperkaya warisan kuliner bangsa.Â
Advertisement
Dari generasi ke generasi, opor ayam tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi lebaran yang dirayakan dengan penuh sukacita dan kehangatan keluarga. Berikut sejarah opor ayam yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Senin (25/3/2024).
Akulturasi Budaya Arab, India, dan Cina
Sejarah opor ayam dapat ditelusuri dari tiga budaya. Opor ayam merupakanhasil akulturasi budaya dari India, Arab, dan China. Terdapat dua jenis opor ayam yang sangat dikenal oleh masyarakat Indonesia, yaitu opor ayam berkuah santan putih dan opor ayam berkuah kuning.
Opor ayam berkuah santan putih yang sangat populer di kalangan masyarakat peranakan Tionghoa di Indonesia menunjukkan pengaruh budaya China. Tekstur kuah yang kental dan lezat dengan aroma santan yang khas menjadi ciri khas hidangan ini. Sajian lontong opor berkuah putih konon memiliki hubungan dengan dengan lontong Cap Go Meh, yang merupakan hidangan khas saat perayaan Cap Go Meh yang dirayakan oleh komunitas Tionghoa.
Sementara itu, opor ayam berkuah kuning dengan tambahan kunyit dan jintan menunjukkan pengaruh budaya India. Warna kuning pada kuahnya berasal dari kunyit, sedangkan aroma dan rasa yang khas berasal dari campuran rempah-rempah seperti jintan dan bumbu kari yang digunakan dalam masakan India. Opor ayam berkuah kuning ini merupakan varian yang sangat disukai dan sering disajikan di berbagai kesempatan, termasuk saat perayaan Hari Raya Idul Fitri di Indonesia.
Dari dua jenis opor ayam yang berbeda ini, dapat dilihat bagaimana budaya China dan India memberikan kontribusi yang signifikan dalam membentuk ragam kuliner Indonesia. Akulturasi budaya yang terjadi dalam pembuatan opor ayam menjadi salah satu contoh nyata bagaimana keberagaman budaya memperkaya dan menghasilkan inovasi di bidang kuliner.
Advertisement
Pertama Masuk ke Indonesia Lewat Pesisir
Apabila ditelusuri dari awal masuknya, sejarah opor ayam bermula dari masakan khas India dan Arab yang kemudian diakulturasi menjadi bagian dari budaya kuliner Indonesia. Sejarawan kuliner Fadly Rahman menjelaskan bahwa opor ayam lahir dari penggabungan dua masakan khas, yaitu kari dari India dan gulai dari Arab. Kari dikenal sebagai hidangan khas India dengan rempah-rempahnya yang kaya, sedangkan gulai adalah masakan khas Arab yang menggunakan bumbu khasnya.
Masakan kari dan gulai pertama kali diperkenalkan ke Indonesia melalui kawasan-kawasan pesisir yang telah terpengaruh oleh agama Islam. Orang Arab dan India menjadi pelopor pertama dalam membawa opor ayam ke Indonesia, khususnya di kawasan Sumatera, Jawa, dan Selat Malaka. Wilayah-wilayah ini memiliki akar budaya Melayu dan Jawa yang menjadi tempat tumbuhnya opor ayam sebagai bagian dari tradisi kuliner.
Salah satu bentuk asimilasi yang terjadi adalah pengaruh Kerajaan Mughal di India, yang menciptakan sajian "Qorma" yang dimasak dengan susu atau yoghurt. Di Indonesia, penggunaan santan sebagai bahan utama dalam memasak opor ayam menjadi ciri khas yang membedakannya dari qorma. Masuknya sajian ini ke Indonesia terjadi melalui perdagangan di pesisir, sebagaimana dicatat pada abad ke-16 bahwa saudagar-saudagar India berdagang di sepanjang pesisir pantai.
Dengan demikian, opor ayam tidak hanya merupakan masakan yang lezat dan populer di Indonesia, tetapi juga mencerminkan sejarah panjang akulturasi budaya serta perdagangan antarbangsa yang telah membentuk keberagaman kuliner di negeri ini. Melalui proses modifikasi dan asimilasi ini, opor ayam menjadi simbol dari kekayaan budaya Indonesia yang terus berkembang dan melestarikan warisan kuliner dari masa lampau.
Penyesuaian Rasa
Opor ayam mengalami penyesuaian rasa untuk lidah orang Indonesia. Salah satu aspek penyesuaian tersebut terletak pada kuahnya yang cenderung lebih encer daripada kuah kari dan gulai yang berasal dari budaya asalnya, yaitu India dan Arab. Kuah opor ayam memiliki dua varian warna yang berbeda, yaitu kuning dan putih, yang masing-masing memiliki karakteristik dan pengaruh budaya yang berbeda.
Seperti sudah sempat dijelaskan, ada dua jenis opor ayam di Indonesia. Opor ayam kuah kuning yang mendapat pengaruh dari iIdia yang opor ayam kuah putih yang merupakan ciri khas masakan dari budaya kuliner Tionghoa dan Jawa. Proses akulturasi juga terjadi pada penyajiannya. Opor ayam yang umum disajikan dengan ketupat yang memiliki kesamaan dengan lontong ternyata juga merupakan hasil akulturasi budaya Tionghoa.
Penyesuaian rasa opor ayam yang menyesuaika preferensi rasa masyarakat Indonesia serta menggabungkan berbagai pengaruh budaya menjadi bukti nyata dari kekayaan kuliner Indonesia yang terus berkembang dan beradaptasi seiring dengan perubahan zaman dan interaksi antarbudaya.
Advertisement