18 Puisi tentang Hari Kartini dan Nama Pengarangnya, Banyak Membahas Perempuan

Puisi tentang Hari Kartini banyak dicari di Hari Kartini 21 April.

oleh Laudia Tysara diperbarui 18 Apr 2024, 17:30 WIB
Diterbitkan 18 Apr 2024, 17:30 WIB
Ilustrasi Hari Kartini
Sosok ibu Kartini dengan sanggul dan kebaya putih, lengkap background bendera Indonesia.(Freepik)

Liputan6.com, Jakarta - Puisi tentang Hari Kartini banyak dicari di Hari Kartini 21 April karena RA Kartini adalah pahlawan nasional yang memperjuangkan kesetaraan hak perempuan. Dilahirkan pada 21 April 1879 di Jepara, Kartini dikenal sebagai tokoh emansipasi wanita yang inspiratif. Sosoknya banyak berdiskusi tentang emansipasi wanita melalui surat-surat dengan teman-temannya di Belanda.

Puisi tentang Hari Kartini seringkali mengangkat tema-tema yang relevan dengan perjuangan dan nilai-nilai yang dianut oleh Kartini. Sebagaimana disampaikan dalam buku Habis Gelap Terbitlah Terang, RA Kartini menganut nilai-nilai religiusitas, ketekunan, kegemaran membaca, kepedulian, dan toleransi. Ini mencerminkan betapa pentingnya peran Kartini dalam memperjuangkan kesetaraan dan hak-hak perempuan di Indonesia.

Puisi tentang Hari Kartini memiliki peran penting dalam mengabadikan warisan dan gagasan RA Kartini, yang telah mengubah pandangan masyarakat tentang perempuan dan peran mereka dalam masyarakat. Melalui puisi, pesan-pesan Kartini tentang pentingnya pendidikan, kemandirian, dan kesetaraan dapat terus disampaikan dan diwariskan kepada generasi-generasi selanjutnya.

Berikut Liputan6.com ulas puisi tentang Hari Kartini dan nama pengarangnya merangkum dari berbagai sumber buku, Kamis (18/4/2024).

1-4

Puisi-puisi tentang Hari Kartini ini menggambarkan perjuangan dan semangat Kartini dalam memperjuangkan hak-hak perempuan serta meraih emansipasi. Mereka menyoroti pembatasan hak perempuan, kesenjangan gender, dan ketidakadilan sosial yang dihadapi oleh perempuan pada zamannya.

Namun, dengan semangat dan tekad yang kokoh, Kartini berhasil membuka jalan bagi kebebasan, kesetaraan, dan kemerdekaan perempuan. Puisi-puisi ini memuji peran Kartini sebagai pahlawan nasional yang menginspirasi generasi-generasi berikutnya untuk terus berjuang dan mengabdikan diri pada perjuangan yang sama.

1. Puisi Berjudul Putri Ksatria

Oleh Pauline Angelina

 

Hujan tiada berhenti

Kabut perlahan menyelimuti

Adat dan budaya berpilih kasih

Hak perempuan pun dibatasi

 

Tangis membanjir di pipi

Tak ada satu pun peduli

Sekalipun rintihan bertubi-tubi

Para insan berpura-pura tuli

 

Perempuan dikekang

Perempuan dilarang

Perempuan terbuang

Perempuan terbelakang

 

Lemah tak berdaya

Melawan pun tak kuasa

Hanya dapat berpasrah

Menerima siksaan jiwa

 

Dan semua itu kini sirna

Berkat sang putri ksatria

Wahai Kartini yang mulia

Jasamu sungguh tiada tara

 

Perempuan bebas

Perempuan lepas

Perempuan setara

Perempuan merdeka

 

Tak ada lagi luka

Tak ada lagi duka

Semua telah sirna

Berkat sang putri ksatria

2. Puisi Berjudul Mengenang Perjuangan di Hari Kartini

Oleh Lusy

 

Hari itu telah berlalu ibu

Tapi perjuanganmu masih berlaku

Sungguh agung perjalananmu

Sebagai wanita aku menangis bahagia akan itu

Perjuanganmu bukan hanya untuk dikenang

Generasi mulai tumbuh hingga tak terbilang

Banyak lahir raden ajeng kartini lanjutkan perjuangan hingga jasad menghilang

 

Aku yakin habis gelap terbitlah terang

Kartini-kartini muda bahagia

Meneruskan perjuangan untuk jiwa dan raga

Terima kasih Ibu Kartini

Kami hanya mampu mengucapkan Selamat hari Kartini

 

Bagiku engkaulah Ibu kita

Pejuang emansipasi wanita

Ide-ide kini lahir dari nasionalisme kartini muda

Bukan hanya sekedar kata kata.

3. Puisi Berjudul Nostalgia

Oleh Aenullael Mukarromah

 

Tentangmu sang pahlawan nasional, juga tentangku sang pejuang asa

Terlahir di Jepara, kemudian menghembuskan nafas di Rembang Kau sang pelopor kebangkitan perempuan pribumi

Sedangkan aku masih merangkak mengejar mimpi untuk dapat mengabdi pada Negeri

Kau memperjuangkan wanita

Kau bekerja keras

Lalu apa yang terjadi saat ini?

Mari bernostalgia

Tentang sebuah perjalanan

Aku perempuan, namun aku tidaklah sehebat dan sekuat perjuanganmu

Aku perempuan, namun belum dapat mengabdi kepada Negeri Namun, embusan nyanyian motivasimu menjadi pembakar diri untuk tetap berjuang

Habis gelap terbitlah terang

Di manapun bumi dipijak di sanalah langit dijunjung

Perempuan haruslah tetap bekerja keras, kerja cerdas dan berjuang dengan usaha yang keras

Seperti perjuangan ibu kita Kartini yang telah melewati badai dan coba.

4. Puisi Berjudul Kartini Pengejar Mimpi

Oleh Afif Maulana

 

Kartini-kartini pengejar mimpi

Menyusuri bukit penuh duri

Memikul mimpi yang terangkai suci

Semangatnya membelah langit dan bumi

Menggoreskan pena di dalam hati

 

Kartini-kartini pengejar mimpi

Terbangkan nama ibu pertiwi

Melangkah kaki di atas lautan api

Tak gentar walau musuh menghalangi

Melangkah kaki dalam kesunyian diri

 

Kartini yang senantiasa mengejar mimpi

Takkan lupa akan janji suci nan abadi

Senantiasa menari sepanjang khatulistiwa

Senantiasa mengukir seluas samudera

Senantiasa bersimpuh dalam doa

 

Kartini-kartini pengejar mimpi

Ciptakan sejarah sepanjang masa

Tiupkan seruling syahdu irama

Sinarkan lentera terangi cakrawala

Berjuang dalam sepenuh nyawa

 

Kartini-Kartini pengejar mimpi

Engkaulah wajah-wajah ibu pertiwi.

5-7

Ilustrasi Hari Kartini
Sosok ibu Kartini dengan sanggul dan kebaya putih, lengkap background hiasan bunga. (Freepik)

Puisi tentang Hari Kartini ini merangkum semangat perjuangan Kartini dalam memerangi penindasan dan memperjuangkan kesetaraan gender. Mereka menggambarkan tekad Kartini untuk melawan ketidakadilan sosial dan menegaskan bahwa perempuan bukanlah budak, melainkan pendobrak asa.

Dalam setiap barisnya, puisi-puisi ini mengajak untuk menghargai peran Kartini dalam memperjuangkan martabat perempuan dan membangkitkan semangat untuk terus melanjutkan perjuangan yang belum selesai.

5. Puisi Berjudul Kartini

Oleh: Annisa Salsa Billa

 

Tanpa gentir tak tersingkir

Tanpa lelah tak mau kalah

Tak putus asa memberi jasa

Tak habis jiwa tak habis raga

Penjajah harus musnah

Indonesia harus merdeka

Kita bukan budak

Yang mati dimakan gagak

Di sela wanita aku ada

Berjuang dengan semangat membara

Bagai api membakar daun

Menghanguskan setiap pendusta

Bela negara tinggal keluarga

Darah beralir semangat

Terkucur dalam keringat

Pertahankan martabat

Kartini

Bela pemuda pemudi

Tak sakti

Namun berarti

6. Puisi Berjudul Abdimu, Sang Pendobrak Asa

Oleh: Anggraini Khodihaturrohmah

 

Runcingnya sebilah bambu

Bukan menjadi prioritasnya dalam berjuang

Pun segerombol mata peluru

Takkan mengalihkan pandangan saat mengemban

Meninggikan derajat, mengabdi tanpa ragu

Agar jauh dari lakon penindasan

Opini masyarakat di masa lalu

Bukan sebagai pembuka rute penuh liku

Tetapi menjadi pemicu

Agar segerombol budak wanita meniru

Gelagat Kartini menebar ilmu

Di atas panggung pantang runtuh

Sabdamu, jenuh tertahan jeruji adab

Problematika kehidupan, berniat singgah bertahan

Kiranya gagal menanggalkan harap

Tetapi tidak untukmu, sosok wanita menawan

Meski tertawan, tetap bergerak namun tiarap

Berantas kebodohan, pulihkan pemahaman

Panutan bagi pemudi millennial

Mengimbuh sejarah, dalam berkas perjuangan wanita belia

Yang menuntut persamaan atas beberapa hal

Bahwa wanita bukan budak, tetapi pendobrak asa

Bahwa wanita menjadi bibit awal

Lahirnya Kartini muda cerdas masa depan, bekal cita-cita kemajuan bangsa

7. Puisi Berjudul Perjuangan

Oleh: Athatia

 

Berselimut keberanian

Dengan semangat berkobaran

Berjuang demi kesetaraan

Martabat seluruh perempuan

Wahai Kartini

Kau getarkan sanubari

Dengan perjuangan membela wanita pertiwi

Tak sekalipun mengenal kata berhenti Sebelum cahaya menghiasi hari

Wahai Kartini

Jasamu sungguh sangat berarti

Takkan pernah terganti

Selalu teringat dalam memori

 

8-11

Puisi-puisi tentang Hari Kartini ini mengangkat tema tentang keberanian dan semangat Kartini dalam memperjuangkan emansipasi dan kesetaraan gender. Mereka menggambarkan Kartini sebagai inspirasi bagi generasi muda, sebagai sosok yang tidak gentar menghadapi ketidakadilan sosial dan patriarki yang mengakar dalam masyarakat.

Kartini digambarkan sebagai simbol perlawanan dan keteguhan hati dalam menghadapi rintangan yang datang dalam perjalanan memperjuangkan hak-hak perempuan. Puisi tentang Hari Kartini ini membangkitkan semangat untuk terus melanjutkan perjuangan Kartini dan menghargai kontribusinya dalam membangun kesetaraan dan keadilan di Indonesia.

8. Puisi Berjudul Inspirasi Ibu Pertiwi

Oleh: Aila Azhura Aslamia

 

Dikala sunyi....

Aku sendiri hanya sepi yang menghampiri

Engkau datang menginspirasi

Oo.. Ibu pertiwi...

Dengarlah puisiku ini

Engkau laksana sebatang pohon

Yang tumbuh di tanah kelahiranku,

Kekuatan akarmu

Mampu menahan ketegaran batang pohonmu

Dari terjangan angin sekaras apapun

Oh... Ibu pertiwi...

Sosokmu... Menginspirasi

Para pemuda pemudi

Sedikitpun kau tak akan lari

Meskipun maut menghampiri

Oh... Ibu pertiwi...

Namamu selalu dihati

Abadi tak kan terganti...

Ibu... Kartini... Ibu pertiwi

9. Puisi Berjudul Ksatria Wanita Indonesia

Oleh: Aisyah Nabilla

 

Ketika mereka menganggap wanita rendah

Disitulah kau memendam amarah

Ketika mereka berargumen wanita tak pantas sekolah

Kau datang berusaha mematahkannya

Kau datang menyelamatkan negeri ini

Dari tangisan wanita yang merindukan edukasi

Cita-citamu murni untuk negeri

Berjuang mengedepankan emansipasi

Kartini bagi perempuan laksana pahlawan

Kartini bagi perempuan laksana bintang

Kartini bagi perempuan laksana perwira

Kartini bagi perempuan laksana ksatria

Tak ada yang lebih berani darinya

Sang wanita perwira pahlawan

Negara Sang wanita yang pantang mundur sebelum setara

Memperjuangkan hak-nya dengan jiwa dan raga

10. Puisi Berjudul Ibu R. A. Kartini Pelopor Emansipasi

Oleh: Taryana

 

Manakala kaummu tertindas

Lemah tak berdaya

Hanya berkutat di dapur

Engkau berontak

Pendidikan hanya milik kaum pria

Kesedihanmu

Dukamu

Kobarkan semangat

Engkau mengubah takdir

Revolusi kaummu untuk disetarakan

Karena engkau

Kemilau senjapun berbinar

Biasnya keseantero jagat pertiwi

11. Puisi Berjudul Kartini Pengejar Mimpi

Oleh: Afif Maulana

 

Kartini kartini pengejar mimpi

Menyusuri bukit penuh duri

Memikul mimpi yang terangkai suci

Semangatnya membelah langit dan bumi

Menggoreskan pena di dalam hati

Kartini-kartini pengejar mimpi

Terbangkan nama ibu pertiwi

Melangkah kaki di atas lautan api

Tak gentar walau musuh menghalangi

Melangkah kaki dalam kesunyian diri

Kartini yang senantiasa mengejar mimpi

Takkan lupa akan janji suci nan abadi

Senantiasa menari sepanjang khatulistiwa

Senantiasa mengukir seluas samudera

Senantiasa bersimpuh dalam doa

Kartini-kartini pengejar mimpi

Ciptakan sejarah sepanjang masa

Tiupkan seruling syahdu irama

Sinarkan lentera terangi cakrawala

Berjuang dalam sepenuh nyawa

Kartini-kartini pengejar mimpi

Engkaulah wajah-wajah ibu pertiwi

 

12-14

Ilustrasi Hari Kartini
Sosok ibu Kartini dengan sanggul, lengkap background bendera Indonesia.(Freepik)

Puisi tentang Hari Kartini ini menggambarkan beragam sudut pandang terkait dengan konsep Kartini dan perjuangannya. Ada yang mengajak untuk tidak sembarangan menggunakan gelar "Kartini" tanpa memahami maknanya secara mendalam, sementara yang lain menyoroti keistimewaan wanita dalam menghadapi cobaan dan mengejar prestasi.

Beberapa puisi menegaskan perlunya kesetaraan dan pengabdian pada negeri, sementara yang lain menitikberatkan pada mimpi dan harapan untuk masa depan yang lebih baik. Dalam keseluruhan, puisi-puisi ini mencerminkan kompleksitas perjuangan Kartini dan relevansinya dalam konteks zaman sekarang, serta mengajak untuk terus menghargai dan mewarisi semangat perjuangannya.

12. Puisi Berjudul Jangan Mengaku Kartini

Oleh: Dean Perdana

 

Mereka berkata “Ibu kita Kartini.”

Siapa kalian, yang berani berkata seperti itu

Jangan mengaku kalian ibu kita Kartini

yang bersaksi kepada Nusantara yang tak berdosa itu

Mereka berlantang “Ibu kita Kartini.”

Siapa kalian, yang sengaja menjadi ibu kita Kartini

Jangan sekali-kali menjadi ibu kita Kartini

Filosofi Nusantara saja tak mengerti

Mereka berikrar “Ibu kita Kartini.”

Siapa kalian, yang sengaja berkata seenaknya

Masih saja membuang sampah di sungai

Tidak pantaslah mengaku ibu kita Kartini

Masih saja tidak cinta tanah air sendiri

Tidak pantaslah berikrar ibu kita Kartini

13. Puisi Berjudul Wanita Istimewa

Oleh: Nufriyanti

 

Teruntuk Wanita teristimewa

semoga dalam lindungan sang Maha Kuasa.

Kita adalah hambaNya

yang terlahir sederajat dan dengan tujuan yang sama,

hanya takdirlah yang membedakan kita

Mungkin rasa minder sempat tersemat dihatimu sahabatku,

Bahkan orang hanya memandangmu sebelah mata

dan mengatakan hal buruk kepadamu

Engkau tak peduli dengan caci maki mereka

kau tidak membalas benci kepada mereka

hanya senyuman yang mampu engkau aturkan,

kau jadikan itu hanyalah sebuah penguat semangat.

Kau tutup cacian mereka dengan sebuah prestasi yang membanggakan.

Engkau memiliki cara terunik di Setiap langkah yang engkau kerjakan,

karena beda adalah istimewa.

Hatimu tabah terpancar nyata

laksana bulan yang tetap bersinar diantara bintang-bintang.

14. Puisi Berjudul Antara Kartini dan Kita

Oleh: Ananda Cahyo Wibowo

 

Sajak ini adalah antara Kartini dan Kita

Antara Hawa dan merajut bangsa

Antara ambisi, impian dan cita

Aku membuka mata

Pada pena yang mengukir lembar

Bersiratkan hukum waris yang akan kami emban:

Mengabdi, dengan sabar berbakti pada negeri

Bernyanyi inspirasi, dengan tekun memberi dan berbagi

Ketulusan hati, bagaimana ikhlas dalam menerima segala kehendak Ilahi; dan

Bermimpi. Ya, Mimpi

Akan menggapai angan yang kami gantung bersama cita dan harapan

Menebar kasih antara sukma dan raga, dalam

Merajut sutra pada zamrud khatulistiwa

Bait ini adalah antara Kartini dan Kita

Kita, Insan yang tak letih merayu Tuhan Karena Kami tahu,

“Teruslah berharap dan berangan, Selagi Engkau masih dapat bermimpi”

15-18

Puisi tentang Hari Kartini ini merangkum beragam aspek tentang Kartini dan perjuangannya. Mereka menyoroti karakteristik perempuan sebagai simbol kebijaksanaan, kekuatan, dan kehangatan. Sementara itu, ada juga penekanan pada peran ibu dalam membimbing dan menginspirasi generasi muda, serta memupuk semangat untuk terus berjuang dan menghadapi tantangan.

Puisi-puisi ini juga menegaskan pentingnya memperingati dan mengenang jasa Kartini sebagai pahlawan nasional yang membawa perubahan positif bagi kaum perempuan dan masyarakat Indonesia secara luas.

15. Puisi Berjudul Perempuan itu Buku

Oleh Sio Hutasoit

 

Apa kau tahu? Jika perempuan itu Buku

 

Tintanya biru teduh.

Perempuan itu Gudangnya Ilmu.

Isinya tak hanya asmara candu, namun arti dari tulus

Pengorbanan tanpa keluh

 

Walau dituntut harus sempurna sungguh, namun...

Perempuan tahun nikmatnya berdiri teguh, tanpa kompromi waktu

 

Di dalam Buku akan kau temukan cerita tentang cinta yang utuh

Walau hidup tak semanis madu, tangis menderu bahkan sakit berdentum.

Tak tak pernah ia tulis bahwa hidup sepahit empedu.

 

Hanya ada bait tentang nyanyian syukur

Sayangnya, Buku itu tak bisa kau beli dengan sekuntum bunga warna ungu.

Tapi tawarlah dengan rindu yang sudah kau pupuk.

Tenang saja, tak perlu ragu...

Karena, dari buk itu akan kau temukan bahwa perempuan adalah pangkal restu

 

Juga sajak-sajak tentang doa ibu

Yang tiap hari ia tulis dengan tangguh

Perempuan tak pernah layu

Perempuan itu Buku

Perempuan itu aku.

16. Puisi Berjudul Demi Aku, Kartinimu, dan Bianglala

Oleh: Ali Mufti

 

Nak, lawanlah tidurmu

Redup nyala lilin itu rayuan waktu, agar lelapmu kian bersemayam

Mimpi-mimpi itu pun kebohongan, darinya (waktu), si jahat yang mengincarmu

“Tak ada bedanya dengan apa yang ada di luar sana,

begitu kejam,

biarkan saja, Bu!

Kupeluk waktu, dipapah Ibu.”

Jangan, Nak!

Ingatlah betapa ibu paksakan senyum dahulu,

dalam payah menyajikan riangmu

Karena aku Kartinimu

Lekaslah melompat,

langkahi sanubari yang merundung

Sambutlah doa-doaku yang dijawab-Nya

Lekaslah, Nak!

Demi aku, Kartinimu

17. Puisi Berjudul Mengenang Kartiniku

Oleh: Alifia Intan Karima

 

Terngaung akan sebuah figur elok

Meraut nama dalam lintas sejarah

Tertutur indah santun dalam suatu pokok

Terajut keselarasan, membantang duka lara

Membungkam keselarasan sang ibunda

Menyakralkan kehangatan bunga negara

Terangi gelapnya isi bumi

Tentramkan hati, kaum insani

Bagai pendongkrak dunia

Runtuhkan ancaman kaum jahiliyah

Tegak kan kewajiban

Tuk hapus kemunafikan

Terlintas bayangan sosok kartini

Menguras problematika negeri nan pilu

Robohkan fitur anarki

Goreskan sejarah bak harum mewangi di bumi pertiwi

Ibu kartini..

18. Puisi Berjudul Abdimu, Sang Pendobrak Asa

Oleh Anggraini Khodihaturrohmah

 

Runcingnya sebilah bambu

Bukan menjadi prioritasnya dalam berjuang

Pun segerombol mata peluru

Takkan mengalihkan pandangan saat mengemban

 

Meninggikan derajat, mengabdi tanpa ragu

Agar jauh dari lakon penindasan

Opini masyarakat di masa lalu

Bukan sebagai pembuka rute penuh liku

 

Tetapi menjadi pemicu

Agar segerombol budak wanita meniru

Gelagat Kartini menebar ilmu

Di atas panggung pantang runtuh

Sabdamu, jenuh tertahan jeruji adab

 

Problematika kehidupan, berniat singgah bertahan

Kiranya gagal menanggalkan harap

Tetapi tidak untukmu, sosok wanita menawan

Meski tertawan, tetap bergerak namun tiarap

 

Berantas kebodohan, pulihkan pemahaman

Panutan bagi pemudi millennial

Mengimbuh sejarah, dalam berkas perjuangan wanita belia

Yang menuntut persamaan atas beberapa hal

 

Bahwa wanita bukan budak, tetapi pendobrak asa

Bahwa wanita menjadi bibit awal

Lahirnya Kartini muda cerdas masa depan, bekal cita-cita kemajuan bangsa

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya