Liputan6.com, Jakarta - Puisi tentang Hari Kartini banyak dicari di Hari Kartini 21 April karena RA Kartini adalah pahlawan nasional yang memperjuangkan kesetaraan hak perempuan. Dilahirkan pada 21 April 1879 di Jepara, Kartini dikenal sebagai tokoh emansipasi wanita yang inspiratif. Sosoknya banyak berdiskusi tentang emansipasi wanita melalui surat-surat dengan teman-temannya di Belanda.
Baca Juga
Advertisement
Puisi tentang Hari Kartini seringkali mengangkat tema-tema yang relevan dengan perjuangan dan nilai-nilai yang dianut oleh Kartini. Sebagaimana disampaikan dalam buku Habis Gelap Terbitlah Terang, RA Kartini menganut nilai-nilai religiusitas, ketekunan, kegemaran membaca, kepedulian, dan toleransi. Ini mencerminkan betapa pentingnya peran Kartini dalam memperjuangkan kesetaraan dan hak-hak perempuan di Indonesia.
Puisi tentang Hari Kartini memiliki peran penting dalam mengabadikan warisan dan gagasan RA Kartini, yang telah mengubah pandangan masyarakat tentang perempuan dan peran mereka dalam masyarakat. Melalui puisi, pesan-pesan Kartini tentang pentingnya pendidikan, kemandirian, dan kesetaraan dapat terus disampaikan dan diwariskan kepada generasi-generasi selanjutnya.
Berikut Liputan6.com ulas puisi tentang Hari Kartini dan nama pengarangnya merangkum dari berbagai sumber buku, Kamis (18/4/2024).
1-4
Puisi-puisi tentang Hari Kartini ini menggambarkan perjuangan dan semangat Kartini dalam memperjuangkan hak-hak perempuan serta meraih emansipasi. Mereka menyoroti pembatasan hak perempuan, kesenjangan gender, dan ketidakadilan sosial yang dihadapi oleh perempuan pada zamannya.
Namun, dengan semangat dan tekad yang kokoh, Kartini berhasil membuka jalan bagi kebebasan, kesetaraan, dan kemerdekaan perempuan. Puisi-puisi ini memuji peran Kartini sebagai pahlawan nasional yang menginspirasi generasi-generasi berikutnya untuk terus berjuang dan mengabdikan diri pada perjuangan yang sama.
1. Puisi Berjudul Putri Ksatria
Oleh Pauline Angelina
Hujan tiada berhenti
Kabut perlahan menyelimuti
Adat dan budaya berpilih kasih
Hak perempuan pun dibatasi
Tangis membanjir di pipi
Tak ada satu pun peduli
Sekalipun rintihan bertubi-tubi
Para insan berpura-pura tuli
Perempuan dikekang
Perempuan dilarang
Perempuan terbuang
Perempuan terbelakang
Lemah tak berdaya
Melawan pun tak kuasa
Hanya dapat berpasrah
Menerima siksaan jiwa
Dan semua itu kini sirna
Berkat sang putri ksatria
Wahai Kartini yang mulia
Jasamu sungguh tiada tara
Perempuan bebas
Perempuan lepas
Perempuan setara
Perempuan merdeka
Tak ada lagi luka
Tak ada lagi duka
Semua telah sirna
Berkat sang putri ksatria
2. Puisi Berjudul Mengenang Perjuangan di Hari Kartini
Oleh Lusy
Hari itu telah berlalu ibu
Tapi perjuanganmu masih berlaku
Sungguh agung perjalananmu
Sebagai wanita aku menangis bahagia akan itu
Perjuanganmu bukan hanya untuk dikenang
Generasi mulai tumbuh hingga tak terbilang
Banyak lahir raden ajeng kartini lanjutkan perjuangan hingga jasad menghilang
Aku yakin habis gelap terbitlah terang
Kartini-kartini muda bahagia
Meneruskan perjuangan untuk jiwa dan raga
Terima kasih Ibu Kartini
Kami hanya mampu mengucapkan Selamat hari Kartini
Bagiku engkaulah Ibu kita
Pejuang emansipasi wanita
Ide-ide kini lahir dari nasionalisme kartini muda
Bukan hanya sekedar kata kata.
3. Puisi Berjudul Nostalgia
Oleh Aenullael Mukarromah
Tentangmu sang pahlawan nasional, juga tentangku sang pejuang asa
Terlahir di Jepara, kemudian menghembuskan nafas di Rembang Kau sang pelopor kebangkitan perempuan pribumi
Sedangkan aku masih merangkak mengejar mimpi untuk dapat mengabdi pada Negeri
Kau memperjuangkan wanita
Kau bekerja keras
Lalu apa yang terjadi saat ini?
Mari bernostalgia
Tentang sebuah perjalanan
Aku perempuan, namun aku tidaklah sehebat dan sekuat perjuanganmu
Aku perempuan, namun belum dapat mengabdi kepada Negeri Namun, embusan nyanyian motivasimu menjadi pembakar diri untuk tetap berjuang
Habis gelap terbitlah terang
Di manapun bumi dipijak di sanalah langit dijunjung
Perempuan haruslah tetap bekerja keras, kerja cerdas dan berjuang dengan usaha yang keras
Seperti perjuangan ibu kita Kartini yang telah melewati badai dan coba.
4. Puisi Berjudul Kartini Pengejar Mimpi
Oleh Afif Maulana
Kartini-kartini pengejar mimpi
Menyusuri bukit penuh duri
Memikul mimpi yang terangkai suci
Semangatnya membelah langit dan bumi
Menggoreskan pena di dalam hati
Kartini-kartini pengejar mimpi
Terbangkan nama ibu pertiwi
Melangkah kaki di atas lautan api
Tak gentar walau musuh menghalangi
Melangkah kaki dalam kesunyian diri
Kartini yang senantiasa mengejar mimpi
Takkan lupa akan janji suci nan abadi
Senantiasa menari sepanjang khatulistiwa
Senantiasa mengukir seluas samudera
Senantiasa bersimpuh dalam doa
Kartini-kartini pengejar mimpi
Ciptakan sejarah sepanjang masa
Tiupkan seruling syahdu irama
Sinarkan lentera terangi cakrawala
Berjuang dalam sepenuh nyawa
Kartini-Kartini pengejar mimpi
Engkaulah wajah-wajah ibu pertiwi.
Advertisement
5-7
Puisi tentang Hari Kartini ini merangkum semangat perjuangan Kartini dalam memerangi penindasan dan memperjuangkan kesetaraan gender. Mereka menggambarkan tekad Kartini untuk melawan ketidakadilan sosial dan menegaskan bahwa perempuan bukanlah budak, melainkan pendobrak asa.
Dalam setiap barisnya, puisi-puisi ini mengajak untuk menghargai peran Kartini dalam memperjuangkan martabat perempuan dan membangkitkan semangat untuk terus melanjutkan perjuangan yang belum selesai.
5. Puisi Berjudul Kartini
Oleh: Annisa Salsa Billa
Tanpa gentir tak tersingkir
Tanpa lelah tak mau kalah
Tak putus asa memberi jasa
Tak habis jiwa tak habis raga
Penjajah harus musnah
Indonesia harus merdeka
Kita bukan budak
Yang mati dimakan gagak
Di sela wanita aku ada
Berjuang dengan semangat membara
Bagai api membakar daun
Menghanguskan setiap pendusta
Bela negara tinggal keluarga
Darah beralir semangat
Terkucur dalam keringat
Pertahankan martabat
Kartini
Bela pemuda pemudi
Tak sakti
Namun berarti
6. Puisi Berjudul Abdimu, Sang Pendobrak Asa
Oleh: Anggraini Khodihaturrohmah
Runcingnya sebilah bambu
Bukan menjadi prioritasnya dalam berjuang
Pun segerombol mata peluru
Takkan mengalihkan pandangan saat mengemban
Meninggikan derajat, mengabdi tanpa ragu
Agar jauh dari lakon penindasan
Opini masyarakat di masa lalu
Bukan sebagai pembuka rute penuh liku
Tetapi menjadi pemicu
Agar segerombol budak wanita meniru
Gelagat Kartini menebar ilmu
Di atas panggung pantang runtuh
Sabdamu, jenuh tertahan jeruji adab
Problematika kehidupan, berniat singgah bertahan
Kiranya gagal menanggalkan harap
Tetapi tidak untukmu, sosok wanita menawan
Meski tertawan, tetap bergerak namun tiarap
Berantas kebodohan, pulihkan pemahaman
Panutan bagi pemudi millennial
Mengimbuh sejarah, dalam berkas perjuangan wanita belia
Yang menuntut persamaan atas beberapa hal
Bahwa wanita bukan budak, tetapi pendobrak asa
Bahwa wanita menjadi bibit awal
Lahirnya Kartini muda cerdas masa depan, bekal cita-cita kemajuan bangsa
7. Puisi Berjudul Perjuangan
Oleh: Athatia
Berselimut keberanian
Dengan semangat berkobaran
Berjuang demi kesetaraan
Martabat seluruh perempuan
Wahai Kartini
Kau getarkan sanubari
Dengan perjuangan membela wanita pertiwi
Tak sekalipun mengenal kata berhenti Sebelum cahaya menghiasi hari
Wahai Kartini
Jasamu sungguh sangat berarti
Takkan pernah terganti
Selalu teringat dalam memori
8-11
Puisi-puisi tentang Hari Kartini ini mengangkat tema tentang keberanian dan semangat Kartini dalam memperjuangkan emansipasi dan kesetaraan gender. Mereka menggambarkan Kartini sebagai inspirasi bagi generasi muda, sebagai sosok yang tidak gentar menghadapi ketidakadilan sosial dan patriarki yang mengakar dalam masyarakat.
Kartini digambarkan sebagai simbol perlawanan dan keteguhan hati dalam menghadapi rintangan yang datang dalam perjalanan memperjuangkan hak-hak perempuan. Puisi tentang Hari Kartini ini membangkitkan semangat untuk terus melanjutkan perjuangan Kartini dan menghargai kontribusinya dalam membangun kesetaraan dan keadilan di Indonesia.
8. Puisi Berjudul Inspirasi Ibu Pertiwi
Oleh: Aila Azhura Aslamia
Dikala sunyi....
Aku sendiri hanya sepi yang menghampiri
Engkau datang menginspirasi
Oo.. Ibu pertiwi...
Dengarlah puisiku ini
Engkau laksana sebatang pohon
Yang tumbuh di tanah kelahiranku,
Kekuatan akarmu
Mampu menahan ketegaran batang pohonmu
Dari terjangan angin sekaras apapun
Oh... Ibu pertiwi...
Sosokmu... Menginspirasi
Para pemuda pemudi
Sedikitpun kau tak akan lari
Meskipun maut menghampiri
Oh... Ibu pertiwi...
Namamu selalu dihati
Abadi tak kan terganti...
Ibu... Kartini... Ibu pertiwi
9. Puisi Berjudul Ksatria Wanita Indonesia
Oleh: Aisyah Nabilla
Ketika mereka menganggap wanita rendah
Disitulah kau memendam amarah
Ketika mereka berargumen wanita tak pantas sekolah
Kau datang berusaha mematahkannya
Kau datang menyelamatkan negeri ini
Dari tangisan wanita yang merindukan edukasi
Cita-citamu murni untuk negeri
Berjuang mengedepankan emansipasi
Kartini bagi perempuan laksana pahlawan
Kartini bagi perempuan laksana bintang
Kartini bagi perempuan laksana perwira
Kartini bagi perempuan laksana ksatria
Tak ada yang lebih berani darinya
Sang wanita perwira pahlawan
Negara Sang wanita yang pantang mundur sebelum setara
Memperjuangkan hak-nya dengan jiwa dan raga
10. Puisi Berjudul Ibu R. A. Kartini Pelopor Emansipasi
Oleh: Taryana
Manakala kaummu tertindas
Lemah tak berdaya
Hanya berkutat di dapur
Engkau berontak
Pendidikan hanya milik kaum pria
Kesedihanmu
Dukamu
Kobarkan semangat
Engkau mengubah takdir
Revolusi kaummu untuk disetarakan
Karena engkau
Kemilau senjapun berbinar
Biasnya keseantero jagat pertiwi
11. Puisi Berjudul Kartini Pengejar Mimpi
Oleh: Afif Maulana
Kartini kartini pengejar mimpi
Menyusuri bukit penuh duri
Memikul mimpi yang terangkai suci
Semangatnya membelah langit dan bumi
Menggoreskan pena di dalam hati
Kartini-kartini pengejar mimpi
Terbangkan nama ibu pertiwi
Melangkah kaki di atas lautan api
Tak gentar walau musuh menghalangi
Melangkah kaki dalam kesunyian diri
Kartini yang senantiasa mengejar mimpi
Takkan lupa akan janji suci nan abadi
Senantiasa menari sepanjang khatulistiwa
Senantiasa mengukir seluas samudera
Senantiasa bersimpuh dalam doa
Kartini-kartini pengejar mimpi
Ciptakan sejarah sepanjang masa
Tiupkan seruling syahdu irama
Sinarkan lentera terangi cakrawala
Berjuang dalam sepenuh nyawa
Kartini-kartini pengejar mimpi
Engkaulah wajah-wajah ibu pertiwi
Advertisement
12-14
Puisi tentang Hari Kartini ini menggambarkan beragam sudut pandang terkait dengan konsep Kartini dan perjuangannya. Ada yang mengajak untuk tidak sembarangan menggunakan gelar "Kartini" tanpa memahami maknanya secara mendalam, sementara yang lain menyoroti keistimewaan wanita dalam menghadapi cobaan dan mengejar prestasi.
Beberapa puisi menegaskan perlunya kesetaraan dan pengabdian pada negeri, sementara yang lain menitikberatkan pada mimpi dan harapan untuk masa depan yang lebih baik. Dalam keseluruhan, puisi-puisi ini mencerminkan kompleksitas perjuangan Kartini dan relevansinya dalam konteks zaman sekarang, serta mengajak untuk terus menghargai dan mewarisi semangat perjuangannya.
12. Puisi Berjudul Jangan Mengaku Kartini
Oleh: Dean Perdana
Mereka berkata “Ibu kita Kartini.”
Siapa kalian, yang berani berkata seperti itu
Jangan mengaku kalian ibu kita Kartini
yang bersaksi kepada Nusantara yang tak berdosa itu
Mereka berlantang “Ibu kita Kartini.”
Siapa kalian, yang sengaja menjadi ibu kita Kartini
Jangan sekali-kali menjadi ibu kita Kartini
Filosofi Nusantara saja tak mengerti
Mereka berikrar “Ibu kita Kartini.”
Siapa kalian, yang sengaja berkata seenaknya
Masih saja membuang sampah di sungai
Tidak pantaslah mengaku ibu kita Kartini
Masih saja tidak cinta tanah air sendiri
Tidak pantaslah berikrar ibu kita Kartini
13. Puisi Berjudul Wanita Istimewa
Oleh: Nufriyanti
Teruntuk Wanita teristimewa
semoga dalam lindungan sang Maha Kuasa.
Kita adalah hambaNya
yang terlahir sederajat dan dengan tujuan yang sama,
hanya takdirlah yang membedakan kita
Mungkin rasa minder sempat tersemat dihatimu sahabatku,
Bahkan orang hanya memandangmu sebelah mata
dan mengatakan hal buruk kepadamu
Engkau tak peduli dengan caci maki mereka
kau tidak membalas benci kepada mereka
hanya senyuman yang mampu engkau aturkan,
kau jadikan itu hanyalah sebuah penguat semangat.
Kau tutup cacian mereka dengan sebuah prestasi yang membanggakan.
Engkau memiliki cara terunik di Setiap langkah yang engkau kerjakan,
karena beda adalah istimewa.
Hatimu tabah terpancar nyata
laksana bulan yang tetap bersinar diantara bintang-bintang.
14. Puisi Berjudul Antara Kartini dan Kita
Oleh: Ananda Cahyo Wibowo
Sajak ini adalah antara Kartini dan Kita
Antara Hawa dan merajut bangsa
Antara ambisi, impian dan cita
Aku membuka mata
Pada pena yang mengukir lembar
Bersiratkan hukum waris yang akan kami emban:
Mengabdi, dengan sabar berbakti pada negeri
Bernyanyi inspirasi, dengan tekun memberi dan berbagi
Ketulusan hati, bagaimana ikhlas dalam menerima segala kehendak Ilahi; dan
Bermimpi. Ya, Mimpi
Akan menggapai angan yang kami gantung bersama cita dan harapan
Menebar kasih antara sukma dan raga, dalam
Merajut sutra pada zamrud khatulistiwa
Bait ini adalah antara Kartini dan Kita
Kita, Insan yang tak letih merayu Tuhan Karena Kami tahu,
“Teruslah berharap dan berangan, Selagi Engkau masih dapat bermimpi”
15-18
Puisi tentang Hari Kartini ini merangkum beragam aspek tentang Kartini dan perjuangannya. Mereka menyoroti karakteristik perempuan sebagai simbol kebijaksanaan, kekuatan, dan kehangatan. Sementara itu, ada juga penekanan pada peran ibu dalam membimbing dan menginspirasi generasi muda, serta memupuk semangat untuk terus berjuang dan menghadapi tantangan.
Puisi-puisi ini juga menegaskan pentingnya memperingati dan mengenang jasa Kartini sebagai pahlawan nasional yang membawa perubahan positif bagi kaum perempuan dan masyarakat Indonesia secara luas.
15. Puisi Berjudul Perempuan itu Buku
Oleh Sio Hutasoit
Apa kau tahu? Jika perempuan itu Buku
Tintanya biru teduh.
Perempuan itu Gudangnya Ilmu.
Isinya tak hanya asmara candu, namun arti dari tulus
Pengorbanan tanpa keluh
Walau dituntut harus sempurna sungguh, namun...
Perempuan tahun nikmatnya berdiri teguh, tanpa kompromi waktu
Di dalam Buku akan kau temukan cerita tentang cinta yang utuh
Walau hidup tak semanis madu, tangis menderu bahkan sakit berdentum.
Tak tak pernah ia tulis bahwa hidup sepahit empedu.
Hanya ada bait tentang nyanyian syukur
Sayangnya, Buku itu tak bisa kau beli dengan sekuntum bunga warna ungu.
Tapi tawarlah dengan rindu yang sudah kau pupuk.
Tenang saja, tak perlu ragu...
Karena, dari buk itu akan kau temukan bahwa perempuan adalah pangkal restu
Juga sajak-sajak tentang doa ibu
Yang tiap hari ia tulis dengan tangguh
Perempuan tak pernah layu
Perempuan itu Buku
Perempuan itu aku.
16. Puisi Berjudul Demi Aku, Kartinimu, dan Bianglala
Oleh: Ali Mufti
Nak, lawanlah tidurmu
Redup nyala lilin itu rayuan waktu, agar lelapmu kian bersemayam
Mimpi-mimpi itu pun kebohongan, darinya (waktu), si jahat yang mengincarmu
“Tak ada bedanya dengan apa yang ada di luar sana,
begitu kejam,
biarkan saja, Bu!
Kupeluk waktu, dipapah Ibu.”
Jangan, Nak!
Ingatlah betapa ibu paksakan senyum dahulu,
dalam payah menyajikan riangmu
Karena aku Kartinimu
Lekaslah melompat,
langkahi sanubari yang merundung
Sambutlah doa-doaku yang dijawab-Nya
Lekaslah, Nak!
Demi aku, Kartinimu
17. Puisi Berjudul Mengenang Kartiniku
Oleh: Alifia Intan Karima
Terngaung akan sebuah figur elok
Meraut nama dalam lintas sejarah
Tertutur indah santun dalam suatu pokok
Terajut keselarasan, membantang duka lara
Membungkam keselarasan sang ibunda
Menyakralkan kehangatan bunga negara
Terangi gelapnya isi bumi
Tentramkan hati, kaum insani
Bagai pendongkrak dunia
Runtuhkan ancaman kaum jahiliyah
Tegak kan kewajiban
Tuk hapus kemunafikan
Terlintas bayangan sosok kartini
Menguras problematika negeri nan pilu
Robohkan fitur anarki
Goreskan sejarah bak harum mewangi di bumi pertiwi
Ibu kartini..
18. Puisi Berjudul Abdimu, Sang Pendobrak Asa
Oleh Anggraini Khodihaturrohmah
Runcingnya sebilah bambu
Bukan menjadi prioritasnya dalam berjuang
Pun segerombol mata peluru
Takkan mengalihkan pandangan saat mengemban
Meninggikan derajat, mengabdi tanpa ragu
Agar jauh dari lakon penindasan
Opini masyarakat di masa lalu
Bukan sebagai pembuka rute penuh liku
Tetapi menjadi pemicu
Agar segerombol budak wanita meniru
Gelagat Kartini menebar ilmu
Di atas panggung pantang runtuh
Sabdamu, jenuh tertahan jeruji adab
Problematika kehidupan, berniat singgah bertahan
Kiranya gagal menanggalkan harap
Tetapi tidak untukmu, sosok wanita menawan
Meski tertawan, tetap bergerak namun tiarap
Berantas kebodohan, pulihkan pemahaman
Panutan bagi pemudi millennial
Mengimbuh sejarah, dalam berkas perjuangan wanita belia
Yang menuntut persamaan atas beberapa hal
Bahwa wanita bukan budak, tetapi pendobrak asa
Bahwa wanita menjadi bibit awal
Lahirnya Kartini muda cerdas masa depan, bekal cita-cita kemajuan bangsa
Advertisement