10 Cara Mencegah Down Syndrome Bagi Ibu Hamil, Lakukan Tes Rutin

Down Syndrome adalah konsumsi makanan bergizi dan menghindari kebiasaan minum-minum beralkohol.

oleh Silvia Estefina Subitmele diperbarui 31 Mei 2024, 17:27 WIB
Diterbitkan 14 Mei 2024, 20:35 WIB
Down Syndrome
Ilustrasi Down Syndrome Credit: pexels.com/Rodnae

Liputan6.com, Jakarta Down syndrome adalah kondisi kelainan genetik yang umumnya terjadi, karena adanya kerusakan pada kromosom ke-21. Hal ini dapat menyebabkan fisik dan perkembangan mental yang terbatas, pada individu yang terkena. Meski tidak ada cara mencegah down syndrome sepenuhnya, ada langkah-langkah yang bisa diambil untuk mengurangi risiko memiliki anak dengan down syndrome.

Salah satu cara mencegah down syndrome yang efektif, adalah melalui pemeriksaan kromosom melalui amniocentesis bagi para ibu hamil. Melalui prosedur ini, sejumlah kecil cairan amnion dari rahim diambil untuk dianalisis. Pada hasil analisis ini, dokter dapat melihat apakah adanya kelainan kromosom pada bayi yang belum lahir, dapat mengindikasikan potensi terjadinya down syndrome.

Dalam melakukan pemeriksaan amniocentesis, penting untuk berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu untuk mengetahui risiko dan manfaatnya. Prosedur ini memiliki risiko minimal, seperti infeksi atau perdarahan ringan, namun dokter akan memberikan panduan dan pertimbangan yang paling tepat bagi ibu hamil. Berikut ini cara mencegah down syndrome yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Selasa (14/5/2024). 

1. Hamil di Usia yang Tepat

Down Syndrome
Dokter spesialis kandungan Ivander Ramon Utama mengatakan bahwa down syndrome adalah kelainan kromosom yang paling sering terjadi. Foto ilustrasi: Freepik.

Risiko memiliki anak dengan sindrom Down meningkat, jika ibu hamil pada usia yang terlalu muda atau terlalu tua. Menurut penelitian, usia ideal bagi seorang ibu untuk mengandung adalah antara 20 hingga 34 tahun. Dalam rentang usia ini, kondisi fisik ibu biasanya dalam keadaan optimal untuk mendukung perkembangan janin yang sehat. Hubungan antara usia ibu saat hamil dengan risiko down syndrome telah lama diketahui. Pada awal abad ke-20, para peneliti mengamati bahwa anak-anak yang lahir dengan kondisi ini sering kali merupakan anak terakhir dari keluarga besar, yang lahir tidak lama sebelum seorang wanita memasuki masa menopause. Dengan mengetahui faktor risiko ini, calon ibu dapat lebih bijak dalam merencanakan kehamilan.

2. Melakukan Pemeriksaan Kromosom

Pemeriksaan kromosom pada awal kehamilan adalah langkah penting, untuk mendeteksi adanya kelainan genetik sejak dini. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat kromosom tambahan, yang dapat menyebabkan down syndrome pada janin. Pemeriksaan kromosom biasanya dilakukan melalui tes darah dan tes cairan ketuban. Dengan melakukan tes ini, risiko memiliki anak dengan kelainan genetik dapat diketahui lebih awal, sehingga langkah-langkah penanganan yang tepat bisa segera diambil.

3. Melakukan Screening dan Tes Diagnostik

Selama masa kehamilan, upaya pencegahan dapat dilakukan melalui berbagai screening dan tes diagnostik. Screening bertujuan untuk mendeteksi kemungkinan adanya kelainan genetik pada janin sejak dini, di mana melibatkan pemeriksaan USG dan tes darah. Screening dengan menggunakan USG sangat dianjurkan, ketika usia kehamilan memasuki minggu ke-11 hingga ke-13. Bagi ibu hamil yang berusia di atas 35 tahun, USG tambahan dapat dilakukan pada usia kehamilan antara 18 hingga 22 minggu. Tes diagnostik yang lebih spesifik, seperti amniosentesis atau chorionic villus sampling (CVS), juga bisa dilakukan untuk memastikan hasil screening.

4. Melakukan Tes Antenatal

Tes antenatal merupakan pemeriksaan yang dilakukan selama kehamilan, untuk mendeteksi adanya kelainan pada janin, termasuk down syndrome yang tentu melibatkan pemeriksaan cairan ketuban dan darah secara berkala. Pemeriksaan antenatal sangat penting untuk memastikan kesehatan ibu dan janin. Dengan melakukan tes ini, kelainan genetik atau masalah kesehatan lainnya dapat dideteksi lebih awal, dan diambil tindakan yang diperlukan untuk mengatasi atau meminimalkan dampaknya.

5. Melakukan Pemeriksaan Kehamilan Rutin

Pemeriksaan kehamilan rutin sangat diperlukan untuk menjaga kesehatan ibu dan janin, mencegah munculnya penyakit, serta mendeteksi kelainan seperti down syndrome. WHO menganjurkan ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan kehamilan sebanyak satu kali pada trimester pertama, dua kali pada trimester kedua, dan lima kali pada trimester ketiga. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) juga memiliki anjuran serupa dengan WHO untuk trimester pertama dan kedua, namun pada trimester ketiga, Kemenkes RI menganjurkan pemeriksaan dilakukan dua kali. Pemeriksaan rutin ini meliputi pemeriksaan fisik, tes laboratorium, serta pemantauan perkembangan janin melalui USG.

 

6. Olahraga Teratur

Anak Down Syndrome
Down Syndrome (Foto: Unsplash/Pavol Stugel)

Melakukan olahraga ringan secara rutin sangat bermanfaat bagi kesehatan ibu hamil dan janin. Olahraga membantu meningkatkan sirkulasi darah, menjaga kebugaran, dan mengurangi risiko komplikasi kehamilan. Olahraga yang aman dan direkomendasikan untuk ibu hamil antara lain berjalan kaki, yoga prenatal, berenang, dan senam khusus ibu hamil. Penting untuk selalu berkonsultasi dengan dokter sebelum memulai program olahraga, untuk memastikan bahwa jenis olahraga yang dipilih aman dan sesuai dengan kondisi kesehatan ibu.

7. Konsumsi Asam Folat

Nutrisi yang cukup sangat penting bagi ibu hamil dan perkembangan janin. Salah satu nutrisi yang esensial untuk mencegah down syndrome adalah asam folat. Penelitian menunjukkan bahwa asam folat berperan penting, dalam mencegah cacat tabung saraf dan mungkin juga berkaitan dengan pencegahan down syndrome. Ibu hamil dianjurkan untuk mengonsumsi 400 mikrogram asam folat setiap hari, baik melalui makanan yang kaya asam folat maupun suplemen. Asam folat dapat ditemukan dalam sayuran berdaun hijau, buah-buahan, kacang-kacangan dan produk biji-bijian yang diperkaya.

8. Hindari Stres

Stres dapat berdampak negatif pada kesehatan janin dan ibu hamil. Stres yang berlebihan dan terus-menerus, dapat mempengaruhi perkembangan janin dan meningkatkan risiko komplikasi kehamilan. Oleh karena itu, sangat penting bagi ibu hamil untuk mengelola stres dengan baik. Beberapa cara untuk mengurangi stres antara lain dengan melakukan kegiatan yang menyenangkan, berolahraga ringan, meditasi, mengikuti kelas prenatal, serta mendapatkan dukungan dari keluarga dan teman. Konseling juga dapat membantu ibu hamil mengatasi kekhawatiran dan kecemasan yang mungkin timbul selama kehamilan.

9. Istirahat Cukup

Istirahat yang cukup sangat penting bagi ibu hamil, untuk menjaga kesehatan dan kesejahteraan. Kurangnya istirahat dapat berdampak buruk pada kesehatan ibu dan janin, seperti meningkatkan risiko tekanan darah tinggi, diabetes gestasional dan komplikasi lainnya. Ibu hamil disarankan untuk tidur setidaknya 7-9 jam setiap malam dan mengambil waktu istirahat di siang hari jika diperlukan. Menciptakan lingkungan tidur yang nyaman dan rutin tidur yang teratur, dapat membantu meningkatkan kualitas tidur.

10. Hindari Kebiasaan yang Berakibat Buruk bagi Kandungan

Selama kehamilan, sangat penting bagi ibu untuk menghindari kebiasaan buruk yang dapat membahayakan kesehatan janin. Kebiasaan seperti mengonsumsi makanan cepat saji yang tinggi lemak dan gula, minuman beralkohol, merokok, serta tidak menggunakan masker saat terpapar polusi dapat berdampak negatif pada perkembangan janin. Mengadopsi gaya hidup sehat dengan pola makan seimbang, menghindari alkohol dan rokok, serta mengurangi paparan polusi adalah langkah penting untuk memastikan kehamilan yang sehat dan bayi yang lahir dengan kondisi optimal. Ibu hamil juga harus berhati-hati dalam mengonsumsi obat-obatan, dan selalu berkonsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsi obat atau suplemen apa pun.

Penanganan Bagi Anak Down Syndrome

down syndrome
Penyandang down syndrome Rizqi Rabiutsani belajar melukis. Foto: dok pribadi.

Terapi Fisik 

Ketika orang tua menghadapi tantangan dalam mendampingi anak dengan down syndrome, langkah pertama yang sangat penting adalah memahami bahwa setiap anak memiliki kebutuhan uniknya sendiri. Dalam konteks ini, terapi fisik menjadi salah satu pendekatan yang paling fundamental dan efektif. Terapi fisik tidak hanya sebatas serangkaian latihan fisik semata, tetapi merupakan serangkaian aktivitas yang dirancang secara khusus untuk membantu anak dengan down syndrome mengembangkan kemampuan fisiknya.

Ini mencakup latihan-latihan yang dirancang untuk memperkuat otot, meningkatkan keseimbangan tubuh, dan memperbaiki koordinasi gerakan. Dengan terapi fisik yang tepat, anak-anak down syndrome dapat belajar merangkak, duduk, berjalan dan melakukan berbagai tugas fisik lainnya sehingga lebih lancar dan percaya diri. Ini tidak hanya meningkatkan kualitas hidup mereka secara umum, tetapi juga membantu mereka dalam mengatasi hambatan-hambatan yang mungkin mereka hadapi sehari-hari.

Terapi Wicara 

Seringkali, anak-anak dengan down syndrome mengalami keterlambatan dalam perkembangan kemampuan berbicara dan berkomunikasi. Oleh karena itu, terapi wicara menjadi sangat penting dalam membantu mereka mengatasi hambatan ini. Terapi wicara melibatkan berbagai latihan dan aktivitas yang dirancang untuk merangsang perkembangan kemampuan berbicara dan bahasa pada anak-anak.

Dalam terapi wicara, orang tua dan terapis bekerja sama untuk membantu anak mengembangkan kemampuan komunikasi mereka dengan cara yang efektif dan terarah. Ini termasuk latihan seperti meniru suara, mengidentifikasi objek, dan memahami instruksi sederhana. Dengan konsistensi dan kesabaran, anak-anak dengan down syndrome dapat belajar untuk berkomunikasi dengan lebih lancar dan mengartikulasikan kebutuhan dan keinginan mereka dengan lebih baik.

Terapi Kerja 

Walaupun anak-anak dengan down syndrome mungkin memiliki kebutuhan khusus, mereka juga memiliki potensi untuk mandiri dan melakukan berbagai aktivitas sehari-hari seperti anak-anak lainnya. Terapi kerja membantu anak-anak ini dalam mengembangkan keterampilan yang diperlukan, untuk menjadi mandiri dan aktif dalam kehidupan sehari-hari. Dalam terapi kerja, anak-anak diajarkan berbagai keterampilan dasar, mulai dari cara makan dan berpakaian dengan benar hingga cara menggunakan teknologi. Terapi ini membantu anak-anak untuk mengembangkan pemahaman tentang rutinitas sehari-hari dan mempersiapkan mereka untuk menjadi anggota produktif dalam masyarakat.

Terapi Okupasi 

Terapi okupasi membuka peluang bagi anak-anak dengan down syndrome, untuk mengeksplorasi minat dan bakat mereka. Ini dapat melibatkan berbagai aktivitas, mulai dari seni dan kerajinan hingga olahraga dan musik. Terapi okupasi membantu anak-anak untuk menemukan apa yang mereka sukai dan apa yang mereka kuasai, dan memberikan dukungan yang mereka butuhkan untuk mengembangkan passion mereka menjadi bakat yang nyata.

Dalam menerapkan berbagai jenis terapi ini, penting bagi orang tua untuk bekerja sama dengan terapis dan spesialis yang berpengalaman. Mereka dapat memberikan bimbingan dan dukungan yang diperlukan, untuk memastikan bahwa setiap sesi terapi efektif dan memberikan manfaat yang maksimal bagi anak-anak. Dengan kerja keras, kesabaran dan cinta yang tak terbatas, anak-anak dengan down syndrome dapat mencapai potensi mereka sepenuhnya. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya