Kambing PE Memberikan Nilai Lebih dalam Hal Pemasaran, Simak Cara Budidayanya

Kambing peranakan etawa memiliki daya tahan yang tinggi terhadap penyakit, dan adaptasi yang baik terhadap lingkungan tropis di Indonesia.

oleh Silvia Estefina Subitmele diperbarui 20 Jun 2024, 09:45 WIB
Diterbitkan 20 Jun 2024, 09:45 WIB
kambing
Sunardi menuntun seekor kambing Etawa yang dikelola. (foto : Liputan6.com/Gina Mardani Cahyaningtyas/edhie prayitno ige)

Liputan6.com, Jakarta Kambing Peranakan Etawa (PE) merupakan hasil persilangan antara kambing jamunapari atau etawa dengan kambing lokal Indonesia. Kambing PE ini menjadi salah satu jenis kambing yang populer di Indonesia, karena memiliki beberapa keunggulan yang menarik.

Salah satu keunggulan yang dimiliki oleh kambing PE adalah ukurannya yang besar. Kambing PE dapat mencapai bobot tubuh hingga 90 kg, menjadikannya lebih besar dibandingkan dengan kambing lokal pada umumnya. Hal ini tentunya memberikan nilai lebih bagi peternak dalam hal potensi pemasaran.

Selain itu, kambing PE juga memiliki potensi produksi susu yang cukup baik. Dalam setiap harinya, seekor kambing PE dapat menghasilkan susu sebanyak 1-2 liter. Meskipun jumlahnya tidak sebanyak kambing etawa atau jamunapari asli, namun produksi susu tersebut masih dapat memberikan manfaat ekonomis bagi peternak.

Kelebihan lainnya dari kambing PE adalah ketahanannya terhadap lingkungan dan pakan. Kambing ini lebih tahan terhadap penyakit, serta lebih adaptif terhadap kondisi cuaca yang beragam. Selain itu, kambing PE juga dapat mengkonsumsi jenis pakan yang bervariasi, seperti rumput, dedaunan, kulit kayu dan lain sebagainya.

Berikut ini cara budidaya kambing PE yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Kamis (20/6/2024). 

Kambing PE dan Prospeknya

Kambing etawa (PE) ras Kaligesing, Purworejo, Jawa Tengah. (Foto: Humas Pemprov Jateng/Liputan6.com)
Kambing etawa (PE) ras Kaligesing, Purworejo, Jawa Tengah. (Foto: Humas Pemprov Jateng/Liputan6.com)

Kambing Etawa yang dikenal juga dengan nama Kambing Jamnapari di negara asalnya India, adalah salah satu ras kambing yang populer. Nama "Etawa" diambil dari daerah asal kambing ini, yaitu Etawah di Uttar Pradesh, India. Kambing Etawa pertama kali diperkenalkan ke Indonesia pada masa kolonial Belanda.

Pada saat itu, Belanda berupaya untuk memajukan sektor peternakan di Indonesia dan memilih kambing Etawa, karena kesesuaian ras ini dengan iklim tropis Indonesia. Mengingat jumlah kambing Etawa yang terbatas dan harganya yang cukup tinggi pada waktu itu, peternak di Jawa Tengah mulai menyilangkan kambing Etawa dengan kambing lokal asli Indonesia.

Hasil persilangan tersebut dikenal dengan nama Kambing Peranakan Etawa atau Kambing PE. Kambing PE ini menjadi populer di kalangan peternak karena memiliki ciri fisik yang lebih besar, tinggi dan panjang. Kambing PE juga dicirikan dengan warna kepala hitam dan tubuh putih, yang membuatnya mudah dikenali. Selain itu, kambing PE memiliki keunggulan dalam hal berat badan yang bisa mencapai sekitar 90 kilogram dan kemampuan produksi susu yang mencapai 1 hingga 2 liter per hari.

Di Indonesia yang memiliki iklim tropis, bisnis peternakan kambing Peranakan Etawa (PE) memiliki prospek yang sangat menjanjikan. Keuntungan dari bisnis ini bisa mencapai ratusan juta rupiah dalam satu bulan. Susu kambing PE memiliki permintaan yang stabil di pasar lokal maupun internasional, di mana digunakan dalam produksi berbagai produk olahan seperti keju, yogurt, serta produk kecantikan dan kesehatan.

Dengan kandungan gizi yang tinggi, susu kambing Peranakan Etawa diakui memiliki kualitas yang unggul. Selain itu, daging kambing PE juga terkenal lezat dan berkualitas tinggi, menjadikannya produk yang diminati baik di pasar lokal maupun untuk ekspor.

 

Budidaya Kambing Peranakan Etawa

Kambing etawa (PE) ras Kaligesing, Purworejo, Jawa Tengah. (Foto: Humas Pemprov Jateng/Liputan6.com)
Kambing etawa (PE) ras Kaligesing, Purworejo, Jawa Tengah. (Foto: Humas Pemprov Jateng/Liputan6.com)

Mengutip dari laman Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) Kabupaten Lebak, berikut adalah beberapa cara dan tahapan penting dalam budidaya Kambing Peranakan Etawa (PE):

1. Ketersediaan Pakan

Ketersediaan dan kecukupan pakan merupakan faktor utama yang harus dipersiapkan, sebelum memulai usaha peternakan kambing PE. Banyak kegagalan dalam usaha peternakan disebabkan oleh kekurangan pakan. Pakan yang harus disediakan meliputi rumput dan leguminosa. Pakan segar yang diberikan pada kambing PE sebaiknya berjumlah 10% dari bobot tubuh mereka. Untuk meningkatkan produksi, dapat ditambahkan konsentrat, atau jika konsentrat terlalu mahal, bisa digantikan dengan dedak atau ampas tahu.

Jenis rumput yang baik untuk kambing PE meliputi rumput setaria, rumput benggala, rumput odot, dan rumput lapang. Sedangkan leguminosa yang dianjurkan adalah daun gamal, daun lamtoro, daun kelor, daun turi, kaliandra, centrosema, dan lainnya. Sebelum diberikan, leguminosa harus dilayukan terlebih dahulu untuk mengurangi kandungan anti-nutrisi yang bisa mempengaruhi kesehatan kambing. Pakan lokal berkualitas yang mudah didapatkan adalah pilihan terbaik untuk kambing PE.

Pemberian pakan sebaiknya bervariasi untuk memastikan pemenuhan gizi yang lengkap, karena setiap jenis tanaman memiliki kandungan nutrisi yang berbeda. Pakan yang bervariasi akan membantu pertumbuhan kambing lebih baik. Penting untuk tidak memberikan HPT (Hijauan Pakan Ternak) yang basah oleh embun pagi, karena dapat menyebabkan kembung dan cacingan akibat telur cacing yang masih menempel pada daun. Pakan diberikan dua kali sehari, pada pagi dan sore hari, dengan porsi lebih banyak pada sore hari agar kambing tetap memiliki makanan di malam hari.

Kambing yang sedang bunting, pejantan pemacek dan kambing menyusui harus mendapatkan pakan tambahan berupa konsentrat, atau minimal dedak padi atau ampas tahu, untuk menjaga kondisi mereka tetap fit. Pakan tambahan ini membantu pertumbuhan induk dan fetus yang dikandung tetap baik. Namun, untuk betina bunting, pakan yang mengandung lemak tinggi harus dihindari untuk mencegah distokia akibat fetus yang terlalu besar.

Pakan tambahan untuk pejantan pemacek menjaga stamina mereka, sementara untuk kambing menyusui, pakan tambahan meningkatkan produksi susu. Sebelum memulai usaha peternakan kambing PE, peternak harus menanam rumput dan leguminosa terlebih dahulu. Produksi pakan ini harus dihitung agar sesuai dengan jumlah kambing yang akan dipelihara. Kambing PE sebaiknya didatangkan setelah HPT yang ditanam sudah bisa dipanen.

2. Pemberian Air Minum

Air minum harus selalu tersedia di kandang (ad libitum). Tempat minum bisa berupa ember, baskom, atau bambu besar yang bagian atasnya dibolongi. Sesekali, air minum dapat dicampur dengan garam. Kebersihan air dan wadah minum harus selalu dijaga.

3. Pembuatan Kandang

Kandang kambing PE dapat terbuat dari kayu atau bambu dengan atap dari genteng, asbes, atau daun rumbia. Kandang harus dibuat kokoh dan nyaman, serta mampu melindungi kambing dari cuaca ekstrem baik panas maupun hujan. Kontruksi kandang harus sesuai dengan kebutuhan ternak kambing. Sebaiknya, kandang menghadap ke timur agar sinar matahari pagi dapat masuk ke dalam kandang. Hal ini bermanfaat untuk menambah vitamin D bagi kambing dan membantu kandang mudah kering.

Kandang harus berbentuk panggung dengan lantai yang tidak rapat, memberikan celah agar kotoran dan urin dapat jatuh ke bawah kandang dengan mudah. Namun, celah lantai jangan terlalu lebar untuk menghindari kaki kambing terperosok yang dapat menyebabkan kaki kambing pincang atau patah. Dengan memperhatikan aspek-aspek di atas, peternak dapat menjalankan usaha budidaya kambing PE dengan lebih efektif dan mengurangi risiko kegagalan.

4. Pemilihan Bibit

Kambing kurban super, jenis peranakan etawa di Pasar Karangpucung, Cilacap, Jawa Tengah. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Kambing kurban super, jenis peranakan etawa di Pasar Karangpucung, Cilacap, Jawa Tengah. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Kualitas bibit kambing sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas kambing. Oleh karena itu, pemilihan bibit yang baik sangat penting untuk memastikan hasil yang optimal. Berikut ini adalah ciri-ciri bibit kambing Peranakan Etawa (PE) yang baik.

Ciri-ciri calon induk yang baik: 

  1. Induk harus dalam kondisi sehat tanpa tanda-tanda penyakit.
  2. Induk harus bebas dari cacat fisik yang dapat mengganggu reproduksi atau produktivitas.
  3. Induk yang sehat memiliki bulu yang bersih, mengkilat dan panjang terutama pada bagian paha belakang.
  4. Memiliki riwayat keturunan kembar, yang menunjukkan potensi reproduksi yang baik.
  5. Tubuh induk harus kompak dengan panjang badan antara 80-85 cm.
  6. Pada usia 1 tahun, tinggi badan minimal harus 75 cm.
  7. Gigi harus lengkap sesuai dengan tahap pertumbuhan.
  8. Induk harus memiliki status reproduksi yang normal.
  9. Ambing harus simetris, besar, dan berbentuk seperti botol terbalik.
  10. Bentuk hidung dan dahi harus cembung.
  11. Ekor harus melengkung ke atas.
  12. Telinga harus panjang, berlipat ke depan, lembut, dan menjuntai ke bawah.

Ciri-ciri calon pejantan yang baik:

  1. Pejantan harus dalam kondisi sehat tanpa tanda-tanda penyakit.
  2. Pejantan harus bebas dari cacat fisik yang dapat mengganggu reproduksi atau produktivitas.
  3. Telinga harus panjang, berlipat ke depan, dan menjuntai ke bawah.
  4. Pejantan harus memiliki gelambir yang panjang dan lebar.
  5. Ekor harus melengkung ke atas.
  6. Bulu pada bagian paha harus panjang.
  7. Bulu pejantan harus bersih dan mengkilat.
  8. Memiliki riwayat keturunan kembar, yang menunjukkan potensi reproduksi yang baik.
  9. Tubuh pejantan harus besar dengan panjang badan antara 85-95 cm.
  10. Gigi harus lengkap sesuai dengan tahap pertumbuhan.
  11. Pada usia 1,5 tahun, tinggi badan minimal harus 85 cm.
  12. Pejantan harus memiliki status reproduksi yang normal dan libido yang tinggi.
  13. Bentuk hidung dan dahi harus cembung.
  14. Skrotum harus besar, simetris, dan turun ke bawah atau berbentuk huruf W.

Penentuan umur kambing PE berdasarkan perubahan gigi

  1. Gigi Belum Berganti (Gigi Seri): Umur kurang dari satu tahun.
  2. Satu Pasang Gigi Berganti: Umur antara 1-1,5 tahun.
  3. Dua Pasang Gigi Berganti: Umur antara 1,5-2 tahun.
  4. Tiga Pasang Gigi Berganti: Umur antara 2-2,5 tahun.
  5. Empat Pasang Gigi Berganti: Umur antara 3-4 tahun.
  6. Gigi Tetap Sudah Bergesek: Umur lebih dari 4 tahun.

Memilih bibit kambing PE yang baik dengan memperhatikan ciri-ciri di atas, akan membantu peternak dalam mendapatkan kambing yang sehat dan produktif. Pengetahuan mengenai perubahan gigi juga membantu dalam menentukan umur kambing dengan lebih akurat, sehingga peternak dapat melakukan perencanaan yang lebih baik dalam usaha peternakannya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya