Sosok Ryuichi Sakamoto, Komposer Jepang dengan Deretan Karya dan Prestasi

Ryuichi Sakamoto adalah seorang komposer, musisi dan aktor asal Jepang.

oleh Silvia Estefina Subitmele diperbarui 06 Agu 2024, 21:09 WIB
Diterbitkan 06 Agu 2024, 20:40 WIB
Kena Kanker, Komposer Ryuichi Sakamoto Batalkan Banyak Perjanjian
Sosok Ryuichi Sakamoto juga tercatat sebagai salah satu aktivis anti nuklir yang menolak terapi radiasi.

Liputan6.com, Jakarta Ryuichi Sakamoto adalah seorang komposer, musisi dan aktor asal Jepang yang lahir pada 17 Januari 1952 di Tokyo. Semasa hidupnya, ia dikenal sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh dalam dunia musik dan seni kontemporer. Sakamoto memulai perjalanan musiknya sejak usia dini, menunjukkan ketertarikan pada piano dan komposisi musik. 

Karier profesional Sakamoto dimulai dengan bergabung dalam grup orkes Yellow Magic Orchestra (YMO) pada akhir 1970-an. Bersama Haruomi Hosono dan Yukihiro Takahashi, YMO menjadi pelopor dalam genre proto-synthpop dan elektro, membawa musik elektronik Jepang ke panggung dunia. 

Ryuichi Sakamoto juga dikenal sebagai komposer film yang sukses. Ia menyusun skor untuk film-film terkenal seperti Merry Christmas, Mr. Lawrence (1983), di mana ia juga berakting bersama David Bowie dan The Last Emperor (1987) yang memenangkan Oscar, Grammy dan Golden Globe. Musiknya yang emotif dan mendalam, menambah dimensi baru pada narasi film-film tersebut, serta menjadikannya salah satu komposer film paling dihormati.

Namun, kehidupan Ryuichi Sakamoto tidak selalu mulus. Pada tahun 2014, ia didiagnosis menderita kanker tenggorokan, sebuah penyakit yang memaksanya untuk berhenti sementara dari dunia musik. Berikut ini riwayat hidup Ryuichi Sakamoto dan pencapaiannya dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Selasa (6/8/2024).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Sosok Ryuichi Sakamoto

Ryuichi Sakamoto pada 1988 di Jepang, setelah memenangkan Piala Oscar. (Kyodo News via AP)
Ryuichi Sakamoto pada 1988 di Jepang, setelah memenangkan Piala Oscar. (Kyodo News via AP)

Sakamoto Ryuichi, lahir di Tokyo pada tahun 1952, memulai perjalanan musikalnya sejak usia sangat muda. Sejak balita, ia telah berkenalan dengan piano, yang kemudian menjadi salah satu alat musik utama dalam kariernya. Selama masa remajanya, ketika duduk di bangku sekolah menengah, Sakamoto rutin menggunakan kereta komuter di Tokyo untuk perjalanan pulang-pergi ke sekolah. Selama perjalanan tersebut, ia sering kali mendengarkan dan menghitung suara-suara yang dihasilkan oleh kereta serta suasana di sekelilingnya, sebuah pengalaman yang secara tidak langsung mempengaruhi gaya musiknya di kemudian hari.

Memasuki usia dua puluhan, Sakamoto mengembangkan kariernya sebagai kibordis dan penulis lagu untuk grup orkestra yang dikenal dengan nama Yellow Magic Orchestra (YMO). Grup ini, yang dipimpin oleh Haruomi Hosono, merupakan pelopor dalam genre synthpop. Sebelum bergabung dengan YMO, Sakamoto menjalani pendidikan sebagai etnomusikologi dan komponis. Selama tahun-tahun awal karier solonya, ia mengeksplorasi instrumen elektronik dan melakukan eksperimen musik, sambil mendalami impresionisme klasik untuk memperkaya palet musiknya.

Sakamoto tidak hanya dikenal di dunia musik, tetapi juga aktif dalam praktik artistik yang menghubungkan ruang dan suara. Sepanjang hidupnya, ia menciptakan berbagai macam komposisi untuk beragam suasana, mulai dari musik untuk Olimpiade Barcelona 1992, iklan tonik kesehatan, hingga sebuah episode dalam serial terkenal BLACK MIRROR.

Selain kontribusinya dalam dunia musik, Sakamoto juga memiliki jejak yang signifikan di industri perfilman. Ia telah menyutradarai lebih dari 30 film, dengan karya-karya terkenalnya seperti Merry Christmas, Mr. Lawrence dan The Emperor. Kepiawaiannya dalam seni, baik musik maupun film, mengantarkannya pada berbagai penghargaan prestisius. Ia menerima penghargaan sinematik bergengsi seperti Academy Award (Oscar), Grammy Award, BAFTA, dan Golden Globe, yang mengakui keunggulan dan dampaknya dalam dunia seni.


Karya dan Prestasi Ryuichi Sakamoto

Kena Kanker, Komposer Ryuichi Sakamoto Batalkan Banyak Perjanjian
Sosok Ryuichi Sakamoto juga tercatat sebagai salah satu aktivis anti nuklir yang menolak terapi radiasi.

Ryuichi Sakamoto, seorang komposer dan musisi ternama, terkenal karena kontribusinya yang signifikan dalam berbagai bidang seni. Salah satu pencapaiannya yang paling menonjol adalah komposisi musik untuk upacara pembukaan Olimpiade Barcelona 1992. Prestasi ini memperlihatkan kemampuan luar biasanya dalam menciptakan musik yang memadukan nuansa global dengan suasana perayaan olahraga yang megah. Karya Sakamoto tidak berhenti di situ. Pada tahun 1993, ia menyusun skor untuk miniseri Wild Palms yang diproduksi oleh Oliver Stone, sebuah proyek yang menunjukkan kemampuannya dalam menciptakan musik untuk televisi dengan kualitas tinggi. Sakamoto melanjutkan jejaknya dalam industri film dengan memberikan skor untuk Snake Eyes, sebuah film karya Brian de Palma yang dirilis pada tahun 1998, menambah daftar panjang kontribusinya dalam sinema.

Di luar dunia film, Sakamoto mencapai puncak kesuksesan musik pop di Jepang pada tahun 1999 dengan lagu Energy Flow. Lagu instrumental ini tidak hanya mendapatkan popularitas yang luas, tetapi juga menjadi hit pertama Sakamoto yang mencapai peringkat No. 1 di tangga lagu Jepang. Energy Flow juga dikenal karena penggunaannya dalam berbagai iklan TV, mengukuhkan statusnya sebagai salah satu karya ikonik Sakamoto. Selain kemampuannya sebagai komposer, Sakamoto juga mencatatkan prestasi dalam dunia akting. Pada tahun 1983, ia berperan dalam film Merry Christmas, Mr. Lawrence, di mana ia berbagi layar dengan David Bowie. Peran ini menambah dimensi baru dalam kariernya, menggabungkan bakat musiknya dengan kemampuan akting yang memukau. Tahun 1987 menjadi momen penting lainnya dalam kariernya ketika ia berpartisipasi dalam produksi film The Last Emperor, sebuah film yang menggambarkan kehidupan Puyi, kaisar terakhir Tiongkok. Keterlibatannya dalam film ini membawa Sakamoto pada puncak kesuksesan dengan meraih penghargaan bergengsi termasuk Oscar, Grammy, dan Golden Globe. Mengenang pengalamannya, Sakamoto menyebut, “Mengerjakan film itu seperti perjalanan ke tempat yang tidak diketahui.”

Pada tahun 2017, Sakamoto merilis film dokumenter Ryuichi Sakamoto: Coda, yang disutradarai oleh Stephen Nomura Schible. Dokumenter ini menampilkan perjalanan pribadi Sakamoto ke Kutub Utara untuk merekam suara salju yang mencair, sebuah upaya untuk menangkap keindahan dan ketenangan alam yang rapuh. Dalam salah satu adegan yang sangat mengesankan, Sakamoto memainkan piano yang telah "terendam" yang diciptakannya di Prefektur Miyagi, Jepang, setelah gempa-tsunami 2011 dan bencana nuklir di Fukushima. Selain kariernya yang gemilang dalam musik dan film, Sakamoto juga aktif dalam aktivisme. Ia dikenal sebagai juru kampanye anti-nuklir dan pendiri proyek "Lebih Banyak Pohon," yang berfokus pada reboisasi dan pengimbangan karbon. Keterlibatannya dalam berbagai inisiatif ini mencerminkan dedikasinya yang mendalam terhadap lingkungan dan keberlanjutan. Ryuichi Sakamoto menghubungkan musik, seni, dan aktivisme melalui meditasi mendalamnya tentang sifat kehidupan yang terus berkembang, menjadikannya sosok yang tidak hanya berpengaruh dalam dunia seni, tetapi juga dalam upaya menciptakan perubahan positif di dunia.


Meninggal di Usia 71 Tahun

Ryuichi Sakamoto pada 2017. (AP Photo/Domenico Stinellis, File)
Ryuichi Sakamoto pada 2017. (AP Photo/Domenico Stinellis, File)

Pada tahun 2014, Ryuichi Sakamoto didiagnosis menderita kanker leher, penyakit yang membuatnya harus berjuang keras melawan sakit selama bertahun-tahun. Meskipun menghadapi cobaan berat ini, Sakamoto tidak pernah kehilangan semangatnya. Setelah beristirahat selama satu tahun untuk fokus pada pemulihan, ia kembali aktif dalam menciptakan karya musik dan berbagai kegiatan kreatif lainnya. Namun, seiring bertambahnya usia, ia kembali menghadapi tantangan kesehatan yang serius.

Pada Januari 2021, Sakamoto mengumumkan bahwa ia didiagnosis menderita kanker usus besar. Meskipun berita ini membawa kekhawatiran besar, Sakamoto tetap menjalani perawatan intensif dengan keberanian. Ia menjalani operasi yang dinyatakan berjalan lancar, meski harus terus berjuang melawan penyakit ini.

Ryuichi Sakamoto meninggal dunia pada 28 Maret 2023 di usia 71 tahun. Selama hidupnya, Sakamoto tidak hanya dikenal karena karya-karya musiknya yang menginspirasi, tetapi juga karena dedikasinya yang tak kenal lelah dalam dunia seni. Ia selalu berusaha menciptakan sesuatu yang baru dan mendalam, menggabungkan berbagai elemen musik untuk menciptakan harmoni yang indah. Karya-karyanya tidak hanya mempengaruhi banyak musisi dan artis, tetapi juga menyentuh hati banyak orang di seluruh dunia. Ryuichi Sakamoto akan selalu dikenang sebagai seorang seniman yang gigih dan inovatif, yang karyanya terus menginspirasi generasi penerus. 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya