Trust Issue Adalah Kondisi Psikologis, Ketahui Dampak Bagi Kesehatan Mental dan Hubungan

Trust issue dapat mengakibatkan perasaan kesepian dan ketidakpuasan dalam hidup.

oleh Silvia Estefina Subitmele diperbarui 04 Okt 2024, 18:45 WIB
Diterbitkan 04 Okt 2024, 18:45 WIB
Trust Issue
Trauma masa lalu sebabkan trust issue? yuk atasi dengan cara ini. (Foto: Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta Trust issue adalah sebuah kondisi di mana seseorang merasa sulit untuk mempercayai orang lain, sering kali sebagai akibat dari pengalaman menyakitkan di masa lalu. Situasi ini dapat muncul setelah mengalami pengkhianatan, penolakan, atau bahkan pengabaian.

Di dalam konteks psikologis, trust issue adalah sebuah tantangan yang dihadapi oleh banyak orang dan sering kali berakar dari pengalaman masa lalu. Misalnya, seseorang yang pernah dikhianati oleh pasangan atau teman dekat, mungkin merasa skeptis terhadap orang baru dalam hidupnya. Hal ini bisa mengakibatkan ketidakmampuan untuk membangun hubungan yang positif, bahkan ketika orang lain menunjukkan niat baik.

Dampak dari trust issue adalah tidak hanya dirasakan dalam hubungan romantis, tetapi juga dalam hubungan persahabatan, keluarga dan lingkungan kerja. Individu yang mengalami trust issue mungkin akan berjuang untuk berinteraksi dengan orang lain, dan cenderung curiga terhadap niat mereka.

Rasa cemas ini dapat menghalangi mereka untuk mengembangkan hubungan yang mendalam dan saling mendukung. Melalui komunikasi yang terbuka dan penetapan batasan yang sehat, maka seseorang dapat mulai membangun kembali kepercayaan pada diri sendiri dan orang lain. Berikut ini penyebab dan dampak trust issue yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Jumat (4/10/2024).

Apa Itu Trust Issue?

burnout capek depresi kesehatan mental
ilustrasi perempuan lelah bekerja/Photo by Karolina Kaboompics/Pexels

Trust issue adalah keadaan di mana seseorang mengalami kesulitan untuk mempercayai orang lain. Fenomena ini sering muncul akibat berbagai pengalaman yang menyakitkan, seperti dikhianati, disakiti, dikecewakan, atau diabaikan. Setiap individu mungkin memiliki latar belakang dan konteks yang berbeda. Namun pada umumnya, trust issue merupakan hasil dari serangkaian peristiwa traumatis yang berpengaruh signifikan terhadap cara seseorang berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya.

Kondisi ini kerap kali berakar pada pengalaman pribadi yang menyedihkan di masa lalu. Misalnya, seseorang yang pernah dikhianati dalam hubungan romantis atau disakiti oleh sahabat dekat dapat merasa trauma dan mengalami kesulitan untuk membuka diri terhadap orang lain di masa depan.

Trauma yang ditimbulkan oleh kejadian-kejadian tersebut, dapat mengganggu kemampuan individu untuk mempercayai orang lain, sehingga menciptakan dinding emosional yang sulit untuk ditembus. Proses penyembuhan dari pengalaman-pengalaman tersebut sering kali memakan waktu, dan dalam beberapa kasus, bisa menjadi penghalang bagi perkembangan hubungan yang sehat.

Ketika masalah trust issue mulai mendominasi pikiran dan perilaku seseorang, hal ini biasanya disertai dengan munculnya pola pikir negatif. Individu dengan trust issue seringkali berspekulasi bahwa orang-orang di sekitar mereka akan melukai, mencelakai, atau mengkhianati mereka.

Pandangan ini dapat menyebabkan mereka menjauh dari hubungan interpersonal dan mengisolasi diri, karena ketakutan yang berlebihan untuk merasakan sakit emosional sekali lagi. Pola pikir semacam ini tidak hanya mempengaruhi kualitas hubungan sosial, tetapi juga berdampak pada kesehatan mental dan kesejahteraan secara keseluruhan.

Penyebab Trust Issue

remaja wanita stress, sedih
Alasan Gen-Z Mementingkan Kesehatan Mental Copyright/Freepik

1. Pengkhianatan dalam Hubungan

Salah satu penyebab utama trust issue adalah pengalaman pengkhianatan dari orang yang pernah dipercayai. Ketika seseorang mengalami pengkhianatan, baik dalam konteks hubungan romantis, persahabatan, atau bahkan hubungan keluarga, dampak emosionalnya dapat sangat mendalam.

Misalnya, jika seseorang dikhianati oleh pasangan, rasa sakit yang ditimbulkan bisa menciptakan trauma yang sulit untuk dilupakan. Kejadian ini membentuk pola pikir di mana individu tersebut merasa bahwa kepercayaan dapat dimanfaatkan dan disalahgunakan. Setiap kali mereka menjalin hubungan baru, bayang-bayang pengkhianatan ini dapat menghantui mereka, sehingga menciptakan keraguan dan ketidakpastian yang berkepanjangan.

2. Penyalahgunaan Emosional dan Kekerasan

Penyalahgunaan emosional dan kekerasan, baik fisik maupun verbal, juga menjadi faktor signifikan dalam pembentukan trust issue. Ketika seseorang mengalami kekerasan dalam hubungan, rasa takut dan ketidakamanan yang muncul membuat mereka sulit untuk percaya kepada orang lain.

Trauma yang dialami saat mengalami kekerasan menciptakan keyakinan bahwa orang lain akan menyakiti mereka, sehingga mereka cenderung menarik diri dari hubungan sosial. Rasa takut ini sering kali mengakibatkan individu tersebut menghindari hubungan baru atau mempertahankan jarak emosional yang signifikan, menjadikan mereka sulit untuk menjalin koneksi yang sehat dengan orang lain.

3. Kekecewaan yang Berulang

Kekecewaan yang berulang dalam hubungan sosial juga dapat menjadi penyebab penting dalam pembentukan trust issue. Misalnya, seseorang yang sering kali kecewa oleh teman-teman yang mengingkari janji atau tidak memberikan dukungan saat dibutuhkan akan merasa bahwa kepercayaan itu tidak layak untuk diberikan.

Kekecewaan ini bisa membuat individu tersebut terus-menerus waspada dan skeptis terhadap niat baik orang lain, sehingga memperkuat keyakinan bahwa orang lain tidak dapat diandalkan. Setiap pengalaman negatif akan membangun dinding pertahanan yang semakin sulit untuk dibongkar, mengakibatkan individu tersebut semakin terasing dalam hubungan sosial.

4. Trauma Masa Kecil

Trauma masa kecil merupakan faktor mendalam yang dapat menyebabkan trust issue. Pengalaman traumatis yang dialami di masa kecil, seperti perceraian orang tua, kehilangan orang yang dicintai, atau pengabaian, bisa membentuk cara seseorang membangun kepercayaan di masa dewasa.

Trauma ini sering kali meninggalkan bekas yang kuat, di mana individu merasa bahwa kepercayaan adalah sesuatu yang berisiko. Ketidakpastian yang dihasilkan dari pengalaman masa kecil ini membuat mereka defensif dan skeptis terhadap hubungan yang mereka jalani di masa depan.

Dampak Trust Issue dalam Kehidupan Sehari-hari

Ilustrasi Konsultasi Kesehatan Mental
Ilustrasi konsultasi kesehatan mental. (dok. Unsplash.com/Priscilla Du Preez)

1. Kesulitan dalam Menjalin Hubungan

Salah satu dampak paling nyata dari trust issue adalah kesulitan dalam menjalin hubungan yang sehat. Seseorang yang memiliki masalah kepercayaan cenderung merasa ragu untuk membuka diri kepada orang lain. Mereka mungkin merasa tidak nyaman dengan kedekatan emosional, sehingga sulit untuk membangun hubungan yang mendalam. Rasa takut akan pengkhianatan atau kekecewaan dapat membuat individu tersebut menghindari interaksi sosial, yang berujung pada isolasi dan kesepian.

2. Penghindaran Situasi Sosial

Seseorang yang mengalami trust issue mungkin cenderung menghindari situasi sosial yang berpotensi menimbulkan ketidaknyamanan. Mereka bisa merasa terjebak dalam lingkaran ketakutan dan kekhawatiran yang menyebabkan mereka menjauh dari lingkungan sosial. Penghindaran ini dapat mengurangi kesempatan untuk membangun koneksi baru dan mendapatkan dukungan emosional dari orang lain, yang seharusnya menjadi sumber kekuatan dalam menghadapi masalah.

3. Kesehatan Mental yang Terpengaruh

Masalah kepercayaan yang berkepanjangan dapat berdampak negatif pada kesehatan mental individu. Rasa takut dan kecemasan yang terus-menerus dapat menyebabkan kondisi seperti depresi, stres dan gangguan kecemasan.

Pengalaman traumatis yang berkaitan dengan trust issue dapat memperburuk kondisi kesehatan mental yang sudah ada sebelumnya, menciptakan siklus di mana individu merasa semakin terpuruk. Kesehatan mental yang terganggu dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, termasuk kinerja di tempat kerja, hubungan pribadi dan kepuasan hidup secara keseluruhan.

4. Pola Interaksi yang Negatif

Trust issue juga dapat memengaruhi cara individu berinteraksi dengan orang lain. Mereka mungkin cenderung bersikap defensif atau curiga, bahkan terhadap orang-orang yang memiliki niat baik. Pola interaksi yang negatif ini dapat menciptakan ketegangan dalam hubungan, di mana orang lain merasa tidak diterima atau tidak dihargai. Hal ini tidak hanya merugikan individu yang memiliki trust issue, tetapi juga dapat mempengaruhi orang-orang di sekitarnya, yang mungkin merasa frustrasi atau bingung dengan sikap defensif tersebut.

5. Keterbatasan dalam Mengambil Risiko

Trust issue juga bisa membuat individu menjadi sangat berhati-hati dalam mengambil risiko, terutama dalam hal emosional. Mereka mungkin ragu untuk membuka diri terhadap pengalaman baru atau menjalin hubungan yang lebih dalam karena takut akan kekecewaan.

Keterbatasan ini dapat menghalangi pertumbuhan pribadi dan peluang untuk mengalami kebahagiaan serta cinta yang lebih besar dalam hidup. Individu yang memiliki masalah kepercayaan mungkin merasa terjebak dalam zona nyaman yang tidak memberikan kepuasan yang mereka cari.

Cara Mengatasi Trust Issue

Ilustrasi penyakit mental (pexels)
Ilustrasi penyakit mental (pexels)

Mengatasi trust issue atau masalah kepercayaan bukanlah hal yang mudah, namun dengan langkah-langkah yang tepat, seseorang dapat belajar untuk membangun kembali kepercayaan diri dan kepercayaan kepada orang lain. Berikut adalah beberapa cara yang dapat membantu dalam mengatasi trust issue:

1. Langkah pertama untuk mengatasi trust issue adalah dengan mengenali dan menerima bahwa masalah tersebut ada. Luangkan waktu untuk merenung dan berpikir tentang pengalaman masa lalu yang mungkin menyebabkan ketidakpercayaan ini. Menyadari penyebabnya adalah langkah penting dalam proses penyembuhan.

2. Membangun komunikasi yang jujur dan terbuka dengan orang-orang di sekitar Anda sangat penting. Jika Anda merasa ragu atau cemas, bicarakan perasaan Anda dengan orang terdekat, baik itu teman, keluarga, atau pasangan. Mengungkapkan kekhawatiran dan ketakutan dapat membantu orang lain memahami posisi Anda dan mengurangi ketegangan yang mungkin ada dalam hubungan.

3. Menetapkan batasan yang jelas dalam hubungan dapat membantu menciptakan rasa aman. Jika ada hal-hal tertentu yang membuat Anda merasa tidak nyaman, komunikasikan batasan ini kepada orang lain. Hal ini tidak hanya melindungi Anda tetapi juga membantu orang lain memahami cara terbaik untuk berinteraksi dengan Anda.

4. Menyadari ketakutan dan mencoba untuk menghadapinya secara bertahap dapat membantu Anda membangun kembali kepercayaan. Mulailah dengan interaksi sosial yang kecil dan tidak terlalu menekan, lalu perlahan tingkatkan kedekatan dan keterlibatan emosional.

5. Sering kali, trust issue berkaitan dengan kurangnya rasa percaya diri. Luangkan waktu untuk mengenali kekuatan dan kualitas positif dalam diri Anda. Aktivitas yang dapat meningkatkan kepercayaan diri, seperti belajar keterampilan baru atau menjalani hobi, juga dapat membantu Anda merasa lebih baik.

6. Jika trust issue Anda terasa berat dan sulit untuk diatasi sendiri, pertimbangkan untuk mencari bantuan dari seorang profesional, seperti psikolog atau konselor. Mereka dapat membantu Anda mengidentifikasi akar masalah dan memberikan strategi untuk mengatasi ketidakpercayaan yang Anda alami.

7. Cobalah untuk memahami perspektif orang lain. Sering kali, ketidakpercayaan kita muncul dari asumsi negatif tentang niat orang lain. Dengan mengembangkan empati dan mencoba melihat situasi dari sudut pandang orang lain, Anda dapat memecahkan stereotip yang mungkin ada dalam pikiran Anda.

8. Memaafkan orang yang pernah mengecewakan Anda adalah langkah penting dalam mengatasi trust issue. Meskipun mungkin sulit, proses memaafkan dapat membantu Anda melepaskan beban emosional yang telah Anda bawa. Ini tidak berarti Anda harus melupakan apa yang terjadi, tetapi lebih kepada memberi diri Anda kesempatan untuk bergerak maju.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya