Sepsis Adalah Sakit Apa? Gejala, Penyebab, Pengobatan, dan Pencegahan

Sepsis adalah infeksi yang dapat menyerang siapa saja terutama orang dengan sistem imun lemah.

oleh Laudia Tysara diperbarui 23 Okt 2024, 11:15 WIB
Diterbitkan 23 Okt 2024, 11:15 WIB
Ilustrasi sakit, dirawat di rumah sakit
Pria dirawat di rumah sakit. (Photo Copyright by Freepik)

Liputan6.com, Jakarta - Seluruh masyarakat Indonesia perlu memahami bahaya sepsis sebagai kondisi medis serius. Sepsis adalah penyakit yang timbul akibat respons berlebihan sistem kekebalan tubuh terhadap infeksi. Tubuh penderita akan mengalami peradangan yang dapat merusak organ vital.

Melansir dari Kementerian Kesehatan RI melalui ayosehat.kemkes.go.id, sepsis adalah infeksi yang dapat menyerang siapa saja terutama orang dengan sistem imun lemah. Penderita HIV/AIDS, diabetes, atau pasien pasca operasi memiliki risiko tinggi mengalami kondisi ini. Pemahaman tentang sepsis menjadi krusial mengingat kondisi ini dapat berakibat fatal jika terlambat ditangani.

Rumah Sakit Pondok Indah melalui situs resminya rspondokindah.co.id menjelaskan, sepsis adalah sakit yang memerlukan penanganan gawat darurat. Kondisi ini dapat berkembang menjadi syok septik dalam waktu 12 jam jika tidak segera mendapat pertolongan medis. Kematian jaringan dan kegagalan organ menjadi ancaman nyata bagi penderita sepsis.

Berikut Liputan6.com ulas lengkapnya, Rabu (23/10/2024).

Sepsis Adalah Sakit Apa?

Arti Mimpi Masuk Rumah Sakit
Seseorang dirawat di Rumah Sakit Credit: unsplash.com/Olga

Melansir dari Kementerian Kesehatan RI, sepsis adalah kondisi gawat darurat medis yang membutuhkan penanganan segera. Keadaan ini terjadi ketika sistem imun tubuh memberikan respons berlebihan terhadap infeksi, memicu reaksi berantai yang dapat merusak organ-organ vital. Penderita sepsis memerlukan perawatan intensif karena kondisinya dapat memburuk dengan cepat dalam hitungan jam.

Para ahli kesehatan dari Rumah Sakit Pondok Indah menjelaskan, sepsis adalah penyakit yang berkembang melalui beberapa tahap kritis.

Tahap awal dimulai ketika tubuh mendeteksi adanya infeksi dan merespons dengan peradangan. Peradangan ini kemudian memicu pelepasan zat-zat kimia ke dalam aliran darah secara masif. Akibatnya, pembuluh darah mulai melebar, menyebabkan penurunan tekanan darah yang signifikan.

Kegawatan sepsis terlihat dari kemampuannya merusak berbagai organ vital secara simultan. Pembekuan darah yang terjadi dapat menghambat aliran oksigen ke organ-organ penting seperti otak, jantung, paru-paru, dan ginjal. Proses ini menciptakan efek domino di mana satu kegagalan organ dapat memicu kegagalan organ lainnya. Ketika darah tidak dapat mengalir dengan baik, sel-sel mulai kekurangan oksigen dan nutrisi, menyebabkan kerusakan jaringan yang mungkin tidak dapat diperbaiki.

Tingkat keparahan sepsis dapat berkembang menjadi syok septik, kondisi paling berbahaya dalam spektrum sepsis. Tekanan darah penderita akan turun drastis dan tidak dapat dinormalkan meski telah diberikan cairan infus dalam jumlah besar.

Syok septik dapat menyebabkan kegagalan organ multipel dalam waktu singkat, membuat kondisi pasien semakin kritis. Penelitian menunjukkan bahwa setiap jam keterlambatan penanganan meningkatkan risiko kematian sebesar 7-8%.

Melansir data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), angka kematian akibat syok septik mencapai 50%, terutama pada pasien dengan sistem kekebalan tubuh lemah. Kelompok yang paling berisiko termasuk lansia, bayi baru lahir, penderita diabetes, pasien kanker yang menjalani kemoterapi, dan penderita HIV/AIDS. Waktu penanganan menjadi faktor krusial mengingat sepsis dapat berkembang pesat dalam hitungan jam, bahkan menit pada kasus-kasus tertentu.

Gejala Utama Sepsis

Ini gejalanya:

1. Kebingungan Mental dan Perubahan Status Kesadaran

Penderita mengalami disorientasi waktu dan tempat yang signifikan. Mereka mungkin kesulitan mengingat hal-hal sederhana, tidak dapat menjawab pertanyaan dengan jelas, atau menunjukkan perubahan perilaku yang drastis. Kondisi ini terjadi karena berkurangnya aliran darah ke otak dan gangguan metabolisme sel-sel otak akibat infeksi.

2. Gangguan Pernapasan Serius

Nafas menjadi pendek dan cepat, biasanya lebih dari 22 kali per menit. Penderita merasa seperti tidak bisa mendapatkan udara yang cukup meski dalam keadaan istirahat. Kondisi ini sering disertai rasa nyeri dada dan ketidakmampuan untuk bernafas dalam. Saturasi oksigen dalam darah dapat turun ke level yang membahayakan.

3. Perubahan Tekanan Darah Drastis

Tekanan darah mengalami penurunan signifikan (sistolik kurang dari 100 mmHg) yang sulit dinormalkan bahkan dengan pemberian cairan. Kondisi ini menyebabkan penderita merasa pusing, lemah, dan dapat pingsan. Nadi menjadi sangat cepat, biasanya lebih dari 90 kali per menit, sebagai upaya tubuh mengkompensasi kurangnya aliran darah.

4. Demam Tinggi atau Hipotermia yang Ekstrem

Suhu tubuh bisa mencapai lebih dari 38.3°C atau justru turun di bawah 36°C. Fluktuasi suhu yang ekstrem ini sering disertai menggigil hebat atau keringat dingin. Tubuh kehilangan kemampuan untuk meregulasi suhu dengan normal akibat gangguan sistem metabolisme.

5. Perubahan Fungsi Organ

  1. Penurunan produksi urin drastis (kurang dari 0.5 mL/kg/jam)
  2. Perubahan warna kulit menjadi pucat atau berbercak
  3. Gangguan pembekuan darah yang terlihat dari munculnya lebam
  4. Mual dan muntah yang persisten
  5. Nyeri perut hebat

 

Penyebab Sepsis

Infeksi Bakteri (Penyebab Utama)

  1. Staphylococcus aureus: Sering ditemukan pada infeksi kulit dan jaringan lunak
  2. Escherichia coli: Penyebab utama infeksi saluran kemih dan abdomen
  3. Streptococcus pneumoniae: Pemicu infeksi paru-paru dan meningitis
  4. Klebsiella: Sering menyebabkan infeksi nosokomial di rumah sakit Setiap bakteri ini dapat memicu respons imun yang berlebihan, terutama pada individu dengan sistem kekebalan yang lemah.

Infeksi Virus Serius

  1. COVID-19: Dapat berkembang menjadi sepsis viral
  2. HIV/AIDS: Melemahkan sistem imun dan meningkatkan risiko infeksi sekunder
  3. Influenza berat: Terutama pada lansia dan anak-anak
  4. Virus Dengue: Dapat memicu kebocoran plasma dan syok Infeksi virus dapat memperburuk kondisi dengan cepat, terutama bila disertai infeksi sekunder.

Infeksi Jamur Invasif

  1. Candida: Terutama pada pasien dengan kateter atau imun lemah
  2. Aspergillus: Sering menyerang paru-paru pasien immunocompromised
  3. Cryptococcus: Dapat menyebabkan infeksi sistemik serius Infeksi jamur menjadi sangat berbahaya pada pasien dengan sistem imun yang terganggu.

 

Pengobatan Sepsis

Ilustrasi sakit, rumah sakit
Wanita dirawat di rumah sakit. (Photo by Andrea Piacquadio from Pexels)

Terapi Antibiotik Emergensi

Melansir dari Kementerian Kesehatan RI, pemberian antibiotik spektrum luas harus dilakukan dalam satu jam pertama diagnosis. Keterlambatan setiap jam meningkatkan risiko kematian secara signifikan.

Dokter akan memulai dengan antibiotik yang efektif melawan berbagai jenis bakteri, kemudian menyesuaikan berdasarkan hasil kultur darah. Proses ini bisa memakan waktu 3-5 hari untuk menentukan antibiotik yang paling tepat.

Manajemen Hemodinamik Intensif

Stabilisasi tekanan darah menjadi prioritas utama penanganan. Tim medis akan memberikan:

  1. Cairan intravena dalam jumlah besar (2-3 liter dalam jam pertama)
  2. Obat vasopresor seperti norepinefrin untuk menaikkan tekanan darah
  3. Monitoring ketat keseimbangan cairan dan elektrolit
  4. Pengukuran tekanan vena sentral untuk memastikan perfusi organ adequate
  5. Semua tindakan ini dilakukan di bawah pengawasan ketat di unit perawatan intensif.

Dukungan Fungsi Organ Vital

Melansir RS Pondok Indah, pasien sepsis membutuhkan:

  1. Ventilasi mekanik bila terjadi gangguan pernapasan
  2. Terapi pengganti ginjal (hemodialisis) untuk mencegah gagal ginjal
  3. Transfusi produk darah bila diperlukan
  4. Terapi insulin untuk mengontrol gula darah
  5. Nutrisi parenteral total bila sistem pencernaan terganggu
  6. Setiap organ vital dipantau 24 jam untuk mendeteksi tanda-tanda kegagalan.

Penanganan Sumber Infeksi

Prosedur invasif mungkin diperlukan:

  1. Drainase abses atau pengangkatan jaringan nekrotik
  2. Penggantian kateter atau alat medis yang terinfeksi
  3. Operasi emergensi untuk membersihkan fokus infeksi
  4. Debridement luka yang terinfeksi
  5. Tindakan ini harus dilakukan segera setelah kondisi pasien cukup stabil.

 

Langkah Pencegahan Komprehensif

Manajemen Infeksi Proaktif

Tindakan pencegahan primer meliputi:

  1. Penanganan cepat setiap infeksi ringan
  2. Pemeriksaan rutin pada kelompok berisiko tinggi
  3. Penggunaan antibiotik yang rasional sesuai panduan
  4. Monitoring ketat pasca operasi atau prosedur invasif
  5. Dokumentasi riwayat infeksi sangat penting untuk pencegahan.

Program Vaksinasi Terstruktur

Perlindungan melalui imunisasi mencakup:

  1. Vaksin pneumonia untuk kelompok risiko tinggi
  2. Vaksinasi influenza tahunan
  3. Imunisasi sesuai usia dan kondisi kesehatan
  4. Vaksin tambahan untuk kondisi khusus
  5. Jadwal vaksinasi harus diikuti secara ketat dan didokumentasikan.

Protokol Kebersihan Ketat

Standar higiene yang harus dipatuhi:

  1. Teknik cuci tangan 6 langkah WHO
  2. Sterilisasi peralatan medis dan lingkungan
  3. Perawatan luka dengan prinsip aseptik
  4. Pemeliharaan kebersihan lingkungan
  5. Edukasi tentang praktik kebersihan harus diberikan kepada pasien dan keluarga.

Sistem Monitoring Kesehatan

Program pemantauan rutin meliputi:

  1. Pemeriksaan kesehatan berkala
  2. Skrining faktor risiko sepsis
  3. Evaluasi kondisi kronis yang dapat memicu sepsis
  4. Pemantauan tanda-tanda vital secara teratur
  5. Pencatatan hasil pemeriksaan sangat penting untuk deteksi dini.

Melansir dari tim ahli RS Pondok Indah, pencegahan sepsis adalah membutuhkan pendekatan holistik dan kerja sama antara tenaga medis, pasien, dan keluarga. Pemahaman tentang faktor risiko dan tanda-tanda awal sepsis menjadi kunci keberhasilan pencegahan.

Masyarakat diimbau untuk tidak menganggap remeh infeksi ringan dan segera mencari bantuan medis bila menemukan tanda-tanda sepsis.

Keberhasilan penanganan sepsis sangat bergantung pada kecepatan diagnosis dan ketepatan terapi. Setiap keterlambatan satu jam dalam pemberian antibiotik meningkatkan risiko kematian secara signifikan. Oleh karena itu, edukasi masyarakat tentang tanda bahaya sepsis dan sistem rujukan yang efektif menjadi prioritas dalam upaya menurunkan angka kematian akibat sepsis.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya