Niat Sholat Hajat 2 Rakaat Lengkap dengan Doa dan Waktu yang Tepat

Bacaan doa dan niat sholat hajat 2 rakaat membuat umat Muslim dapat menjalankan ibadah ini dengan khusyuk.

oleh Silvia Estefina Subitmele diperbarui 24 Okt 2024, 16:15 WIB
Diterbitkan 24 Okt 2024, 16:15 WIB
Ilustrasi sholat hajat
Ilustrasi Sholat Hajat (Sumber: Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta Niat sholat hajat 2 rakaat merupakan salah satu bentuk ibadah sunnah bagi umat Islam yang ingin memohon pertolongan, atau harapan tertentu kepada Allah SWT. Melalui niat yang benar, seorang Muslim menunjukkan kesungguhan hati dalam menjalankan ibadah ini dan mengarahkan fokus kepada tujuan utama, yaitu meminta kepada Sang Pencipta.

Waktu pelaksanaan niat sholat hajat 2 rakaat sangat fleksibel, sehingga bisa dilakukan kapan saja, asalkan tidak berada dalam waktu terlarang. Di dalam tradisi Islam, pelaksanaan sholat hajat di malam hari, terutama di sepertiga malam terakhir, sangat dianjurkan karena merupakan waktu yang penuh berkah.

Sebelum melaksanakan sholat hajat, disarankan untuk memperhatikan syarat-syarat yang diperlukan agar sholat dapat diterima. Salah satunya adalah niat sholat hajat 2 rakaat yang harus diucapkan dalam hati dan diikuti dengan keyakinan yang tulus. Syarat lain yang perlu dipenuhi adalah menjaga kesucian tubuh dan pakaian, serta memastikan tempat sholat bersih dari najis.

Berikut ini bacaan doa dan niat sholat hajat 2 rakaat yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Kamis (24/10/2024).

Niat Sholat Hajat 2 Rakaat

Ilustrasi sholat di rumah
Ilustrasi sholat di rumah. Photo by Michael Burrows:

Sholat hajat merupakan sholat sunnah yang dilakukan seorang muslim sebanyak 2 raka’at sampai 12 raka’at yang ditunaikan selama seminggu berturut-turut.

Saat sholat hajat, sebaiknya kita merendahkan diri di hadapan Allah Ta’ala, sebab Allah sangat menyukai seorang hamba yang merendahkan dirinya di hadapan-Nya. Disisi lain, seorang hamba yang senantiasa merendahkan dirinya di hadapan Allah adalah termasuk orang-orang yang diterima sholatnya.

Adapun niat dari sholat hajat adalah:

اُصَليْ سُنةَ الْحَاجَةِ رَكْعَتَيْنِ لِلهِ تَعَالَى

Ushollii sunnatal haajati rok’ataini lillaahi ta’aala (saya shalat sunnah hajat dua rakaat karena Allah).

Setelah melaksanakan shalat dua rakaat, umat dianjurkan membaca doa sebagai berikut:

 

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ الْحَلِيمُ الْكَرِيمُ، سُبْحَانَ اللهِ رَبِّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ، الْحَمْدُ لِللِلهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، أَسْأَلُكَ مُوجِبَاتِ رَحْمَتِكَ وَعَزَائِمَ مَغْفِرَتِكَ وَالْغَنِيمَةَ مِنْ كُلِّ بِرٍّ وَالسَّلاَمَةَ مِنْ كُلِّ إِثْمٍ، لاَ تَدَعْ لِي ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ وَلاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَههُ وَلاَ حَاجَةً هِيَ لَكَ رِضًا إِلاَّ قَضَيْتَهَا، يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ

Laa illaaha illallaahul-haliimul-kaarim, subhaanallaahi rabbil’arsyil-‘adzim. Al-hamdu lillaahi rabbil-‘aalamiin. As’aluka muujibaati rahmatika wa ‘azaa’ima magfiratika wal -‘ismata min kulli dzambin wal-ganiimata min kulli birrin was-salaamata min kulli istmin, laa tada’ lii dzanban illaa gafartahuu wa laa hamman illaa farrajtahuu wa laa haajatan hiya laka ridlan illaa qadlaitahaa yaa arhamar-raahimiin.

Artinya:

“Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah Yang Mahapenyantun lagi Mahamulia, Mahasuci Allah Tuhan yang memiliki Arsy yang agung. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Aku memohon kepada-Mu hal-hal yang mendatangkan rahmat-Mu dan hal-hal yang memastikan ampunan-Mu, dan terpelihara dari semua dosa yang menjarah setiap kebaikan dan selamat dari semua dosa. Janganlah Engkau tinggalkan suatu dosa pun bagiku, melainkan Engkau mengampuninya, dan tidak pula kesusahan melainkan Engkau berikan penawar kepadanya dan tidak pula suatu keperluan yang diridhai oleh-Mu melainkan Engkau memastikan buatku, wahai Yang Maha Penyayang diantara para penyayang.”

 

Dalil Disyariatkannya Sholat Hajat

ilustrasi sholat. ©2020 Merdeka.com
ilustrasi sholat. ©2020 Merdeka.com

Imam Tirmidzi dalam Sunan-nya mengkhususkan satu bab tentang Salat Hajat. Di antara hadis yang beliau bawakan adalah hadis dari Fa’id bin Abdurrahman dari Abdullah bin Abi Aufa, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَنْ كَانَتْ لَهُ إِلَى اللَّهِ حَاجَةٌ، أَوْ إِلَى أَحَدٍ مِنْ بَنِي آدَمَ فَلْيَتَوَضَّأْ وَلْيُحْسِنِ الْوُضُوءَ، ثُمَّ لِيُصَلِّ رَكْعَتَيْنِ، ثُمَّ لِيُثْنِ عَلَى اللَّهِ، وَلْيُصَلِّ عَلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم، ثُمَّ لِيَقُلْ:

لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ الحَلِيمُ الكَرِيمُ، سُبْحَانَ اللَّهِ رَبِّ العَرْشِ العَظِيمِ،

الحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ العَالَمِينَ، أَسْأَلُكَ مُوجِبَاتِ رَحْمَتِكَ، وَعَزَائِمَ مَغْفِرَتِكَ، وَالغَنِيمَةَ مِنْ كُلِّ بِرٍّ، وَالسَّلَامَةَ مِنْ كُلِّ إِثْمٍ،

لَا تَدَعْ لِي ذَنْبًا إِلَّا غَفَرْتَهُ، وَلَا هَمًّا إِلَّا فَرَّجْتَهُ، وَلَا حَاجَةً هِيَ لَكَ رِضًا إِلَّا قَضَيْتَهَا يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ

“Barangsiapa yang memiliki hajat kepada Allah atau kepada salah satu dari anak Adam, maka hendaklah ia berwudu dan menyempurnakan wudunya, kemudian melaksanakan salat dua rakaat, lalu memuji Allah, berselawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, kemudian mengucapkan,

LAILAHA ILLALLAHUL HALIMUL KARIM. SUBHANALLAHI RABBIL ‘ARSYIL ‘ADZHIM. ALHAMDULILLAHI RABBIL ‘ALAMIN

AS’ALUKA MUJIBATI RAHMATIK, WA ‘AZA’IMA MAGHFIRATIK, WAL GHANIMATA MIN KULLI BIRRIN, WASALAMATA MIN KULLI ITSMIN.

LATADA’ LIY DZANBAN ILLA GHAFARTAH, WALAHAMMAN ILLA FARRAJTAH, WALAHAJATAN HIYA LAKA RIDHAN ILLA QADHAITAHA YA ARHAMAR RAHIMIN

Tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak disembah selain Allah Yang Maha Penyantun lagi Mahamulia, Mahasuci Allah, Tuhan yang memiliki ‘Arsy yang agung. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Aku memohon kepada-Mu hal-hal yang mewajibkan rahmat-Mu, dan keteguhan untuk mendapatkan ampunan-Mu, serta keberhasilan dalam setiap kebaikan dan keselamatan dari setiap dosa. Janganlah Engkau biarkan bagiku satu dosa pun melainkan Engkau mengampuninya. Tidak ada kesulitan, kecuali Engkau berikan jalan keluarnya. Dan tidak ada hajat yang Engkau ridai, kecuali Engkau penuhi, wahai Tuhan yang Maha Pengasih dari semua yang mengasihi.” (HR. Tirmidzi no. 479. Beliau mengatakan, “Hadis ini merupakan hadis yang gharib”, dan dinilai sangat lemah oleh Al-Albani

 

 

Waktu Sholat Hajat

ilustrasi sholat. islam-today.ru
ilustrasi sholat. islam-today.ru

Sholat hajat adalah salah satu bentuk ibadah sunnah yang sangat dianjurkan bagi umat Islam, untuk dilaksanakan ketika memiliki hajat atau keinginan khusus yang ingin disampaikan kepada Allah SWT. Ibadah ini memiliki tata cara pelaksanaan yang telah dijelaskan oleh banyak ulama besar, salah satunya adalah Al-Ghazali dalam karyanya yang terkenal, Ihya Ulumuddin. Dalam pandangan Al-Ghazali, sholat hajat dapat dilakukan dengan jumlah rakaat yang bervariasi, mulai dari 2 rakaat hingga maksimal 12 rakaat, tergantung pada keinginan dan kebutuhan orang yang melakukannya.

Pelaksanaan sholat hajat memiliki keutamaan yang lebih besar jika dilakukan pada waktu tertentu, terutama di malam hari. Waktu yang paling utama untuk melaksanakan sholat ini adalah di sepertiga malam terakhir, waktu yang juga dikenal sangat dianjurkan untuk melakukan sholat tahajud. Pada waktu ini, suasana hening dan tenang, serta kedekatan seorang hamba dengan Allah SWT lebih terasa, sehingga menjadi saat yang ideal untuk memohon hajat. Namun, sholat ini juga dapat dilakukan kapan saja sepanjang hari, asalkan tidak dilakukan pada waktu-waktu yang terlarang dalam syariat Islam.

Adapun waktu-waktu terlarang untuk melaksanakan sholat hajat sama dengan waktu terlarang untuk sholat sunnah lainnya. Pertama, dari setelah sholat subuh hingga terbitnya matahari. Kedua, dari terbitnya matahari hingga mencapai ketinggian tertentu, sekitar 15 menit setelah terbit. Ketiga, saat matahari berada tepat di tengah langit, yaitu pada posisi di atas kepala, hingga tergelincir ke barat. Keempat, dari setelah Sholat Ashar hingga terbenamnya matahari, dan terakhir, dari saat matahari mulai tenggelam hingga benar-benar sempurna tenggelam di cakrawala. Di luar waktu-waktu tersebut, sholat hajat dapat dilakukan kapan saja.

Syarat-syarat untuk melaksanakan sholat hajat tidak berbeda jauh dengan syarat sholat lainnya dalam Islam. Pertama, seseorang harus dalam keadaan suci dari hadas kecil dan hadas besar. Ini berarti wajib berwudhu atau mandi junub jika diperlukan. Selain itu, pakaian yang digunakan harus suci dari najis, begitu juga tempat sholat harus dalam keadaan bersih dan layak untuk digunakan beribadah. Aurat harus tertutup dengan baik, dan pastikan bahwa ketika melaksanakan sholat, tubuh menghadap kiblat, sebagai salah satu syarat sah sholat.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya