Nur Hidayati Eks Pemimpin Walhi dan Greenpeace Indonesia Meninggal, Sempat Ungkap Tantangan Berat Indonesia soal Kerusakan Lingkungan

Nur Hidayati atau Mbah Yaya, mantan Direktur Eksekutif Walhi yang dikenal sebagai pejuang lingkungan hidup berpulang di usia 51 tahun.

oleh Rizka Nur Laily Muallifa diperbarui 06 Nov 2024, 12:17 WIB
Diterbitkan 06 Nov 2024, 12:17 WIB
Nur Hidayati, aktivis lingkungan
Nur Hidayati, aktivis lingkungan (Foto: climateandlandusealliance.org)

Liputan6.com, Jakarta Kabar duka datang dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) dan Greenpeace Indonesia. Nur Hidayati, mantan Direktur Eksekutif Walhi periode 2016-2021 yang dikenal sebagai pejuang gigih dalam advokasi lingkungan hidup, meninggal dunia pada Selasa, 5 November 2024. Ia meninggal dunia pada usia 51 tahun. Berita duka ini diumumkan melalui akun Instagram resmi Greenpeace Indonesia @greenpeaceid. 

Nur Hidayati, atau yang akrab disapa Mbak Yaya, telah lebih dari dua dekade mengabdikan diri pada isu-isu lingkungan. Kiprah panjangnya di dunia advokasi telah menjadikannya sosok yang dihormati, dengan pengalaman di tingkat nasional, regional, dan internasional.

Kiprah dan Dedikasi Nur Hidayati

Nur Hidayati memulai kariernya di Walhi dengan peran yang beragam, mulai dari perencanaan komunitas hingga advokasi kebijakan. Sebagai Direktur Eksekutif Walhi periode 2016-2021, Yaya tidak hanya fokus pada isu-isu lokal, tetapi juga terlibat dalam advokasi lingkungan di tingkat ASEAN dan dunia.

Ia berperan aktif dalam berbagai kegiatan mulai dari riset lapangan, perencanaan strategi, hingga analisis kebijakan untuk melindungi lingkungan Indonesia.

Di bawah kepemimpinannya, Walhi semakin lantang menyuarakan perlawanan terhadap proyek-proyek yang dinilai merusak lingkungan.

Yaya secara terbuka mengkritik pembangunan proyek infrastruktur yang dilakukan tanpa memperhatikan keberlanjutan lingkungan dan kebutuhan masyarakat setempat.

Tantangan Berat: Pembangunan yang Mengancam Lingkungan

Dinas Pertanian Belu Bantah Food Estate Gagal, Faktanya Adalah Lahan Belum Ditanami
Food Estate di Fatukety, Kecamatan Kakuluk Mesak, Belu - Nusa Tenggara Timur.

Yaya melihat tantangan besar yang dihadapi lingkungan Indonesia, terutama karena pembangunan infrastruktur yang dianggap merusak alam. Dalam berbagai kesempatan, Yaya mengkritisi proyek-proyek yang berpotensi merusak lingkungan, seperti reklamasi, pembangunan rel kereta cepat, dan proyek infrastruktur lainnya.

Menurutnya, proyek-proyek tersebut sering kali dilakukan tanpa melibatkan masyarakat setempat dan mengancam sumber daya alam yang vital, seperti lahan produktif, laut, dan kawasan karst yang menjadi sumber air bagi masyarakat.

Mbah Yaya melihat banyak proyek yang dilakukan tanpa memikirkan keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat. Padahal hal tersebut mengancam kedaulatan pangan Indonesia.

Pesan untuk Para Aktivis Lingkungan

Selama lebih dari 25 tahun, Mbak Yaya tak hanya memimpin, tetapi juga menjadi mentor bagi banyak aktivis lingkungan. Sosoknya selalu berani selalu berada di garda terdepan melawan praktik eksploitasi lingkungan di Indonesia.

Menurut rekan-rekannya di Greenpeace Indonesia, Yaya meninggalkan pesan kuat bahwa aktivis harus mendampingi masyarakat dengan sikap rendah hati dan tidak merasa lebih tahu.

 

Apa yang membuat Nur Hidayati dikenal sebagai aktivis lingkungan?

Nur Hidayati dikenal luas karena perannya sebagai Direktur Eksekutif Walhi dan kiprahnya lebih dari 25 tahun dalam advokasi lingkungan di Indonesia.

 

Apa tantangan yang dihadapi Nur Hidayati dalam advokasi lingkungan?

Aktivis Greenpeace Indonesia Gelar Aksi "Kembali ke Pengirim"
Aksi ini bertujuan untuk mendesak Unilever untuk bertanggung jawab atas sampah plastik yang mereka hasilkan dan mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dalam produk-produk mereka. (Yasuyoshi CHIBA/AFP)

Yaya menghadapi tantangan besar, termasuk pembangunan proyek infrastruktur yang dinilai merusak lingkungan dan mengancam kesejahteraan masyarakat.

 

Pesan apa yang ditinggalkan Nur Hidayati kepada para aktivis lingkungan?

Yaya selalu berpesan bahwa aktivis harus merendahkan hati saat mendampingi masyarakat, dan tak boleh merasa lebih tahu dari mereka.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya