Tawon Terbesar di Dunia Berhasil Dibasmi dari AS, Berpotensi Bunuh Manusia

Murder Hornets atau lebah pembunuh akhirnya dinyatakan punah di Amerika Serikat.

oleh Arini Nuranisa diperbarui 24 Des 2024, 13:01 WIB
Diterbitkan 24 Des 2024, 11:20 WIB
Tawon Terbesar di Dunia Berhasil Dibasmi dari AS, Berpotensi Bunuh Manusia
Tawon pembunuh. (sumber: Oddee)

Liputan6.com, Jakarta Murder hornets (tawon pembunuh), atau secara resmi dikenal sebagai lebah raksasa utara, pertama kali terdeteksi di Amerika Serikat pada tahun 2019 di negara bagian Washington.

Serangga raksasa yang berasal dari Asia Timur dan Asia Tenggara ini membawa ancaman serius bagi lebah madu dan manusia. Sejak itu, para pejabat negara bagian dan federal memulai upaya besar-besaran untuk mencegah penyebaran spesies invasif ini.

Pertarungan melawan tawon pembunuh memerlukan teknologi canggih. Para pembasmi menggunakan racun hingga pelacak GPS kecil untuk menemukan dan menghancurkan sarang mereka. Meskipun beberapa kali dinyatakan berhasil, sarang baru terus ditemukan hingga beberapa tahun setelahnya.

Namun, kini telah tiga tahun berlalu sejak terakhir kali tawon pembunuh terlihat, dan para pejabat resmi menyatakan bahwa ancaman ini telah berhasil dikendalikan.

Berikut ulasan lengkapnya yang dilansir Liputan6.com dari Oddee, Selasa (24/12/2024).

Apa Itu Murder Hornet (Tawon Pembunuh)?

Tawon Terbesar di Dunia Berhasil Dibasmi dari AS, Berpotensi Bunuh Manusia
Tawon pembunuh. (sumber: Oddee)

Murder hornets adalah spesies tawon terbesar di dunia. Ratu tawon ini dapat tumbuh lebih dari dua inci (sekitar 5 cm) panjangnya, sementara tawon pekerja memiliki ukuran sebesar ibu jari manusia.

Mereka juga memiliki sengatan yang sangat kuat, dengan panjang sekitar seperempat inci (0,6 cm) yang dapat menembus pakaian pelindung lebah biasa. Sengatan mereka mengandung racun yang cukup kuat untuk membunuh manusia dalam beberapa kasus.

Namun, ancaman terbesar dari tawon pembunuh adalah kebiasaan mereka memangsa larva lebah madu. Untuk mencapai larva yang berada di dalam sarang, tawon ini dengan brutal membantai seluruh koloni lebah madu.

Dalam hitungan jam, hanya beberapa lusin tawon pembunuh dapat memusnahkan puluhan ribu lebah dengan cara memenggal kepala mereka.

Srategi Menghadapi Invasi Tawon

Ilustrasi Tawon Raksasa (AFP)
Ilustrasi Tawon Raksasa (AFP)

Invasi tawon pembunuh dimulai dengan ditemukannya sarang lebah yang dihancurkan di Washington pada tahun 2019. Para ahli lingkungan dan pembasmi harus bekerja keras untuk menemukan sarang, karena satu sarang dapat menghasilkan hingga 200 ratu baru yang mampu membangun koloni baru.

Setiap kali tawon pembunuh terdeteksi, jebakan dipasang di sekitar lokasi penemuan untuk menangkap lebih banyak tawon. Tawon yang tertangkap kemudian diberi pelacak GPS mini sebelum dilepaskan kembali, yang secara tidak langsung memimpin para pembasmi ke sarang mereka.

Setelah sarang ditemukan, proses penghancuran dilakukan dengan menyedot tawon menggunakan alat vakum dan membunuhnya dengan gas. Semua ini dilakukan dengan perlindungan pakaian khusus yang menyerupai pakaian luar angkasa untuk menghindari sengatan mematikan mereka.

Kemenangan Bersejarah

Ilustrasi tawon, lebah
Ilustrasi tawon, lebah. (Photo Copyright by Freepik)

Setelah beberapa kali menyatakan kemenangan, kali ini tampaknya ancaman tawon pembunuh benar-benar telah berakhir. Tidak ada penampakan tawon pembunuh yang dilaporkan sejak tiga tahun terakhir, dan para pejabat negara bagian serta federal menyatakan bahwa perang melawan spesies invasif itu telah dimenangkan.

Mark Davidson, wakil administrator USDA Animal and Plant Health Inspection Service, menyebut keberhasilan ini sebagai "kemenangan bersejarah dalam melawan spesies invasif."

Namun, masih ada ketidakpastian. Hingga kini, para ahli belum mengetahui bagaimana tawon pembunuh pertama kali tiba di Amerika Serikat, yang berarti ada kemungkinan mereka bisa datang kembali.

Bahkan, baru-baru ini para pejabat di negara bagian Washington sedang menyelidiki kemungkinan penampakan baru tawon pembunuh sekitar 160 km dari lokasi invasi sebelumnya. Meski kemungkinan ini adalah salah identifikasi, kewaspadaan tetap diperlukan untuk memastikan ancaman itu tidak muncul kembali.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya