5 Penyebab Utama Afasia dan Fakta Pentingnya, Bisa Menyerang Siapa Saja

Penyebab utama afasia sering kali melibatkan kondisi yang memengaruhi otak secara langsung.

oleh Silvia Estefina Subitmele diperbarui 02 Jan 2025, 17:20 WIB
Diterbitkan 02 Jan 2025, 17:20 WIB
Afasia
Afasia

Liputan6.com, Jakarta Afasia adalah salah satu gangguan neurologis yang dapat memengaruhi kehidupan seseorang secara signifikan. Penyebab utama afasia biasanya berkaitan dengan kerusakan otak, di mana kerap terjadi akibat stroke atau cedera kepala. Kondisi ini dapat menyebabkan tantangan besar dalam komunikasi, mulai dari kesulitan berbicara hingga memahami bahasa. 

Kerusakan pada area otak yang mengatur bahasa menjadi penyebab utama afasia, terutama pada kasus stroke. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa langkah pencegahan seperti mengontrol tekanan darah, atau menjaga kesehatan jantung dapat membantu mengurangi risiko terkena gangguan ini.

Selain stroke, penyebab utama afasia juga mencakup trauma kepala dan penyakit neurologis tertentu. Cedera fisik yang parah pada kepala dapat merusak jaringan otak, sementara penyakit seperti Alzheimer dapat secara perlahan mengganggu fungsi bahasa. Mengenali gejala awal dari kondisi ini sangat penting, agar pengobatan dapat dilakukan sesegera mungkin.

Berikut ini penyebab utama afasia yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Kamis (2/1/2025).

Penyebab Utama Afasia

Ilustrasi stroke di usia muda
Ilustrasi stroke di usia muda. (Image by jcomp on Freepik)

Penyebab utama afasia adalah kerusakan pada otak, terutama pada area yang mengatur kemampuan bahasa. Berikut adalah beberapa penyebab utama yang paling sering dikaitkan dengan kondisi ini:

Stroke sebagai Penyebab Utama

Stroke adalah penyebab paling umum dari afasia dan menyumbang sebagian besar kasus yang dilaporkan. Kondisi ini terjadi ketika aliran darah ke otak terganggu, baik akibat penyumbatan (stroke iskemik) maupun pendarahan (stroke hemoragik). Area otak yang bertanggung jawab atas fungsi bahasa, seperti area Broca dan Wernicke di hemisfer kiri otak, sangat rentan terhadap kerusakan jika tidak menerima oksigen dan nutrisi yang cukup. Dalam beberapa kasus, meskipun stroke kecil sekalipun, gangguan pada jaringan otak ini dapat menyebabkan masalah komunikasi yang signifikan. Karena itu, pengenalan dini terhadap gejala stroke, seperti kesulitan berbicara atau memahami bahasa, sangat penting untuk mencegah kerusakan lebih lanjut yang berisiko menyebabkan afasia.

Trauma Kepala Akibat Kecelakaan atau Benturan

Cedera otak traumatik, yang sering terjadi akibat kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh, atau benturan keras, juga menjadi penyebab utama afasia. Dalam kasus ini, kerusakan pada otak dapat bersifat langsung, misalnya melalui luka yang menembus jaringan otak, atau tidak langsung akibat tekanan intracranial yang meningkat. Cedera pada area tertentu di otak yang mengatur fungsi bahasa dapat mengganggu kemampuan berbicara, memahami, membaca, atau menulis. Cedera semacam ini sering kali membutuhkan rehabilitasi intensif untuk membantu penyintas memulihkan kemampuan komunikasinya.

Tumor Otak yang Menekan Area Bahasa

Tumor otak, terutama yang tumbuh di dekat area Broca atau Wernicke, dapat menyebabkan afasia karena tekanan atau kerusakan yang ditimbulkannya pada jaringan otak di sekitarnya. Pertumbuhan tumor dapat mengganggu koneksi saraf yang penting untuk fungsi komunikasi, bahkan sebelum tumor mencapai ukuran yang besar. Dalam beberapa kasus, gejala afasia menjadi tanda awal keberadaan tumor otak, yang kemudian memerlukan diagnosis lebih lanjut melalui pencitraan medis seperti CT scan atau MRI. Perawatan, seperti pembedahan atau terapi radiasi, sering kali dibutuhkan untuk mengurangi tekanan pada otak dan memulihkan sebagian fungsi bahasa.

Infeksi Otak Seperti Ensefalitis

Infeksi pada jaringan otak, seperti ensefalitis, dapat menyebabkan peradangan yang merusak sel-sel otak di area yang mengendalikan fungsi bahasa. Ensefalitis biasanya disebabkan oleh virus, bakteri, atau infeksi lainnya yang menyebar ke otak. Jika peradangan ini tidak ditangani dengan cepat, kerusakan jaringan otak dapat menjadi permanen dan mengakibatkan afasia. Gejala seperti demam, kebingungan, dan kesulitan berbicara atau memahami bahasa sering kali menjadi tanda awal kondisi ini.

Penyakit Neurodegeneratif

Penyakit degeneratif seperti Alzheimer atau bentuk lain dari demensia dapat menyebabkan afasia secara bertahap. Seiring waktu, degenerasi jaringan otak menyebabkan penurunan fungsi kognitif, termasuk kemampuan bahasa. Tidak seperti stroke atau trauma kepala, yang biasanya menyebabkan afasia secara tiba-tiba, penyakit degeneratif cenderung memperburuk kemampuan bahasa secara perlahan. Penyintas mungkin awalnya mengalami kesulitan mencari kata-kata yang tepat (anomik afasia) sebelum akhirnya kehilangan kemampuan komunikasi yang lebih luas.

 

Fakta-Fakta Penting Tentang Afasia

Afasia Anomik - Anomic Aphasia
Afasia Anomik - Anomic Aphasia (Unsplash.com)

Afasia adalah gangguan komunikasi yang memengaruhi kemampuan seseorang untuk berbicara, memahami, membaca, atau menulis. Kondisi ini biasanya terjadi akibat kerusakan pada bagian otak yang mengatur bahasa, sering kali akibat stroke atau cedera kepala. Meski terdengar kompleks, memahami afasia adalah langkah penting untuk memberikan dukungan kepada penyintas dan keluarga mereka. Berikut adalah fakta-fakta penting tentang afasia yang perlu diketahui:

1. Afasia Bukan Gangguan Mental

Salah satu kesalahpahaman umum tentang afasia adalah menganggapnya sebagai gangguan mental. Padahal, afasia adalah masalah neurologis yang terjadi karena kerusakan otak. Penyintas afasia tetap memiliki kecerdasan yang utuh, tetapi mereka kesulitan mengekspresikan atau memahami bahasa. Penting untuk diingat bahwa afasia tidak memengaruhi fungsi kognitif seseorang secara keseluruhan, melainkan hanya kemampuan komunikasinya. Dukungan emosional dan sosial yang memadai dapat membantu penyintas menjalani kehidupan dengan lebih baik meskipun menghadapi keterbatasan ini.

2. Ada Beragam Jenis Afasia

Afasia tidak selalu memengaruhi kemampuan berbicara secara keseluruhan. Jenis-jenis afasia meliputi:

- Afasia Broca: Penyintas mengalami kesulitan berbicara tetapi memahami pembicaraan dengan baik. Biasanya mereka berbicara dalam kalimat pendek atau terpotong, seperti "makan... nasi..." meskipun pemahaman mereka tentang percakapan tetap utuh.

- Afasia Wernicke: Penyintas berbicara dengan lancar tetapi sering menggunakan kata-kata yang salah atau tidak logis. Mereka mungkin sulit memahami pembicaraan orang lain, sehingga komunikasi menjadi terganggu.

- Afasia Global: Jenis yang paling parah, di mana penyintas kesulitan berbicara, memahami bahasa, membaca, dan menulis. Kondisi ini sering terjadi akibat kerusakan yang luas pada otak.

Ada juga afasia anomik, di mana seseorang mengalami kesulitan menemukan kata yang tepat saat berbicara. Setiap jenis afasia membutuhkan pendekatan terapi yang berbeda, sesuai dengan gejala yang dialami.

3. Pemulihan Bisa Berlangsung Lama

Pemulihan dari afasia membutuhkan waktu yang bervariasi, tergantung pada tingkat keparahan dan lokasi kerusakan otak. Terapi bicara adalah metode utama dalam membantu penyintas memulihkan kemampuan komunikasi mereka. Dalam beberapa kasus, pemulihan dapat berlangsung selama bertahun-tahun dengan tingkat kemajuan yang berbeda-beda. Selain terapi bicara, terapi fisik dan okupasi juga sering dilakukan untuk mengatasi dampak lain dari kerusakan otak, seperti gangguan motorik atau kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

Keterlibatan keluarga juga sangat penting dalam proses pemulihan. Lingkungan yang mendukung, penuh kesabaran, dan terbuka terhadap metode komunikasi alternatif dapat mempercepat pemulihan. Dukungan emosional dari orang-orang terdekat juga membantu mengurangi stres yang dapat memperburuk kondisi penyintas.

4. Afasia Bisa Menyerang Siapa Saja

Meskipun risiko afasia meningkat seiring bertambahnya usia, kondisi ini dapat dialami oleh siapa saja, termasuk anak-anak. Anak-anak yang mengalami cedera otak atau infeksi tertentu juga dapat mengembangkan afasia, meskipun mekanisme pemulihan mereka cenderung lebih baik dibandingkan orang dewasa karena plastisitas otak yang lebih tinggi. Faktor risiko utama adalah kondisi yang memengaruhi otak, seperti stroke, trauma kepala, atau penyakit neurologis seperti Alzheimer.

5. Komunikasi Alternatif Sangat Membantu

Bagi penyintas afasia yang kesulitan berbicara, alat bantu komunikasi seperti kartu bergambar, aplikasi berbasis teknologi, atau bahasa isyarat sederhana dapat menjadi solusi untuk berkomunikasi dengan keluarga dan teman. Teknologi modern telah menghadirkan perangkat lunak yang dirancang khusus untuk membantu penyintas afasia mengekspresikan diri, seperti aplikasi teks-ke-suara. Pelatihan komunikasi non-verbal juga dapat membantu penyintas menyampaikan kebutuhan dan perasaan mereka dengan lebih efektif.

6. Kesadaran Publik Masih Rendah

Meskipun jutaan orang di seluruh dunia hidup dengan afasia, kesadaran publik tentang kondisi ini masih relatif rendah. Banyak orang tidak memahami apa itu afasia, yang sering kali menyebabkan penyintas merasa terisolasi atau salah dimengerti. Kampanye kesadaran dan edukasi masyarakat sangat penting, untuk menciptakan lingkungan yang lebih inklusif bagi penyintas. Dukungan dari komunitas, akses ke terapi yang terjangkau, dan kebijakan yang mendukung hak penyintas afasia adalah langkah-langkah penting untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.

Mengapa Penting Memahami Penyakit Afasia?

Meningkatkan Deteksi Dini dan Intervensi Cepat

Memahami afasia membantu masyarakat mengenali gejala-gejala awal seperti kesulitan berbicara, memahami percakapan, atau membaca. Deteksi dini sangat penting karena memungkinkan individu untuk segera mendapatkan diagnosis dan perawatan yang tepat. Intervensi cepat, seperti terapi bicara, dapat meningkatkan peluang pemulihan komunikasi dan mencegah kerusakan lebih lanjut pada fungsi otak.

Memberikan Dukungan Emosional dan Psikologis

Penyakit afasia sering kali menyebabkan frustrasi dan rasa isolasi sosial bagi penderitanya. Dengan memahami tantangan yang mereka alami, orang-orang di sekitar dapat lebih sabar dan mendukung, membantu mereka merasa lebih diterima dalam lingkungan sosial mereka. Dukungan emosional yang memadai berperan besar dalam mempercepat rehabilitasi sosial dan psikologis penderita.

Meningkatkan Kesadaran Akan Pencegahan Stroke

Salah satu penyebab utama afasia adalah stroke. Dengan mempelajari afasia, masyarakat menjadi lebih sadar akan pentingnya menjaga kesehatan otak dan menerapkan gaya hidup sehat. Ini termasuk mengelola tekanan darah, menghindari merokok, berolahraga secara teratur, dan menjaga pola makan seimbang untuk mengurangi risiko stroke dan, pada akhirnya, afasia.

Menciptakan Lingkungan yang Lebih Inklusif

Memahami afasia membantu menciptakan masyarakat yang lebih inklusif bagi individu dengan gangguan komunikasi. Ini mencakup penyediaan alat bantu komunikasi, dukungan dalam lingkungan kerja, dan advokasi untuk kebijakan publik yang mendukung hak-hak penyintas afasia. Kesadaran masyarakat juga membantu mengurangi stigma yang sering kali dialami oleh mereka yang hidup dengan afasia.

Mendorong Edukasi dan Penelitian Lebih Lanjut

Pengetahuan tentang afasia mendorong masyarakat untuk mendukung penelitian yang bertujuan menemukan terapi yang lebih efektif. Kampanye kesadaran juga membantu edukasi masyarakat, termasuk tenaga medis dan keluarga, mengenai cara terbaik untuk mendukung penderita afasia. Ini memastikan akses yang lebih baik ke sumber daya dan layanan yang dapat meningkatkan kualitas hidup mereka.

Memperkuat Solidaritas Sosial

Memahami afasia mempromosikan empati dan solidaritas sosial. Dengan menyadari bahwa komunikasi adalah kebutuhan mendasar manusia, masyarakat dapat lebih menghargai upaya penderita afasia untuk beradaptasi dengan keterbatasan mereka. Ini tidak hanya meningkatkan kehidupan individu yang terdampak, tetapi juga memperkuat hubungan sosial secara keseluruhan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya