Liputan6.com, Jakarta Tradisi lebaran ketupat telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Muslim di Indonesia, khususnya di pulau Jawa. Perayaan yang dilaksanakan tepat seminggu setelah Idul Fitri ini memiliki keunikan tersendiri dengan berbagai ritual dan makna filosofis yang mendalam.
Bagi masyarakat Jawa, tradisi lebaran ketupat atau yang juga dikenal sebagai Bakda Kupat merupakan momen istimewa untuk berkumpul kembali dengan keluarga dan kerabat. Perayaan ini tidak hanya sekadar ritual tahunan, tetapi juga mengandung nilai-nilai luhur yang telah diwariskan secara turun-temurun oleh para leluhur.
Dalam perkembangannya, tradisi lebaran ketupat terus dilestarikan sebagai wujud syukur setelah menjalankan puasa Ramadhan dan puasa Syawal. Perayaan ini menjadi penutup rangkaian ibadah puasa yang dilengkapi dengan hidangan khas berupa ketupat beserta lauk pauknya, yang masing-masing memiliki filosofi mendalam.
Advertisement
Lebih jelasnya, berikut ini telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber sejarah dan makna tradisi Lebaran ketupat, pada Minggu (12/1).
Sejarah Perkembangan Tradisi Lebaran Ketupat
Awal mula tradisi ini tidak terlepas dari peran Sunan Kalijaga, salah satu dari Wali Songo yang menyebarkan Islam di tanah Jawa. Beliau memperkenalkan dua istilah penting yang kemudian menjadi tradisi hingga saat ini: Bakda Lebaran dan Bakda Kupat. Bakda Lebaran merupakan tradisi silaturahmi dan saling memaafkan setelah shalat Idul Fitri, sementara Bakda Kupat adalah perayaan yang diselenggarakan sepekan setelahnya.
Sunan Kalijaga dengan bijaksana memperkenalkan lebaran ketupat sebagai pelengkap ibadah puasa Ramadhan. Tradisi ini menjadi penanda selesainya puasa sunnah Syawal, yang biasa dilakukan selama enam hari di bulan Syawal. Dengan demikian, perayaan ini menjadi simbol kemenangan setelah menyelesaikan rangkaian puasa selama satu tahun.
Dalam perkembangannya, tradisi ini menjadi sarana dakwah yang efektif untuk mengenalkan ajaran Islam kepada masyarakat. Melalui perayaan ini, masyarakat diajarkan tentang pentingnya bersyukur kepada Allah SWT, berbagi dengan sesama melalui sedekah, dan menjaga silaturahmi antar sesama umat.
Advertisement
Filosofi dan Makna Mendalam Ketupat
Ketupat sebagai makanan utama dalam perayaan ini memiliki makna filosofis yang sangat dalam. Setiap bagian dari ketupat, mulai dari bahan hingga bentuknya, mengandung simbolisasi dan ajaran hidup yang berharga. Bahan dasar ketupat yang terdiri dari nasi dan janur memiliki makna tersendiri, di mana nasi melambangkan nafsu manusia, sedangkan janur atau daun kelapa muda melambangkan "jati ning nur" yang berarti hati nurani.
Bentuk ketupat yang khas dengan anyaman segi empat juga memiliki filosofi "kiblat papat lima pancer". Makna ini mengajarkan bahwa ke manapun manusia melangkah dalam hidupnya, pada akhirnya akan kembali kepada Allah SWT sebagai pusat kehidupan. Anyaman yang rumit pada ketupat juga melambangkan kompleksitas kesalahan manusia yang perlu diperbaiki.
Warna putih pada ketupat ketika dibelah mengandung makna kesucian dan kebersihan hati setelah memohon ampunan. Hal ini sejalan dengan istilah "ngaku lepat" yang berarti mengakui kesalahan, mengingatkan manusia untuk senantiasa rendah hati dan berani mengakui kesalahan serta meminta maaf.
Pelaksanaan Tradisi Lebaran Ketupat
Waktu dan Persiapan
Lebaran ketupat dilaksanakan tepat satu minggu setelah Idul Fitri, yaitu pada tanggal 8 Syawal. Persiapan dimulai beberapa hari sebelumnya dengan membuat ketupat dari janur yang dianyam. Proses pembuatan ketupat ini sendiri menjadi momen yang mempererat kebersamaan keluarga, karena biasanya dilakukan bersama-sama.
Ritual dan Kegiatan
Pada hari pelaksanaan, masyarakat biasanya mengawali dengan berkumpul bersama keluarga. Ketupat yang telah dimasak disajikan bersama berbagai lauk pauk tradisional. Selain menyantap hidangan bersama, masyarakat juga melakukan silaturahmi dengan tetangga dan kerabat, mengadakan acara hajatan, atau menggelar reuni dengan teman-teman lama.
Tradisi Penolak Bala
Salah satu tradisi unik dalam perayaan ini adalah menggantung ketupat di atas kusen pintu depan rumah. Ketupat yang digantung ini dipercaya sebagai penolak bala atau pengusir energi negatif. Ketupat akan dibiarkan terga
Nilai-nilai yang Terkandung dalam Tradisi
Nilai Spiritual dan Religius
Di balik tradisi lebaran ketupat, terdapat nilai-nilai spiritual yang mendalam. Perayaan ini menjadi simbol penyempurnaan ibadah puasa, baik puasa Ramadhan maupun puasa Syawal. Melalui tradisi ini, masyarakat diajarkan untuk mensyukuri nikmat yang telah diberikan Allah SWT dan senantiasa mengingat pentingnya menjaga kesucian hati setelah menjalankan rangkaian ibadah puasa.
Nilai Sosial dan Kemasyarakatan
Tradisi ini memperkuat ikatan sosial dalam masyarakat melalui kegiatan silaturahmi dan berkumpul bersama. Momen ini menjadi kesempatan untuk mempererat tali persaudaraan, saling berbagi kebahagiaan, dan menghapus segala perselisihan yang mungkin pernah terjadi. Kebersamaan dalam memasak dan menyantap ketupat juga mencerminkan nilai gotong royong yang masih kuat dalam masyarakat.
Nilai Pendidikan Moral
Filosofi ketupat mengajarkan berbagai nilai moral yang penting dalam kehidupan. Mulai dari kerendahan hati untuk mengakui kesalahan (ngaku lepat), pengendalian nafsu (yang disimbolkan dengan nasi), hingga pentingnya menjaga kesucian hati (yang dilambangkan dengan warna putih ketupat). Semua ini menjadi pembelajaran berharga yang diwariskan secara turun-temurun.
Perkembangan Tradisi di Era Modern
Adaptasi dengan Perkembangan Zaman
Di era modern, tradisi lebaran ketupat terus bertahan meski mengalami beberapa adaptasi. Masyarakat urban tetap merayakannya meski dengan cara yang lebih sederhana dan disesuaikan dengan gaya hidup modern. Beberapa keluarga bahkan memanfaatkan momen ini untuk berwisata kuliner atau mengadakan gathering keluarga di tempat-tempat wisata.
Pelestarian Nilai Tradisi
Meski mengalami modernisasi, nilai-nilai inti dari tradisi lebaran ketupat tetap terjaga. Masyarakat masih memahami dan menghayati makna filosofis di balik perayaan ini. Banyak komunitas dan lembaga budaya yang aktif melakukan edukasi dan sosialisasi tentang pentingnya melestarikan tradisi ini sebagai warisan budaya.
Potensi Wisata Budaya
Tradisi lebaran ketupat juga memiliki potensi sebagai daya tarik wisata budaya. Beberapa daerah bahkan mengembangkan festival atau acara khusus yang menampilkan keunikan tradisi ini, lengkap dengan berbagai variasi ketupat dan makanan pendamping khas daerah masing-masing.
Dengan berbagai nilai dan makna yang terkandung di dalamnya, tradisi lebaran ketupat tidak hanya menjadi warisan budaya yang perlu dilestarikan, tetapi juga menjadi media pembelajaran nilai-nilai luhur yang relevan dengan kehidupan modern. Tradisi ini membuktikan bahwa ajaran Islam dapat bersinergi dengan kearifan lokal untuk menciptakan harmoni dalam kehidupan bermasyarakat.
Advertisement