Buka Puasa Jam Berapa? Panduan Lengkap Waktu dan Sunnah Berbuka yang Tepat

Temukan panduan lengkap tentang waktu buka puasa yang tepat dan sunnah berbuka puasa sesuai ajaran Rasulullah SAW. Artikel ini membahas kapan seharusnya buka puasa, perbedaan waktu di berbagai daerah, dan amalan-amalan yang dianjurkan saat berbuka.

oleh Mabruri Pudyas Salim diperbarui 13 Jan 2025, 15:00 WIB
Diterbitkan 13 Jan 2025, 15:00 WIB
[Bintang] Ilustrasi Adzan Maghrib
Berikut jadwal buka puasa di bulan Ramadan 2017. (Sumber Foto: Wikimedia Commons)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Pertanyaan "buka puasa jam berapa?" menjadi salah satu yang paling sering diucapkan selama bulan Ramadhan. Meskipun terdengar sederhana, ketepatan waktu dalam berbuka puasa memiliki nilai yang sangat penting dalam ajaran Islam, karena berkaitan langsung dengan kesempurnaan ibadah puasa itu sendiri.

Dalam ajaran Islam, puasa bukan sekadar menahan diri dari makan dan minum, tetapi merupakan ibadah komprehensif yang mencakup aspek spiritual dan sosial. Ketepatan waktu berbuka menjadi salah satu elemen penting yang menentukan kesempurnaan ibadah puasa, sekaligus mencerminkan ketaatan seorang muslim dalam menjalankan perintah Allah SWT.

Untuk memahami lebih dalam tentang waktu yang tepat untuk berbuka puasa, kita perlu mengetahui dasar-dasar syariat dan sunnah yang berkaitan dengan waktu berbuka, serta bagaimana implementasinya di berbagai wilayah yang memiliki perbedaan waktu. Simak penjelasan selengkapnya berikut ini sebagaimana telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Senin (13/1/2025).

Pengertian dan Signifikansi Puasa dalam Islam

Puasa merupakan salah satu bentuk ibadah fundamental dalam ajaran Islam yang memiliki kedudukan istimewa di sisi Allah SWT. Sebagai rukun Islam yang keempat, puasa tidak hanya menjadi kewajiban ritual semata, tetapi juga membawa hikmah dan manfaat yang mendalam bagi kehidupan spiritual dan sosial umat Muslim. Untuk memahami esensi puasa secara komprehensif, kita perlu menggali makna dan signifikansinya dalam ajaran Islam.

Secara etimologis, puasa berasal dari kata "As-shaum" dalam bahasa Arab yang secara harfiah berarti menahan diri dari melakukan suatu tindakan. Makna ini tercermin dalam Al-Quran Surat Maryam ayat 26, di mana kata "shaum" digunakan dalam konteks menahan diri dari berbicara. Dalam terminologi syariat Islam, puasa memiliki definisi yang lebih spesifik, yaitu menahan diri dari segala hal yang membatalkan puasa, mulai dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari, dengan disertai niat dan pemenuhan syarat-syarat tertentu.

Lebih dari sekadar menahan diri dari makan dan minum, puasa dalam Islam mencakup pengendalian seluruh aspek diri, baik fisik maupun spiritual. Ini termasuk menahan diri dari perkataan yang tidak baik, perbuatan yang dilarang, bahkan pikiran dan perasaan negatif yang dapat mengurangi nilai puasa. Rasulullah SAW mengajarkan bahwa ketika seseorang sedang berpuasa dan diajak untuk melakukan hal-hal yang tidak pantas, cukup mengatakan "innishaim" (aku sedang berpuasa) sebagai bentuk pengendalian diri.

Ketepatan waktu menjadi aspek fundamental dalam pelaksanaan ibadah puasa. Allah SWT telah menetapkan waktu-waktu tertentu dengan sangat jelas, baik untuk memulai puasa (imsak) maupun mengakhirinya (berbuka). Penetapan waktu ini bukan sekadar aturan prosedural, melainkan mengandung hikmah mendalam tentang pentingnya kedisiplinan dan ketaatan dalam beribadah. Dalam Al-Quran, Allah SWT menjelaskan batasan waktu puasa dengan sangat detail, menunjukkan betapa pentingnya aspek waktu dalam kesempurnaan ibadah ini.

Dalam konteks sosial, puasa memiliki dimensi yang sangat luas. Ibadah ini mengajarkan empati terhadap sesama, terutama mereka yang kurang beruntung yang sering mengalami lapar dan dahaga. Melalui puasa, seorang Muslim dilatih untuk mengembangkan kepekaan sosial dan solidaritas terhadap sesama. Tidak mengherankan jika bulan Ramadhan, sebagai bulan puasa, juga menjadi bulan yang penuh dengan aktivitas sosial dan kedermawanan.

Signifikansi puasa juga tercermin dalam aspek kesehatan dan psikologis. Secara ilmiah, puasa terbukti memberikan berbagai manfaat bagi kesehatan tubuh, seperti detoksifikasi alami dan pemulihan sistem pencernaan. Dari segi psikologis, puasa melatih pengendalian diri, kesabaran, dan kekuatan mental. Kombinasi manfaat fisik dan psikologis ini menunjukkan bagaimana ajaran Islam memperhatikan kesejahteraan manusia secara holistik.

Pemahaman mendalam tentang pengertian dan signifikansi puasa ini menjadi fondasi penting dalam menjalankan ibadah puasa dengan lebih bermakna. Ketika seorang Muslim memahami esensi puasa tidak hanya sebagai ritual keagamaan tetapi juga sebagai sarana pembentukan karakter dan kepekaan sosial, maka ibadah puasa akan memberikan dampak transformatif yang lebih besar dalam kehidupan pribadi dan masyarakat.

Waktu Buka Puasa yang Tepat dalam Islam

Ilustrasi Muslim, puasa, buka puasa, sahur
Ilustrasi Muslim, puasa, buka puasa, sahur. (Photo by Michael Burrows from Pexels)... Selengkapnya

Menentukan waktu yang tepat untuk berbuka puasa merupakan aspek krusial dalam kesempurnaan ibadah puasa. Pertanyaan "buka puasa jam berapa?" bukan sekadar masalah prosedural, melainkan berkaitan erat dengan keabsahan ibadah puasa itu sendiri. Dalam ajaran Islam, Allah SWT telah menetapkan tanda-tanda alam yang jelas sebagai penanda waktu berbuka puasa, yang kemudian diperkuat dengan berbagai hadits dan tuntunan dari Rasulullah SAW.

Secara syariat, waktu berbuka puasa dimulai ketika matahari telah sempurna terbenam di ufuk barat, yang ditandai dengan masuknya waktu shalat Maghrib. Fenomena ini dalam astronomi Islam dikenal dengan istilah "ghurub asy-syams" atau terbenamnya matahari. Pada saat ini, seluruh bundaran matahari telah berada di bawah garis ufuk, yang menandai berakhirnya waktu puasa dan masuknya waktu berbuka.

Dalam praktiknya di Indonesia, penentuan waktu berbuka puasa dapat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lainnya. Perbedaan ini terjadi karena beberapa faktor astronomis dan geografis. Wilayah Indonesia yang terbentang luas dari Sabang sampai Merauke mengakibatkan adanya perbedaan waktu terbenamnya matahari. Daerah di bagian barat Indonesia akan lebih dulu memasuki waktu berbuka dibandingkan dengan daerah di bagian timur.

Faktor geografis lain yang mempengaruhi waktu berbuka adalah ketinggian tempat dan kondisi topografi wilayah. Daerah yang berada di dataran tinggi atau pegunungan mungkin akan mengalami waktu terbenam matahari yang berbeda dengan daerah di dataran rendah atau pesisir. Hal ini disebabkan oleh perbedaan sudut pandang terhadap ufuk dan posisi matahari.

Untuk memberikan kepastian dan kemudahan bagi umat Islam dalam menentukan waktu berbuka, Kementerian Agama Republik Indonesia secara rutin menerbitkan jadwal imsakiyah yang mencantumkan waktu berbuka untuk setiap daerah. Jadwal ini disusun berdasarkan perhitungan astronomis yang akurat dan telah mempertimbangkan berbagai faktor yang mempengaruhi waktu terbenamnya matahari.

Dalam kondisi tertentu, seperti di daerah yang berawan tebal atau saat cuaca tidak memungkinkan untuk melihat matahari terbenam secara langsung, umat Islam dapat berpedoman pada jadwal resmi yang telah ditetapkan atau mendengarkan kumandang adzan Maghrib dari masjid terdekat. Hal ini sejalan dengan prinsip kemudahan dalam Islam, di mana Allah SWT tidak menghendaki kesulitan bagi hamba-Nya dalam menjalankan ibadah.

Era modern telah menghadirkan berbagai teknologi yang dapat membantu dalam menentukan waktu berbuka puasa dengan lebih akurat. Berbagai aplikasi waktu shalat dan kalender Islam digital telah tersedia dan dapat digunakan sebagai panduan. Namun, penting untuk memastikan bahwa aplikasi yang digunakan telah terverifikasi dan menggunakan perhitungan yang sesuai dengan ketentuan syariat.

Ketepatan dalam menentukan waktu berbuka puasa tidak hanya berkaitan dengan aspek ibadah, tetapi juga mencerminkan kedisiplinan dan ketaatan seorang Muslim dalam menjalankan perintah Allah SWT. Dengan memahami berbagai aspek yang berkaitan dengan penentuan waktu berbuka puasa, umat Islam dapat menjalankan ibadah puasa dengan lebih sempurna dan penuh keyakinan.

Sunnah dan Adab Berbuka Puasa

Ilustrasi buka puasa dengan kurma
Ilustrasi buka puasa dengan kurma (sumber: iStock)... Selengkapnya

Dalam ajaran Islam, berbuka puasa bukan sekadar mengakhiri ibadah puasa, tetapi juga memiliki tata cara dan adab yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Tuntunan ini mencakup berbagai aspek, mulai dari waktu berbuka hingga doa dan amalan yang dianjurkan. Pemahaman dan pengamalan sunnah dan adab berbuka puasa akan menambah kesempurnaan ibadah puasa kita. Berikut adalah panduan lengkap tentang sunnah dan adab berbuka puasa:

1. Menyegerakan Berbuka

Salah satu sunnah yang sangat ditekankan dalam berbuka puasa adalah menyegerakan berbuka ketika waktu telah tiba. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari-Muslim dari Sahl bin Sad, Rasulullah SAW bersabda: "Manusia akan senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan waktu berbuka puasa." Sikap menyegerakan berbuka ini mencerminkan ketaatan kepada perintah Allah SWT dan menghindari sikap berlebih-lebihan dalam ibadah. Para sahabat Nabi SAW dikenal sebagai golongan yang paling cepat berbuka puasa ketika waktunya tiba.

2. Berbuka dengan Makanan yang Dianjurkan

Rasulullah SAW memberikan tuntunan khusus tentang makanan yang sebaiknya dikonsumsi saat berbuka. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, dijelaskan bahwa Rasulullah SAW berbuka dengan ruthob (kurma basah), jika tidak ada maka dengan tamr (kurma kering), dan jika tidak ada keduanya maka dengan seteguk air. Urutan ini bukan tanpa alasan, kurma mengandung glukosa tinggi yang sangat baik untuk mengembalikan energi setelah berpuasa, sementara air membantu menghidrasi tubuh dengan cepat.

3. Berdoa Sebelum Berbuka

Moment berbuka puasa merupakan salah satu waktu yang mustajab untuk berdoa. Sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya bagi orang yang puasa saat berbuka ada doa yang tidak ditolak." Dianjurkan untuk membaca doa berbuka puasa yang ma'tsur: "Dzahabazh zhoma-u wabtallatil uruuqu wa trabatal ajru in syaa allah" (Telah hilang rasa haus, telah basah urat-urat, dan telah pasti ganjaran, dengan kehendak Allah Ta'ala).

4. Mendahulukan Berbuka Sebelum Shalat Maghrib

Mengikuti sunnah Rasulullah SAW, dianjurkan untuk berbuka puasa terlebih dahulu sebelum menunaikan shalat Maghrib, meskipun hanya dengan seteguk air atau sebutir kurma. Praktik ini memiliki hikmah untuk memberikan tenaga dan konsentrasi yang lebih baik dalam menjalankan shalat. Namun, jika waktu sangat sempit, diperbolehkan untuk mendahulukan shalat Maghrib.

5. Berbagi dengan Sesama

Berbagi makanan berbuka puasa dengan orang lain merupakan amalan yang sangat dianjurkan dalam Islam. Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa sedikitpun." Tradisi berbagi ini memperkuat ikatan sosial dan meningkatkan kepekaan terhadap sesama, terutama mereka yang kurang mampu.

6. Menjaga Adab Makan dan Minum

Meski telah lapar dan haus seharian, seorang Muslim tetap dianjurkan untuk menjaga adab makan dan minum saat berbuka. Ini termasuk membaca basmalah sebelum makan, makan dengan tangan kanan, makan dengan tidak tergesa-gesa, dan tidak berlebihan dalam porsi makanan. Sikap ini mencerminkan pengendalian diri yang merupakan salah satu tujuan utama dari ibadah puasa.

Penerapan sunnah dan adab berbuka puasa ini tidak hanya menyempurnakan ibadah puasa secara ritual, tetapi juga membentuk karakter dan kepribadian Muslim yang lebih baik. Melalui praktik-praktik ini, kita diajarkan tentang kesabaran, pengendalian diri, kepedulian sosial, dan rasa syukur kepada Allah SWT. Dengan memahami dan mengamalkan sunnah dan adab berbuka puasa ini, diharapkan ibadah puasa kita dapat memberikan dampak positif yang lebih besar, baik secara spiritual maupun sosial.

Tips Praktis Menentukan Waktu Berbuka

[Bintang] Jadwal Sholat, Imsakiyah dan Buka Puasa Hari ke-30, 14 Juni 2018
Sudah hari ke-30, Lebaran sudah di depan mata, puasa Ramadan akan segera berakhir. (Ilustrasi: Pexels.com)... Selengkapnya

Di era modern ini, penentuan waktu berbuka puasa telah dimudahkan dengan berbagai teknologi dan panduan yang tersedia. Namun, penting bagi setiap Muslim untuk memahami berbagai cara praktis dalam menentukan waktu berbuka yang tepat, baik menggunakan panduan modern maupun tanda-tanda alam tradisional. Berikut adalah panduan lengkap yang dapat membantu kita menentukan waktu berbuka dengan lebih akurat:

1. Menggunakan Jadwal Imsakiyah Resmi

Kementerian Agama Republik Indonesia setiap tahun menerbitkan jadwal imsakiyah resmi yang dapat menjadi panduan utama dalam menentukan waktu berbuka. Jadwal ini disusun berdasarkan perhitungan astronomis yang akurat dan telah disesuaikan dengan kondisi geografis setiap daerah. Penggunaan jadwal resmi ini memberikan kepastian dan kemudahan bagi umat Islam dalam menentukan waktu berbuka. Pastikan untuk menggunakan jadwal yang dikeluarkan oleh otoritas resmi dan sesuai dengan wilayah tempat tinggal Anda.

2. Memanfaatkan Aplikasi Digital

Era digital telah menghadirkan berbagai aplikasi yang dapat membantu menentukan waktu berbuka dengan lebih praktis. Aplikasi waktu shalat dan kalender Islam digital kini tersedia dalam berbagai platform dan dapat diakses melalui smartphone. Dalam memilih aplikasi, pastikan untuk menggunakan aplikasi yang terpercaya dan telah diverifikasi oleh lembaga keagamaan resmi. Beberapa aplikasi bahkan dilengkapi dengan fitur pengingat waktu berbuka dan kompas kiblat yang dapat sangat membantu dalam pelaksanaan ibadah.

3. Memperhatikan Adzan Maghrib

Kumandang adzan Maghrib dari masjid terdekat merupakan salah satu penanda yang paling umum digunakan masyarakat untuk menentukan waktu berbuka. Meski demikian, penting untuk memastikan bahwa masjid tersebut menggunakan jadwal yang akurat dan konsisten. Di beberapa daerah, terutama di perkotaan, biasanya ada koordinasi antar masjid untuk menyeragamkan waktu adzan, sehingga tidak terjadi perbedaan yang signifikan dalam penentuan waktu berbuka.

4. Mengamati Tanda-tanda Alam

Dalam kondisi tertentu, seperti ketika berada di daerah yang tidak terjangkau sinyal atau tidak ada masjid terdekat, kemampuan mengamati tanda-tanda alam menjadi sangat penting. Beberapa tanda alam yang dapat dijadikan panduan meliputi:

Terbenamnya bundaran matahari secara sempurna di ufuk barat

  • Mulai memudarnya cahaya merah di langit barat
  • Munculnya cahaya gelap dari arah timur
  • Hilangnya cahaya siang yang terang (syafaq)

5. Konsultasi dengan Ahli Falak Setempat

Di beberapa daerah, keberadaan ahli falak atau tokoh agama yang memahami ilmu falak dapat menjadi rujukan dalam menentukan waktu berbuka. Mereka biasanya memiliki pemahaman yang mendalam tentang perhitungan waktu syar'i dan kondisi astronomis lokal. Jika memungkinkan, tidak ada salahnya untuk berkonsultasi dengan mereka, terutama jika menghadapi kondisi khusus atau berada di daerah yang memiliki karakteristik geografis unik.

6. Antisipasi Kondisi Khusus

Terkadang kita berada dalam situasi di mana penentuan waktu berbuka menjadi lebih menantang, seperti saat bepergian atau berada di daerah yang memiliki perbedaan waktu yang signifikan. Dalam kondisi seperti ini, penting untuk:

  • Mempelajari jadwal waktu setempat sebelum bepergian
  • Membawa jadwal imsakiyah atau mengunduh aplikasi yang dapat berfungsi offline
  • Memperhatikan perbedaan zona waktu dan menyesuaikan waktu berbuka
  • Berkonsultasi dengan komunitas Muslim setempat jika memungkinkan

Ketepatan dalam menentukan waktu berbuka bukan hanya masalah teknis, tetapi juga bagian dari kesempurnaan ibadah puasa kita. Dengan memanfaatkan berbagai panduan yang tersedia, baik modern maupun tradisional, kita dapat menjalankan ibadah puasa dengan lebih yakin dan tenang. Yang terpenting adalah memastikan bahwa metode yang kita gunakan dapat diandalkan dan sesuai dengan tuntunan syariat Islam.

Ketepatan waktu dalam berbuka puasa bukan hanya tentang mengakhiri lapar dan dahaga, tetapi juga merupakan bentuk ketaatan kepada Allah SWT. Dengan memahami dan mengikuti panduan waktu berbuka yang tepat, serta menjalankan sunnah dan adab yang dianjurkan, kita dapat memaksimalkan nilai ibadah puasa kita. Semoga artikel ini bermanfaat dalam membantu kita menjalankan ibadah puasa dengan lebih baik.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya