Langgar Genjatan Senjata, Israel Kembali Bombardir Gaza hingga Tewaskan 342 Orang

Israel serang Gaza setelah genjatan senjata rusak, menewaskan 342 orang. Hamas dan dunia kecam aksi ini.

oleh Rizka Nur Laily Muallifa Diperbarui 18 Mar 2025, 14:03 WIB
Diterbitkan 18 Mar 2025, 14:03 WIB
Seorang pria membawa jenazah seorang anak yang terbunuh akibat serangan Israel di Rumah Sakit Al-Mamdani di Kota Gaza (Foto: Omar Al-Qattaa/AFP)
Seorang pria membawa jenazah seorang anak yang terbunuh akibat serangan Israel di Rumah Sakit Al-Mamdani di Kota Gaza (Foto: Omar Al-Qattaa/AFP)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Serangan besar-besaran Israel ke Gaza pada Selasa (18/3/2025) dini hari telah mengakhiri genjatan senjata yang rapuh, menewaskan sedikitnya 342 orang, termasuk banyak anak-anak. Serangan ini menyasar berbagai wilayah di Gaza, seperti Khan Younis, Rafah, dan Gaza City, serta menyebabkan kepanikan hebat di kalangan penduduk setempat.

Hamas, yang menguasai Gaza, menanggapi serangan ini sebagai pembatalan sepihak dari genjatan senjata yang dimulai pada 19 Januari 2025. 

"Netanyahu dan pemerintah ekstrimisnya memutuskan untuk membatalkan perjanjian genjatan senjata ini," ujar Hamas dalam pernyataan resminya, dikutip dari Al Jazeera pada Selasa (18/3/2025).

Masyarakat internasional dikejutkan dengan kekerasan yang terjadi, sementara Israel berjanji akan terus menyerang Hamas dengan kekuatan militer yang lebih besar. Serangan ini semakin memperburuk situasi yang sudah memprihatinkan di Gaza.

Promosi 1

Israel Kembali Serang Gaza, Akhiri Genjatan Senjata

Pada tanggal 18 Maret 2025, serangan udara Israel menghantam Gaza, menyebabkan ratusan korban jiwa dalam waktu singkat. Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, banyak korban yang merupakan anak-anak. "Kami mendengar suara ledakan dari berbagai arah, dan keluarga-keluarga mulai tiba di rumah sakit dengan jenazah anak-anak mereka di tangan," ungkap seorang saksi mata, Ahmed Abu Rizq.

Israel mengklaim serangan tersebut sebagai respons terhadap penolakan Hamas untuk membebaskan sandera dan memperpanjang genjatan senjata. Pemerintah Israel, dalam pernyataan resminya, menegaskan bahwa mereka akan terus melancarkan serangan terhadap Hamas.

Sementara itu, Hamas menyatakan bahwa serangan ini merupakan pelanggaran terhadap kesepakatan genjatan senjata yang telah berlangsung sejak Januari, memicu kemarahan dan protes di seluruh dunia Arab.

Reaksi Hamas dan Tuntutan Internasional

Hamas mengutuk keras serangan Israel, menyebutnya sebagai "genosida" yang bertujuan untuk membunuh warga sipil tak bersalah. "Serangan ini menegaskan bahwa Israel hanya memahami bahasa kekerasan dan pembunuhan," ujar juru bicara Hamas. Serangan ini juga menambah daftar panjang korban dalam konflik yang telah berlangsung selama 18 bulan.

Masyarakat internasional, khususnya negara-negara Arab, telah mengecam keras serangan ini dan menyerukan aksi protes di seluruh dunia. Banyak yang menilai bahwa Israel berusaha menggagalkan upaya perdamaian yang sedang dibangun.

Sebagai reaksi, sejumlah kelompok internasional juga meminta agar PBB segera turun tangan untuk menghentikan serangan ini dan melindungi warga sipil Gaza.

Serangan Terfokus pada Infrastruktur Sipil dan Militer Hamas

Serangan Israel kali ini difokuskan pada area yang padat penduduk dan bangunan-bangunan yang berfungsi sebagai tempat perlindungan bagi warga. "Serangan ini mengenai sekolah darurat dan bangunan tempat tinggal di mana banyak orang berlindung," jelas jurnalis Al Jazeera yang melaporkan dari Deir el-Balah.

Selain itu, serangan udara Israel juga menargetkan markas-markas Hamas, termasuk beberapa pemimpin militer yang telah terbunuh. Walaupun banyak korban adalah warga sipil, Israel bersikeras bahwa mereka hanya menyerang target terorisme.

Beberapa bayi yang baru lahir, wanita, dan lansia termasuk di antara yang menjadi korban dalam serangan ini.

Ketegangan yang Berlanjut: Negosiasi Perdamaian Terhenti

15 Bulan Perang Israel-Hamas, Begini Kondisi Kota Rafah di Gaza
Foto udara memperlihatkan orang-orang berjalan melewati reruntuhan rumah di Rafah, Jalur Gaza Selatan pada 20 Januari 2025. (Foto oleh AFP)... Selengkapnya

Meskipun upaya untuk mencapai kesepakatan damai sedang berlangsung, serangan Israel ini mengakhiri harapan untuk kelanjutan genjatan senjata. Negosiasi telah buntu setelah Netanyahu menolak untuk memulai perundingan mengenai fase kedua kesepakatan genjatan senjata.

Israel menegaskan bahwa mereka tidak akan berhenti berperang hingga semua sandera dibebaskan dan semua tujuan perang tercapai. Pernyataan ini semakin memperburuk ketegangan yang sudah ada, dan pihak Hamas merasa dikhianati.

Pembicaraan mengenai pembebasan tahanan dan genjatan senjata lebih lanjut terhenti karena ketidaksepakatan antara kedua pihak, yang menyebabkan lebih banyak serangan dari kedua belah pihak.

Konflik yang Tidak Berujung: Apa yang Akan Terjadi Selanjutnya?

Konflik antara Israel dan Gaza sudah berlangsung lebih dari 18 bulan, dengan lebih dari 48.000 orang tewas di Gaza. Ketegangan ini mengarah pada perang total, dengan sedikit kemungkinan tercapainya kesepakatan damai dalam waktu dekat.

Dengan serangan ini, semakin sulit untuk melihat jalan keluar dari konflik ini, dan banyak pihak yang mengkhawatirkan dampaknya bagi warga sipil yang tidak terlibat dalam pertempuran.

Pertanyaan Seputar Topik

1. Berapa banyak korban jiwa dalam serangan terbaru Israel di Gaza?

Sedikitnya 342 orang tewas, banyak di antaranya adalah anak-anak.

2. Apa alasan Israel melancarkan serangan besar-besaran ke Gaza?

Israel mengklaim serangan ini sebagai balasan atas penolakan Hamas untuk membebaskan sandera dan memperpanjang genjatan senjata.

3. Apa yang diinginkan oleh Hamas setelah serangan ini?

Hamas mendesak dunia internasional untuk mendukung perjuangan mereka dan menghentikan agresi Israel, serta menyerukan aksi protes di negara-negara Arab.

 

 

 

 
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya