Liputan6.com, Doha - Hamas mengatakan pada Sabtu (16/3/2025), mereka hanya akan membebaskan seorang warga negara Amerika Serikat (AS)-Israel dan jenazah empat sandera lainnya jika Israel melaksanakan bagian mereka dalam perjanjian gencatan senjata.
Seorang pejabat tinggi Hamas menegaskan bahwa pembicaraan yang tertunda lama mengenai fase kedua gencatan senjata harus dimulai pada hari pelepasan sandera dan tidak boleh berlangsung lebih dari 50 hari. Israel juga harus menghentikan pelarangan masuknya bantuan kemanusiaan dan menarik diri dari koridor strategis di sepanjang perbatasan Jalur Gaza dengan Mesir. Demikian seperti dikutip dari AP.
Advertisement
Baca Juga
Namun, Israel telah menyatakan bahwa mereka tidak akan menarik diri dari sana dengan alasan memerangi penyelundupan senjata.
Advertisement
Hamas menuntut pula pembebasan lebih banyak tahanan Palestina sebagai pertukaran untuk sandera, kata pejabat tersebut, yang berbicara dengan syarat anonim untuk membahas pembicaraan tertutup.
Edan Alexander (21) yang dibesarkan di New Jersey, AS, diculik dari pangkalan militernya selama serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 yang memicu perang saat ini di Jalur Gaza. Dia adalah warga negara AS terakhir yang masih hidup yang ditahan di Jalur Gaza. Hamas masih menculik 59 sandera, dengan 35 di antaranya diperkirakan telah meninggal.
Israel belum memberikan tanggapan langsung karena kantor-kantor pemerintah tutup pada hari Sabat. Sebelumnya, pada Jumat (14/3), kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menuduh Hamas melakukan "perang psikologis" setelah mengajukan tawaran pembebasan sandera.
Tidak ada pertempuran besar yang terjadi di Jalur Gaza sejak gencatan senjata fase pertama berlaku pada 19 Januari, namun serangan Israel telah menewaskan puluhan warga Palestina yang diklaim militer Israel telah memasuki area terlarang, terlibat dalam kegiatan militan, atau melanggar gencatan senjata.
AS mengatakan pada Rabu (12/3), mereka telah mengajukan proposal untuk memperpanjang gencatan senjata fase pertama selama beberapa minggu sementara kedua belah pihak bernegosiasi untuk gencatan senjata permanen. Mereka menuduh Hamas mengklaim fleksibilitas di muka publik sementara secara diam-diam membuat tuntutan yang sama sekali tidak praktis.
Pembicaraan berlanjut di Mesir setelah pemimpin senior Hamas Khalil al-Hayya tiba pada Jumat (14/3). Mesir dan Qatar telah menjadi mediator kunci dalam pembicaraan tidak langsung dengan Israel.
Israel dan Hamas seharusnya memulai negosiasi tentang fase kedua gencatan senjata pada awal Februari.
Pengepungan Israel
Selama kurang lebih dua minggu terakhir, Israel telah melarang pengiriman makanan, bahan bakar, dan pasokan lainnya kepada warga Palestina di Jalur Gaza. Tidak hanya itu, mereka juga memutus listrik ke wilayah itu seminggu yang lalu untuk menekan Hamas agar menerima proposal perpanjangan gencatan senjata fase pertama.
Kota Rafah, di perbatasan Jalur Gaza-Mesir, dilaporkan tidak dapat lagi menyediakan bahan bakar yang dibutuhkan untuk memompa air dari puluhan sumur.
Ahmed al-Sufi, kepala kotamadya Rafah, menyebutkan kekurangan bahan bakar akibat pengepungan Israel telah memaksa mereka "menghentikan layanan penting, mengancam kehidupan ribuan orang."
Perang telah menghancurkan sebagian besar wilayah Jalur Gaza, mengungsikan sebagian besar penduduknya, dan membuat hampir semua dari mereka bergantung pada bantuan internasional.
Fase pertama gencatan senjata telah melepas 25 sandera Israel dan jenazah delapan lainnya sebagai pertukaran untuk hampir 2.000 tahanan Palestina.
Advertisement
