Kecewa dengan Ical, Organisasi Sayap Golkar Dukung Jokowi-JK

Dukungan ini juga disebabkan karena mereka kecewa dengan Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie yang tidak mencalonkan diri pada Pilpres.

oleh Edward Panggabean diperbarui 08 Jun 2014, 15:38 WIB
Diterbitkan 08 Jun 2014, 15:38 WIB
Sesepuh Golkar Bahas Ical
Zainal Bintang mewakili sesepuh dan petinggi Partai Golkar yang hadir dalam pertemuan memberikan sejumlah keterangan kepada awak media Rabu (21/5/14) (Liputan6.com/Miftahul Hayat)

Liputan6.com, Jakarta Dukungan kepada pasangan capres dan cawapres Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) terus bergulir. Kali ini datang dari Keluarga Besar Eksponen Tri Karya Golkar, yang notabene underbouw atau organisasi sayap Partai Golkar. Meninggalkan budaya feodal dan memilih budaya kerakyatan menjadi alasan mereka memilih pasangan nomor urut 2 itu.

"Responden ini kita dukung Jokowi-JK, setelah ini selanjutnya bergerak terus sosialisasi pencerahan keluarga Golkar. Keinginan kami memilih pasangan Jokowi-JK. Saya ingin mengatakan presiden membawa angin baru tanpa semangat bangsa feodal," ujar Koordinator Keluarga Besar Eksponen Tri Karya Golkar Zainal Bintang, Jakarta, Minggu (8/6/2014).

"Capek dipimpin berkebudayaan feodal. Kalau Jokowi kerakyatan. Kalau mereka menang nggak hanya serta-merta gembira, tapi mengawasi kekuasaan," tandas Zainal.

Selain alasan itu, kata Zainal, alasan eksponen Trikarya Golkar yang terdiri dari ormas MKGR, SOKSI, dan Kosgoro 57 --yang merupakan tempat berhimpunnya kader Golkar-- juga karena kekecewaan kepada Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie (ARB) yang justru tidak mencalonkan diri pada Pilpres 2014, dan bergabung dengan Gerindra.   

"Kecewa, bergabung dengan Gerindra. Nggak lebih mengantar Prabowo ke mana-mana. Ketua umum kami pengantar saja partai nomor 2 itu. Saya tidak bawa ormas MKGR. Tapi sebagai pribadi. Di MKGR sebagai wakil ketua dewan pertimbangan," tegas Zainal.

"Kalau SOKSI mereka sebagai kelembagaan. Kita tidak ada urusan kelembagaan. Priyo itu pribadi, bukan MKGR. Kalau mau bawa MKGR harus rapat harian, kalau kumpul-kumpul itu melanggar. Priyo nggak jadi kapal induk," imbuh Zainal.

Menurut Zainal, selama kepemimpinan Aburizal alias Ical tidak membawa perubahan signifikan bagi partai berlambang pohon beringin itu. Sebaliknya, justru merugi berkoalisi dengan partai pimpinan Prabowo Subianto itu.

"Partai Golkar di waktu ARB nggak dapet apa-apa. Membawa Gerindra posisi tidak jelas. Deklarasi eksponen ormas pendiri ormas MKGR berkumpul untuk menampung semua kekecewaan, untuk mendapatkan suatu posisi yang tepat kader Golkar di masyarakat," ungkap Zainal.

Terkait sanksi dari partai jika harus mendukung pasangan Jokowi-JK, Zainal mengaku tidak khawatir. "Kita kan dalam pertemuan JW Marriot 21 Mei, kita udah minta agar dari DPP Partai Golkar, untuk nggak pecat kader Golkar yang ambil keputusan pribadinya memilih satu pasangan. Tapi bentuknya masih pada minta mengundurkan diri."

"Kita bukan struktural, eksponen pribadi ingin mewadahi terhadap adanya gejolak daerah. Kita ingin jadi kanal kekacauan teman-teman," lanjut Zainal.

Gejolak kekecewaan dari kalangan grass root atau akar rumput memang sudah muncul sejak awal Pilpres 2014. Sebab, Ical gagal mencapreskan diri pada Pilpres 2014.

"Ini gejolak memang sudah ada. Berkecamuk ARB gagal menjadi capres atau cawapres. Sudah marah semua, ketua umum 2012 nggak berhasil memenangi posisi, padahal Prabowo Subianto dari partai pemenang ketiga (Pileg) bisa. Tapi ARB posisi kedua nggak dapet," ungkapnya. (Yus)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya