1 Jemaah Haji WNI Korban Musibah di Mekah Belum Teridentifikasi

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin membenarkan ada korban yang sulit diidentifikasi melalui pemeriksaan fisik.

oleh Wawan Isab Rubiyanto diperbarui 18 Sep 2015, 04:27 WIB
Diterbitkan 18 Sep 2015, 04:27 WIB
1 Jemaah Haji WNI Korban Musibah di Mekah Belum Teridentifikasi
Menag Lukman Hakim Saifuddin saat berdoa bersama jemaah haji Indonesia di Klinik Sektor 8 Mekkah, Arab Saudi, Kamis (17/9/2015). (Liputan6.com/Wawan IR) (

Liputan6.com, Jakarta - Seorang jemaah haji Indonesia yang menjadi korban ambruknya crane di Masjidil Haram, Mekah, Arab Saudi hingga kini belum teridentifikasi.

"Satu lagi yang diperbincangkan agak lama terkait dengan satu jamaah korban crane yang belum teridentifikasi," kata Ketua Komisi VIII Saleh P Daulay dalam jumpa persnya, Mekah, Arab Saudi, Kamis (17/9/2015).

Saleh mengatakan, ada 2 jenazah di rumah sakit milik Pemerintah Arab Saudi yang diduga berkewarganegaraan Indonesia.

"Proses identifikasi sedang dilakukan. Rumah Sakit Arab Saudi sedang mengambil DNA yang bersangkutan untuk dicocokan dengan keluarganya," kata Saleh.

Ia mendesak Kementerian Agama untuk mendorong agar proses verifikasi DNA jenazah yang diduga asal Indonesia tersebut, agar pihak keluarga memperoleh kepastian dan lebih tenang.

"Hal-hal seperti ini harus ditangani dengan cepat, karena menyangkut ketenangan keluarga di Tanah Air dan itu tanggung jawab negara," ujar Saleh yang datang bersama anggota Komisi V dan Komisi IX untuk melakukan pengawasan penyelenggaraan haji tahun ini.

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin membenarkan ada korban yang sulit diidentifikasi melalui pemeriksaan fisik. Proses identifikasi hanya dapat dilakukan melalui tes deoxyribonucleic acid (DNA).

Lukman mengatakan masalah ini menjadi pembelajaran bagi pemerintah, untuk memperkuat identitas jemaah dengan DNA atau cara lain untuk memudahkan identifiaksin pada penyelenggaraan haji mendatang. Kementerian Agama akan berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan untuk mengantisipasi kejadian yang tidak terduga.

Selama itu, kata Lukman, identifikasi jenazah meninggal karena sakit atau penyebab lainnya harus menggunakan gelang. Gelang yang dikenakan jemaah haji Indonesia berbeda dengan jemaah asal negara lain.

Menurut Lukman, gelang jemaah terbuat dari tembaga untuk mengantisipasi jemaah menjadi korban kebakaran. Ketika korban tidak bisa teridentifikasi, gelang tembaga yang antiapi memudahkan proses identifiaksi.

"Kalau gelangnya tidak bisa dikenali maka ada cara lain untuk memudahkan identifikasi," ujar Lukman.

Sementara pada saat yang sama, seorang keluarga korban Amalia Siregar melaporkan adiknya, Janiro Ganumbang Siregar belum kembali sejak musibah di Mekah tersebut terjadi. Dia menduga adiknya menjadi korban dalam musibah itu.

Rekam Medis Online

Perbaikan pelayanan jemaah haji Indonesia terus dilakukan, terutama menyangkut jemaah risiko tinggi. Tenaga medis Sektor 8, Dr Fersia mengatakan, sekarang ini tidak semua jemaah lanjut usia didampingi keluarganya. Harusnya mereka berangkat ke Tanah Suci didampingi keluarganya.

"Itu menjadi masalah tersendiri. Kendati mendaftarnya di waktu yang berbeda, jemaah usia lanjut dan keluarganya wajib disatukan," ujar Fersia di Mekah, Arab Saudi, Kamis siang.

Fersia mengungkapkan permasalahan penanganan jemaah haji, yaitu tidak adanya informasi mengenai rekam medik jemaah. Dia pun menyarankan agar sistem buku kesehatan jemaah haji (BKJH) dapat diterapkan secara online.

"Sekarang ini kita enggak online. Hasil laboratorium memang ada, tapi rontgen tidak ada, sehingga kami tidak tahu gambaran kondisi pasien seperti apa. Agar kami dapat membaca lebih jelas," kata dia.

Sementara Menteri Agama Lukman mengatakan, masukan itu sebagai ide yang menarik. Rekam medis yang terintegrasi akan membantu petugas medis menangani pasien.

"Saya kira rekam medis yang terintegrasi merupakan masukan yang sangat bagus," kata Lukman saat memantau pelayanan medis di lokasi jemaah haji Indonesia tinggal, Hotel Al Jawharah di Jarwal, Makkah, Arab Saudi.

Menurut Lukman jika ada rujukan jemaah dari Madinah, khususnya pasien lansia, rekam medis pasien akan mudah terdeteksi dengan cepat. Menurut dia, ada dokter dan tenaga medis yang mendampingi di setiap kloter.

Pemerintah, kata Lukman, juga menyiapkan klinik satelit kloter dan klinik sektor, untuk memberikan layanan kesehatan kepada jemaah haji.

Lukman mengimbau, semua pihak agar proaktif untuk perbaikan layanan jemaah haji. "Dokter dan tenaga medis harus proaktif mengecek kondisi jemaah, anggota jemaah juga diminta proaktif mencari informasi," pungkas Lukman. (Rmn/Nda)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya