Buang Sial Usai Lebaran, Suku Osing Gelar Ritual Barong Ider Bumi

Tradisi ini ditandai dengan mengarak barong mengelilingi desa yang diakhiri dengan kenduri massal oleh warga disepanjang jalan desa.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 08 Jul 2016, 06:00 WIB
Diterbitkan 08 Jul 2016, 06:00 WIB
tradisi
Ritual Barong Ider Bumi di Banyuwangi, Jawa Timur, Kamis (7/7/2016). (Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Banyuwangi - Suku Osing di Desa Kemiren Banyuwangi memiliki tradisi setiap usai Lebaran. Namanya Barong Ider Bumi. Sebuah ritual adat yang digelar untuk menjauhkan desa dari marabahaya.

Ritual adat bersih desa ini dilakukan masyarakat Desa Kemiren, Kecamatan Glagah Banyuwangi ini setiap 2 Syawal. Tradisi ini ditandai dengan mengarak barong mengelilingi desa yang diakhiri dengan kenduri massal oleh warga disepanjang jalan desa.

Pada Idulfitri 1437 Hijriyah ini, ritual Barong Ider Bumi digelar pada Kamis 7 Juli 2016 tepat pukul 15.00 WIB. Tradisi adat ini diawali ritual sembur othik-othik, yakni ritual melempar (menyembur) uang receh yang dicampur beras kuning dan bunga.

"Melempar uang receh dalam ritual ini melambangkan usaha warga untuk membuang (melempar) sial dari Desa Kemiren," tutur ketua adat Desa Kemiren, Suhaimi dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com dari Humas Pemkab Banyuwangi, Kamis malam.

Usai ritual sembur othik-othik, seluruh warga mengarak tiga barong Osing yang diawali dari pusaran (gerbang masuk) desa ke arah barat menuju tempat mangku barong sejauh dua kilometer. Selain warga, para sesepuh juga ikut berjalan mengarak barong-barong tersebut sambil membawa dupa dan melafalkan doa-doa untuk keselamatan seluruh warga.

Setelah diarak sejauh dua kilometer, para Barong digiring kembali ke pusaran untuk selamatan bersama.

Di sinilah puncak acaranya, yakni selamatan dengan menggunakan tumpeng ‘pecel pitik’ (ayam kampung yang dibakar dengan ditaburi kelapa) sebagai wujud rasa syukur kepada Sang Pencipta yang telah memberikan keberkahan.

Puluhan tumpeng pecel pitik ditata rapi berjajar disepanjang jalan. Masyarakat dan pengunjung yang menyaksikan ritual sakral ini juga turut diajak kenduri karena setiap rumah membuat tumpeng yang sengaja disuguhkan untuk dinikmati warga lain yang hadir. Sangat meriah namun tetap sakral.

Banyuwangi Festival 2016

Ritual ini telah dilakukan masyarakat Desa Kemiren sejak ratusan tahun yang lalu. Konon, saat itu Desa Kemiren terkena pageblug (wabah penyakit). Banyak orang yang pagi hari sakit sorenya meninggal. Tidak hanya wabah kematian yang menyerang warga, ratusan hektare sawah juga diserang hama sehingga menyebabkan gagal panen.

Warga pun mengadakan tirakatan dan berdoa memohon petunjuk dari Yang Maha Kuasa. Akhirnya, salah seorang tetua adat Desa Kemiren yang bernama Mbah Buyut Cili mendapatkan wangsit lewat mimpinya. Dalam mimpinya, disebutkan untuk mengusir penyakit dan hama yang melanda desa, penduduk harus mengadakan selamatan kampung dengan menggelar ritual arak-arakan barong untuk menolak bencana.

Warga pun lalu melaksanakan ritual sesuai mimpi tetua desa. Dan terbukti benar, usai arak-arakan barong dilakukan, bencana menjauh dan desa menjadi damai sejahtera.

Barong Ider Bumi ini salah satu agenda Banyuwangi Festival 2016. "Sudah sejak empat tahun silam pemda memasukkan tradisi ini ke dalam agenda wisata Banyuwangi Festival (B-Fest). Ini dilakukan untuk menguatkan tradisi lokal agar tidak punah, serta sebagai syiar agar budaya asli Banyuwangi bisa dikenal masyarakat luas," kata Plt Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi MY Bramuda saat menghadiri acara tersebut.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya