Menyehatkan, Striker Asing Persela Pilih Kurma untuk Buka Puasa

Striker asing Persela ini nyaman melakukan ibadah puasa di Indonesia.

oleh Defri Saefullah diperbarui 29 Mei 2018, 23:00 WIB
Diterbitkan 29 Mei 2018, 23:00 WIB
Loris Arnaud
Striker Persela, Loris Arnaud, menggemari kurma. (Bola.com/Aditya Wany)

Liputan6.com, Jakarta - Striker asing Persela, Loris Arnaud tak mau mengganti-ganti menu berbuka puasa. Hatinya sudah tak bisa berpaling kepada kurma.

Di Indonesia, beragam macam penganan untuk berbuka puasa dijual. Mulai dari es buah, es campur, kelapa muda, kolak pisang plus kolang kaling dan makanan manis lainnya. Tak ketinggalan, gorengan juga kerap tersaji di rumah-rumah orang yang sedang berbuka puasa.

Bagi Arnaud, kurma bukan saja makanan yang disantap saat puasa Ramadan. Dia bahkan mengkonsumsi ini hampir dalam setahun. Kebiasaan ini dilakukannya sejak tinggal di Prancis.

"Sepanjang tahun saya makan kurma, tidak hanya saat Ramadan. Di Prancis, saya bisa membeli kurma dengan mudah karena ada banyak sekali pedagang asal Tunisia atau Aljazair yang menjualnya," kata Arnaud seperti dikutip Bola.com.

Selain sudah jadi kebiasaan, kurma juga dinilainya sangat menyehatkan. Selama ini, dia mengaku kesulitan mendapatkannya di Indonesia saat bukan bulan puasa.

"Saya membaca di Al-Qur’an, kurma itu sangat baik untuk kesehatan. Selain itu, rasanya juga enak. Di Indonesia, saya mengamati tidak mudah membelinya. Tapi begitu masuk Ramadan, banyak supermarket yang menjual dan saya bisa menyiapkan persediaan dengan mudah juga," imbuhnya.

 

Cinta Indonesia

Berburu Kurma Selama Bulan Ramadan di Yaman
Pedagang kurma menunggu pembeli selama bulan suci Ramadan di sebuah pasar di ibukota Sanaa, Yaman (22/5). (AFP Photo/Mohammed Huwais)

Arnaud juga mengaku mulai menikmati ibadah puasa di Indonesia. Dia sangat senang bisa bertemu dengan banyak umat Muslim sehingga bisa menjalani ibadah puasa dan ibadah lain selama Ramadan.

Hal itu berbeda dengan yang dirasakannya saat masih di Vietnam, ketika membela Hanoi FC pada 2016-2017. Sebagai Muslim, dia kurang merasakan keindahan Bulan Suci karena umat muslim di negara tersebut tergolong tak banyak.

“Saya menjalani puasa dengan mudah di sini, karena banyak umat Muslim. Magrib juga lebih awal, durasi puasa lebih singkat daripada Prancis. Kalau di Vietnam, mungkin ada muslim, tapi saya tidak sekalipun bertemu mereka selama dua tahun di sana," kata pemain bernomor punggung 9 di Persela itu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya