Kisah Amr bin Jamuh, Sosok Renta yang Bertekad Menginjak Surga dengan Kakinya yang Pincang

Kondisinya yang tidak memungkinkan, Amr bin Jamuh sempat dilarang oleh anak-anaknya untuk berjihad. Dia pun menolaknya.

oleh Muhammad Ali diperbarui 17 Mei 2020, 03:32 WIB
Diterbitkan 17 Mei 2020, 03:32 WIB
[Bintang] Ilustrasi Adzan Maghrib
Berikut jadwal buka puasa di bulan Ramadan 2017. (Sumber Foto: Wikimedia Commons)

Liputan6.com, Jakarta - Saat perang Uhud akan meletus, Amr bin Jamuh menyaksikan putra-putranya sedang bersiap-siap untuk menghadapi para musuh Allah. Dia mendapati mereka setiap pagi dan petang bagaikan para singa di tengah hutan. Mereka begitu semangat untuk mendapatkan kesyahidan dan meraih ridho Allah.

Keadaan ini membuat dia ikut bersemangat. Dikutip dari buku kisah Agung sahabat sahabat mulia nabi, Dr Abdurrahman Ra'fat Al Basya menulis, Amr bin Jamuh bertekad berangkat bersama mereka berjihad di bawah Panji Rasulullah. Namun anak-anaknya bersepakat untuk menghalangi ayah mereka untuk melaksanakan niatnya itu. Sebab ayahnya adalah lelaki tua renta. Ditambah lagi kakinya pincang. Padahal Allah sudah memberikan kelonggaran baginya.

Maka anak-anaknya berkata kepada Amr, "wahai ayah, Allah sudah memaafkan mu, mengapa kau membebani dirimu sendiri padahal Allah sudah memaafkan mu."

Mendapatkan ucapan dari anaknya itu, orang tua renta pun menjadi amat berang. Dia langsung datang menghadap Rasulullah untuk mengadukan mereka. Dia berkata, "wahai nabi Allah, anak-anak ku melarangku untuk berbuat kebaikan. Mereka beralasan karena kaki pincang. Demi Allah aku berharap dapat menginjak surga dengan kakiku yang pincang ini."

Maka Rasulullah bersabda kepada anak-anak Amr, "Biarkan dia, semoga Allah memberikan kesyahidan untuknya."

Anak-anak Amr lantas membiarkan ayah mereka itu berperang. Demi mematuhi perintah Rasulullah.

Begitu waktu keberangkatan diumumkan, Amr bin Jamuh mengucapkan salam perpisahan kepada istrinya seperti ucapan perpisahan orang yang akan kembali lagi. Dia lalu menghadap kiblat dan mengangkat kedua telapak tangan ke arah langit seraya berdoa, "ya Allah. matikanlah aku dalam keadaan syahid dan jangan kembalikan aku kepada keluargaku dengan rasa putus asa."

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Berangkat ke Medan Perang

Dia lalu berangkat dengan diiringi ketiga anaknya dan pasukan Bani Salamah. Saat perang berlangsung sengit, dan prajurit-prajurit Muslim sudah mulai terpisah dari barisan Rasulullah, Amr bin Jamuh terlihat pada baris pertama. Dia melompat sembari memekik lantang, "aku merindukan surga, aku merindukan surga, dan di belakangnya terlihat anaknya yang bernama Khallad."

Ayah dan anak itu mengayunkan pedang mereka seraya melindungi Rasulullah dari musuh hingga keduanya tersungkur sebagai syahid di medan perang.

Begitu perang berhenti, Rasul berdiri di hadapan para jenazah untuk menggali tanah kubur mereka. Beliau bersabda kepada para sahabat, "biarkan darah dan luka mereka, aku menjadi saksi bagi mereka semua."

Lalu Rasulullah bersabda, "tidak ada seorang muslim yang terluka di jalan Allah kecuali pada hari kiamat dia akan datang dengan darah mengalir yang warnanya seperti warna zakfaron dan wangi seperti wangi misyk. Beliau juga bersabda, "makamkanlah Amr bin Jamuh bersama Abdullah bin Amr, mereka berdua adalah orang yang saling mencinta dan satu barisan di dunia."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya