Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah pemudik di Pelabuhan Penyeberangan Panjang mengharapkan pelabuhan alternatif itu kembali beroperasi pada arus mudik Lebaran mendatang.
"Saya berharap Pelabuhan Panjang ini tetap beroperasi pada arus mudik karena tak perlu lagi ke Bakauheni. Selain macet juga perjalanan cukup jauh," kata Salim warga Panjang, Bandarlampung, Minggu (8/5/2022).
Advertisement
Ia mengaku sangat senang dengan adanya pelabuhan alternatif ini karena tak perlu jauh jauh ke Pelabuhan Bakauheni.
Salim yang sudah tiga tahun tak pulang mudik ke Lampung karena pandemi COVID-19 mengapresiasi pemerintah yang menjadikan Pelabuhan Panjang sebagai pelabuhan penyeberangan alternatif menuju Pelabuhan Ciwandan, Banten.
Baca Juga
Ia tak mempermasalahkan perjalanan dari Panjang ke Ciwandan yang memakan waktu cukup lama hingga lebih dari lima jam.
Terkait tiket, ia mengaku dapat langsung dibeli ke petugas di pelabuhan, kendati harga tiket yang berbeda sedikit dari harga normal. "Saya tak mempermasalahkan harga tiket yang ada selisih sedikit," katanya.
Iwan, warga Bandarlampung lainnya juga mengharapkan Pelabuhan Panjang tetap beroperasi pada arus mudik Lebaran mendatang.
Keberadaan pelabuhan ini sangat membantu pemudik terutama yang menggunakan sepeda motor karena untuk menghindari perjalanan jauh dan juga kemacetan.
"Kasihan jika membawa istri dan anak menggunakan sepeda motor ke Bakauheni karena selain jauh, kepanasan, kehujanan juga untuk menghindari kecelakaan karena banyaknya yang mudik," ujarnya yang dilansir dari Antara.
Berdasarkan pantauan di lokasi, pemudik sepeda motor mendominasi jumlah kendaraan yang naik ke kapal Titian Nusantara.
Berdasarkan data sejak ditetapkan menjadi pelabuhan alternatif, kapal di Pelabuhan Panjang telah mengangkut penumpang pejalan kaki mencapai 9.200 orang. Kemudian motor 1.076 unit, mobil 492 unit, truk dan bus 152 unit.
Klaim Lebih Baik
PT Jasa Marga mengklaim pengendalian arus balik Lebaran 2022 lebih baik ketimbang arus balik 2019.
Corporate Communication and Community Development Group Head PT Jasa Marga (Persero) Tbk, Dwimawan Heru mengatakan kali ini manajemen arus lalu lintas dinilai lebih siap. Salah satu contoh yaitu volume di Jalan Tol Jakarta-Cikampek yang mengalami lonjakan luar biasa, namun kondisi lalu lintas dapat dikendalikan.
“Yang membedakan dari 2019 untuk mengurai lalin sebesar ini dibutuhkan waktu hingga 24 jam untuk menguras kepadatan luar biasa yang terjadi di berbagai segmen Jalan Tol Jakarta-Cikampek” kata dia dalam keterangan tertulis, Minggu (8/5/2022).
"Tahun ini dengan perencanaan yang lebih matang, dan koordinasi yang jauh lebih intensif, relatif tidak terjadi kepadatan yang berarti di Jalan Tol Jakarta-Cikampek” dia menambahkan.
Heru menambahkan bahwa Jalan Layang MBZ sepanjang 38 km yang saat ini digunakan, juga mendukung kelancaran perjalanan tahun ini.
Sementara itu, pada tahun 2019 Jalan Layang MBZ masih dibangun. Saat ini dengan adanya Jalan Layang MBZ menambah kapasitas Jalan Tol Jakarta-Cikampek sebesar 4 lajur untuk kedua arahnya. Hal ini menambah kapasitas Jalan Tol Jakarta-Cikampek eksisting, dari 6 lajur dua arah, menjadi 10 lajur.
Advertisement
2 Kunci Manajemen
Heru menjelaskan terdapat dua kunci manajemen arus lalu lintas mudik tahun ini. Yang pertama adalah penggunaan teknologi terkini dalam bidang road transportation, sebagai decision support system yang mendukung keputusan pimpinan puncak di Kepolisian dan Jasa Marga dalam memutuskan penanganan volume lalu lintas yang jumlahnya luar biasa.
Selain itu, koordinasi lintas sektoral yang sangat intensif dan melibatkan seluruh pemangku kepentingan secara komprehensif.
"Tiga bulan sebelum arus mudik, bahkan sebelum adanya keputusan pelonggaran perjalanan antar kota, kami bersama-sama dengan pemangku kepentingan sudah membahas intensif perencanaan arus mudik, dengan berbagai skenario, untuk mengantisipasi apapun kebijakan Pemerintah Pusat soal mudik”, tutur Heru.
Koordinasi ini dilakukan khususnya dengan Kepolisian sebagai pemegang diskresi semua rekayasa lalu lintas, di samping pemangku kepentingan lain, seperti Ditjen Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan, Ditjen Bina Marga Kementerian PUPR, Badan Pengatur Jalan Tol, bahkan dengan dinas-dinas Provinsi, seperti Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Kesehatan, dan lain-lain.
Koordinasi Level Pengambil Kebijakan
Koordinasi pada level pengambil kebijakan, didukung lagi, dengan dioperasikannya dalam Lebaran tahun ini, konsep Intelligent Transportation System (ITS) yang dimiliki Jasa Marga, di Jasa Marga Tollroad Command Centre (JMTC).
JMTC sebagai mengumpulkan seluruh informasi lalu lintas jalan tol melalui beberapa sumber, seperti pantauan 1.913 CCTV, 26 speed camera, 39 CCTV _analytic traffic counting,_ 19 Remote Traffic Microwave Sensor, 7 Weigh in Motion dan juga informasi dari laporan petugas di lapangan serta informasi dari pelanggan melalui call center 14080," ujar dia.
Heru mengatakan data diolah dan disampaikan kembali hasilnya kepada pimpinan puncak untuk pengambilan keputusan serta kepada pengguna jalan tol untuk membantu mereka dalam merencanakan perjalanan.
"Pada saat volume kendaraan mendekati kapasitas maksimal suatu ruas, maka sistem akan memberikan peringatan kepada petugas untuk selanjutnya dilakukan rekayasa lalu lintas, seperti; contra flow, ramp metering, atau one way," terang dia.
Advertisement