Liputan6.com, Purwokerto - Alkisah, kafir Quraisy begitu marah ketika mengetahui Nabi Muhammad SAW telah tidak ada di rumahnya, meski telah berhari-hari dalam pantauan dan dikepung. Orang berselimut yang dikira Nabi ternyata adalah Ali bin Abi Thalib.
Pengejaran pun langsung dilakukan. Mereka mengerahkan ahli pelacak jejak padang pasir demi mendapatkan Nabi, hidup atau mati.
Tanpa mereka ketahui, Nabi dan Abu Bakar sebenarnya belum jauh. Mereka bersembunyi di Gua Tsur. Gua kecil di sisi timur kota Makkah.
Advertisement
Baca Juga
Gua ini terletak sekitar enam kilometer (3,5 mil) dari Makkah dengan tinggi kira-kira 2,8 meter, panjang sekitar 3 meter dan dengan lebar antara 1.5-2 meter dengan mulut gua yang kecil.
Sementara, bala tentara Quraisy telah menyebar ke seluruh penjuru. Keyakinan mereka, Nabi mengarah ke Madinah yang kala itu masih bernama kota Yatsrib.
Tidak ada yang mengetahui persembunyian Nabi di Gua Tsur, kecuali keluarga Abu Bakar yaitu Abdullah putra beliau, kedua puterinya Asma’ dan ‘Aisyah serta pembantu setianya Amir bin Fuhaira. Tugas Abdullah sehari-hari berada di tengah-tengah orang Quraisy, untuk menyadap informasi mengenai sikap mereka terhadap Muhammad.
Amir bertugas menggembalakan ternak milik Abu Bakar, untuk menghapus jejak apabila Abdullah mengirimkan makanan di Gua Tsur, menyiapkan susu dan daging. Asma’ dan ‘Aisyah memasak menyediakan makanan di rumah kemudian diantarkan oleh Abdullah untuk Nabi dan ayahnya.
Setiap Abdullah berangkat ke Gua Tsur atau kembali, di belakangnya selalu diikuti oleh Amir dengan ternak kambingnya yang banyak, menghapus jejak Abdullah, agar tidak diketahui oleh orang-orang Quraisy.
Laba-Laba dan Burung Merpati
Singkat cerita, pencarian kaum Quraisy telah sampai di sekitar Gua Tsur. Mereka yakin, Nabi belum jauh dan jika bersembunyi maka akan berada di guna ini.
Mereka pun berkeliling di sekitar gua dan hendak masuk. Namun, pertolongan Allah SWT telah terjadi sebelumnya. Seekor laba-laba, jauh sebelum balatentara tiba, telah membuat sarang di mulut gua.
Lantas, atas kuasa Allah, sepasang burung dengan ranting-ranting pohon. Merpati kemudian bertelur dan langsung mengerami persis di mulut gua.
Setelah mereka melihat di mulut gua itu terdapat sarang laba-laba dan di sampingnya ada dua ekor burung dara sedang mengerami mereka mengurungkan niatnya untuk memeriksa ke dalam gua.
Ini adalah detik-detik yang sangat menegangkan, terutama pada sahabat Abu Bakar yang setia menemani Rasulullah dalam hijrahnya. Abu Bakar melihat kaki-kaki mereka, sehingga beliau berbisik kepada Nabi: “Wahai Rasulullah, sekiranya mereka melihat ke bawah telapak kakinya, pasti akan melihat kami”.
Nabi Menjawab: “Wahai Abu Bakar apa yang kamu kira bahwa kita ini hanya berdua; ketahuilah, yang ketiganya adalah Allah yang melindungi kita”.
Hari-hari berikutnya, terasa lebih lega dan tidak begitu mengkhawatirkan. Peristiwa itu diabadikan dalam Al-Qur’an, sebagai berikut:
إِلَّا تَنصُرُوهُ فَقَدۡ نَصَرَهُ ٱللَّهُ إِذۡ أَخۡرَجَهُ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ ثَانِيَ ٱثۡنَيۡنِ إِذۡ هُمَا فِي ٱلۡغَارِ إِذۡ يَقُولُ لِصَٰحِبِهِۦ لَا تَحۡزَنۡ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَنَاۖ فَأَنزَلَ ٱللَّهُ سَكِينَتَهُۥ عَلَيۡهِ وَأَيَّدَهُۥ بِجُنُودٖ لَّمۡ تَرَوۡهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ ٱلسُّفۡلَىٰۗ وَكَلِمَةُ ٱللَّهِ هِيَ ٱلۡعُلۡيَاۗ وَٱللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
“Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekkah) mengeluarkannya (dari Mekkah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kami". Maka Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan al-Quran menjadikan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. al-Taubah, 9:40).
Advertisement
Tiba di Quba dan Membangun Masjid
Setelah tiga hari berada di Gua Tsur, Nabi SAW dan Abu Bakar pergi berhijrah ke Madinah dengan mengendarai dua ekor unta yang telah disiapkan Abu Bakar. Segala persiapan dan bekal untuk perjalanan telah disiapkan oleh Asma’ dan Aisyah, kakak beradik puteri Abu Bakar yang sangat setia membela Nabi.
Selain menyediakan dua ekor unta, Abu Bakar menyiapkan uang sebanyak lima sampai enam ribu dirham. Itulah sisa kekayaan yang dimilikinya. (Said Ramadhan, Fiqh al-Sirah, hal. 83).
Perjalanan Nabi dan Abu Bakar melewati jalan yang sulit yang tidak bisa dilalui orang, untuk menghindari pengawasan kaum musyrikin Quraisy. Para sahabat Nabi yang lain berhijrah secara sembunyi-sembunyi, kecuali Umar ibn al-Khattab, seorang pahlawan yang dijuluki Singa Padang Pasir.
Umar ibn al-Khattab, setelah mengetahui para sahabat Nabi berhijrah langsung menghunuskan pedangnya mengumumkan kepada orang-orang Quraisy bahwa beliau akan berhijrah. Setelah melakukan shalat dua rakaat di Masjid al-Haram beliau berangkat dan tidak ada seorangpun yang berani mengganggu.
Ali bin Abi Thalib, setelah menyelesaikan amanatnya, berhijrah dengan berjalan kaki. Di siang hari yang panas menyengat beliau bersembunyi di balik gunung-gunung batu. Malam harinya melakukan perjalanan, sampai berjumpa dengan Nabi di Quba, kota kecil dekat Madinah.
Nabi dan para sahabatnya kemudian membangun masjid yang pertama kali, dinamai masjid Quba. Di kota Yatsrib yang kemudian menjadi Madinah al-Rasul atau kota Nabi, umat Islam dan seluruh penduduk kota telah bersiap-siap menerima kedatangan seorang Muhajir besar, Nabi akhir zaman dan Rasul yang menjadi rahmat bagi alam semesta.
Tim Rembulan
Saksikan Video Pilihan Ini:
Advertisement