Kisah 6 Ulama yang Sangat Menghormati Orangtuanya

Di Indonesia hari ibu diperingati setiap tanggal 22 Desember. Pada tanggal itu juga ditetapkan sebagai perayaan nasional.

oleh Liputan6.com diperbarui 23 Des 2022, 22:57 WIB
Diterbitkan 23 Des 2022, 22:30 WIB
Ilustrasi Hari Ibu
Ilustrasi Hari Ibu. (Image by Freepik)

Liputan6.com, Cilacap - Di Indonesia, hari ibu diperingati setiap tanggal 22 Desember. Biasanya, bentuk peringatan dan perayaan hari ibu ini dilakukan dengan cara membebastugaskan ibu dari tugas-tugas sehari-hari yang identik dengannya seperti mencuci, merawat anak dan urusan-urusan rumah tangga lainnya.

Mengutip NU Online, sejatinya, tugas domestik itu bukan merupakan kewajiban dari seorang ibu. Mengenai pekerjaan rumahan ini mazhab Syafi’iyah, Hanabilah dan sebagaian Malikiyah berpendapat bahwa hal itu bukan kewajiban istri.

Hanya saja lebih baik jika istri membantu suami dalam urusan rumah sebagaimana yang telah berlaku di masyarakat. Sebagaimana diterangkan dalam al-Mausu’ah al-Fiqhiyah juz 29:

ذهب الجمهور (الشافعية والحنابلة وبعض المالكية) الى أن خدمة الزوج لاتجب عليها لكن الأولى لها فعل ما جارت العاجة به  

"Jumhur Ulama (Syafiiyyah, Hanabilah dan sebagian Malikiyah) berpendapat bahwa tidak wajib bagi istri membantu suaminya. Tetapi lebih baik jika melakukan seperti apa yang berlaku (membantu)."  

Islam sangat menghormati dan memuliakan perempuan sehingga dosa besar apabila sebagai seorang anak tidak menghormati dan mematuhi ibunya

Perihal hormat dan patuh kepada orangtuanya, termasuk ibunya, para ulama generasi salaf telah banyak memberikan keteladanan kepada kita.

Berikut ini sekilas kisah 6 orang ulama salaf yang sangat menghormati orangtua, termasuk ibu sebagaima dikutip dari Republika.co.id.

Saksikan Video Pilihan Ini:

Kisah 6 Ulama yang Sangat Hormat dan Patuh kepada Orang Tuanya

Ilustrasi Hari Ibu
Ilustrasi Hari Ibu (Photo created by starline on Freepik)

1. Ali bin Hassan

Ali bin Hassan biasa tidak makan bersama orang tuanya. Ketika dia ditanya mengapa hal itu dilakukan, lantas ia menjawab:  

ربما يكون بين يديّ لقمةٌ أطيب ممّا بين يديها وهما يتمنيان ذلك، فإذا أكلتها بخست حقهما 

"Mungkin di tanganku ini ada sepotong makanan yang lebih baik dari yang ada di suapanku dan mereka (orang tua) berharap itu. Jika saya memakannya, maka saya merendahkan hak mereka."

2. Muhammad bin Sirin

Muhammad bin Sirin biasa merendahkan suaranya saat berbicara kepada ibunya. Dan dia berbicara seolah-olah seperti menjadi orang yang sedang mendengar.

Sehingga siapa pun yang melihatnya, maka akan menganggap Muhammad bin Sirin sedang sakit. 

3. Iyas bin Muawiyah

Iyas bin Muawiyah menangis saat ibunya wafat. Saat ditanya mengapa menangis, dia menjawab: 

كان لي بابان مفتوحان إلى الجنة، وأغلق أحدهما

"Aku punya dua pintu yang terbuka untuk ke Surga, dan salah satunya tertutup."

4. Abdullah bin Umar

Abdullah bin Umar melihat seorang pria sedang mengelilingi Ka'bah sambil menggendong ibunya. Pria itu berkata, "Wahai Ibnu Umar, apakah kamu meminta pekerjaan seperti ini kepada ibuku?" Lantas dijawab Ibnu Umar, "Tidak, tidak dengan satu kesempatan, tetapi kamu melakukannya dengan baik, dan Allah SWT akan memberimu hadiah lebih banyak."

5. Abu Hurairah

Abu Hurairah biasa berdiri di depan pintu ketika dia ingin meninggalkan rumah. Lalu berkata, "Keselamatan dan rahmat Allah SWT menyertaimu wahai ibu."

Abu Hurairah juga mengatakan kepada ibunya, "Semoga Allah SWT mengasihanimu, ibu, sebagaimana engkau membesarkanku di masa kecil."

6. Urwah bin Zubair

Jafar berkata bahwa suatu kali dia mendengar Urwah bin Zubair (anak dari Asma binti Abu Bakar) berdoa dalam sujudnya dan berkata: 

اللهم أغفر للزبير بن العوام ولأسماء بنت أبي بكر

"Ya Allah, ampuni Zubair bin Awwam dan Asma binti Abu Bakar."

Penulis: Khazim Mahrur

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya