Liputan6.com, Jakarta - Rasulullah SAW akan memberikan pertolongan di hari kiamat melalui syafaatul 'udzma, yakni syafaat terbesar Nabi Muhammad yang diberikan kepada umat. Nabi SAW adalah sosok kunci di hari kiamat, utamanya bagi umat Islam.
Umat Islam di sini bukan berarti hanya umat setelah Nabi Muhammad SAW diutus, melainkan Islam yang terlahir selama perabadan manusia dimulai sejak zaman Nabi Adam.
Advertisement
Tatkala nabi-nabi lain kebingungan melihat nasib umatnya di hari kiamat, Nabi Muhammad SAW hadir sebagai penenang dan memberikan syafaat.
Advertisement
Baca Juga
Namun begitu, bukan berarti keistimewaan memberikan syafaat hanya dianugerahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Ada orang-orang istimewa di kalangan umatnya yang bisa memberi syafaat di hari kiamat, meski hanya 'syafaat kecil'.
Rais Syuriah PCNU Kabupaten Garut, KH R Amin Muhyidin Maolani menjelaskan, di hari kiamat, kaum muslimin akan mengalami kesulitan menghadapi pertanggungjawaban amal semasa hidup di dunia. Namun, atas izin Allah kesulitan yang dialami mereka kelak mendapat pertolongan melalui syafa’atul ‘udzma (syafaat terbesar) dari Rasulullah SAW.
"Disebut syafaat terbesar karena ada ‘syafaat kecil’ yang bisa diberikan oleh orang-orang istimewa di hadapan Allah Swt," dia menjelaskan, dikutip dari laman NU, Senin (30/3/2023).
Saksikan Video Pilihan Ini:
Sosok Istimewa yang Bisa Memberikan Syafaat
Kiai Mimin, sapaan akrabnya, menyampaikan bahwa Imam Ibnu Majah meriwayatkan sebuah hadis dari Sayyidina Utsman bin Affan yang menjelaskan tiga kelompok yang bisa memberikan syafaat di hari akhir, yaitu para nabi, para ulama, dan para syuhada.
Berikut adalah penjelasannya:
1. Syafaat Nabi
Semua nabi bisa memberikan syafaat di hari kiamat, meski tidak sagung syafaat Nabi Muhammad SAW. Sebab, syfa'atul 'udzma adalah syafaatnya Rasulullah SAW.
“Semua nabi bisa memberikan syafaat pada umatnya termasuk Nabi Muhammad. Bahkan, syafaat paling agung atau syafa’atul ‘udzma adalah syafaatnya Nabi Muhammad,” ucap Kiai Mimin.
2. Syafaat Ulama dan Syuhada
Selanjutnya, kata Kiai Mimin, adalah syafaat para ulama dan para syuhada yang bisa diberikan kepada umat atau jamaahnya sesuai dengan kadar, maqam, dan martabatnya yang diberikan oleh Allah Swt.
Sebagaimana diterangkan dalam hadits lain bahwa ada ada beberapa kelompok yang bisa memberikan syafaat sesuai kadar dan kemampuannya sehingga bisa membawa orang lain masuk surga.
“Ada sebagian kelompok yang diberikan kemampuan oleh Allah untuk bisa memberikan syafaat kepada banyak orang tanpa melihat suku bangsa,” ungkapnya.
Advertisement
3. Syafaat Golongan (Suku/Kelompok)
Level berikutnya, tambah dia, ada orang yang diberikan kemampuan oleh Allah untuk bisa memberikan syafaat hanya kepada satu suku bangsa tertentu, seperti suku Sunda, suku Jawa, atau suku bangsa lainnya dan ada juga orang yang bisa memberikan syafaat hanya kepada kelompok tertentu saja.
“Mudah-mudahan Hadratus Syekh KH Hasyim Asy’ari termasuk orang yang bisa memberikan syafaatnya kepada kita warga Nahdliyin,” harapnya.
Kiai Mimin berpesan kepada ribuan jamaah yang hadir untuk selalu istiqamah dalam organisasi Nahdlatul Ulama. Harapannya, bisa menjadi wasilah hidup selamat di dunia dan akhirat karena NU didirikan oleh para wali dan ulama serta punya silsilah keilmuwan yang jelas dan tersambung sampai Rasulullah.
4. Syafaat khusus
“Kelompok terakhir adalah orang yang diberikan kemampuan oleh Allah untuk memberi syafaat hanya kepada satu orang saja, seperti suami yang sholeh bisa memberikan syafaat kepada istrinya, atau bisa juga sebaliknya,” terangnya.
Dalam kegiatan Haul Syaikh Abdul Qodir yang digelar di Pesantren As-Sa’adah untuk kedelapan kalinya itu, Kiai Mimin juga berpesan kepada para jamaah untuk terus mencintai para wali, khususnya Syekh Abdul Qodir Jailani. Di antara ungkapan cinta tersebut adalah ikut terlibat dalam kegiatan haul karena mencintai para wali bisa jadi tanda bukti cinta kita kepada risalah nabi.
“Dengan mencintai risalah nabi gambaran kita cinta kepada Kanjeng Nabi, dengan mencintai Kanjeng Nabi jadi gambaran kita mencintai Allah Swt,” imbuhnya.
Sebaliknya, kata dia, jika kita tidak mengadakan acara haul ini dikhawatirkan akan menjadi gambaran kita tidak mencintai para wali, risalah nabi, dzatnya Kanjeng Nabi dan pada akhirnya tidak mencintai Allah Swt. (Sumber:nu.or.id)
Tim Rembulan