3 Makanan Tradisional untuk Buka Puasa Ala Jepang, Mochi hingga Sup Manis

Berbuka puasa dengan sesuatu yang manis adalah sebuah praktik umum selama bulan Ramadhan. Berikut adalah tiga daftar makanan dan minuman tradisional Jepang yang cocok untuk berbuka puasa.

oleh Chesa Andini Saputra diperbarui 30 Mar 2023, 20:00 WIB
Diterbitkan 30 Mar 2023, 20:00 WIB
Daifuku krim halal
Daifuku krim halal (Sumber: Freepik)

Liputan6.com, Jakarta - Selama Ramadhan, umat Muslim memiliki dua jam makan utama, yaitu saat Sahur sebelum fajar dan Iftar setelah matahari terbenam.

Saat Iftar, orang yang berpuasa umumnya berbuka dengan yang manis-manis, termasuk orang Indonesia. Alasannya, konon makanan manis itu mengandung energi untuk memberi energi.

Beberapa contoh makanan iftar di Indonesia yang sering dimakan adalah kurma, kolak, es cendol, dan kue-kue tradisional.

Sementara kalau di negara Jepang, mereka mempunyai makanan iftar khas tersendiri.

Kurma juga merupakan bagian rutin dari makanan berbuka puasa Jepang, dan banyak Muslim membawa kurma di siang hari jika mereka perlu berbuka puasa di luar rumah.

Meskipun kurma adalah pilihan populer, ada banyak sekali pilihan makanan lain di Jepang untuk dicoba saat iftar.

Jika Anda ingin merasakan berbuka puasa ala Jepang, cobalah tiga daftar makanan dan minumal tradisional ini yang disadur oleh Liputan6.com dari fooddiversity.today, Kamis (30/3/2023):

Ketiga makanan dan minuman tradisional Jepang ini menawarkan cara yang unik dan enak untuk berbuka puasa saat Ramadhan.

Daifuku Krim Halal

Daifuku krim halal adalah pilihan populer di antara manisan halal Jepang lainnya. Dessert mochi kenyal ini diisi dengan krim manis yang memberikan kepuasan tersendiri setelah seharian berpuasa. 

Biasanya makanan ini tersedia dalam empat varian rasa, yaitu stroberi, matcha, cafe au lait, dan mangga.

Perpaduan antara mochi yang kenyal dan isian yang creamy pasti akan meningkatkan energi Anda untuk sholat Maghrib.

Tidak hanya di Jepang, sekarang kepopuleran hidangan daifuku juga bisa Anda temukan di tempat makan Indonesia.

 

 


Amazake

Amazake
Amazake (Sumber: fooddiversity.today)

Amazake adalah sebuah minuman tradisional manis dari Jepang yang cocok untuk memuaskan hausnya tenggorokan setelah seharian berpuasa.

Walaupun manis, minuman ini sehat dan kaya akan enzim pencernaan yang meningkatkan metabolisme, vitamin B, dan sembilan asam amino esensial yang membantu meningkatkan kesehatan kulit dan rambut.

Beberapa orang Muslim mungkin ragu untuk mencoba Amazake karena namanya diasosiasikan dengan “sake”, yang di Jepang mempunyai arti minuman beralkohol.

Tetapi amazake ini terbuat dari 100% beras, benar-benar halal, dan tidak mengandung alkohol.

 


Zenzai/Oshiruko

Zenzai atau oshiruko
Zenzai atau oshiruko (Sumber: fooddiversity.today)

Zenzai atau oshiruko adalah sup manis tradisional Jepang yang dinikmati sepanjang tahun, terutama selama musim dingin.

Hidangan pencuci mulut ini terbuat dari pasta kacang merah manis yang direbus dengan gula dan air, agar menghasilkan tekstur yang kental dan lembut.

Disajikan dalam mangkuk kecil dengan beberapa potong mochi, sup hangat, manis, dan mochi yang kenyal menciptakan kombinasi rasa yang nyaman dan memuaskan, cocok untuk berbuka puasa.

Rasa manis dari sup dan mochinya juga akan membuat Anda merasa kenyang lebih lama.

Namun apa bedanya Zenzai atau Oshiruko?

Keduanya merupakan sup manis tradisional Jepang yang berisi pasta kacang merah manis dan mochi. Namun, ada beberapa perbedaan regional antara keduanya.

Di daerah Kansai Jepang, oshiruko mengacu pada sup kacang merah yang lembut. Sedangkan zenzai mengacu pada sup yang dibuat dengan kacang utuh atau dengan tekstur yang lebih kasar.

Tetapi kalau Anda sedang berada di daerah Kanto Jepang (Tokyo termasuk di dalamnya), oshiruko dan zenzai itu terbalik. Oshiruko mengacu pada sup kacang merah dengan berbagai tekstur.


Cerita Muslim Indonesia di Jepang

Cerita Muslim Indonesia di Jepang
Muhammad Dhandi Dharma, muslim Indonesia menceritakan suka dukanya tinggal di negara Jepang, di mana Islam menjadi minoritas (Liputan6.com/Istimewa)

Toleransi umat beragama di negara Jepang cukup baik. Dhandi pun yang belum lama tinggal di Jepang mengakui akan hal ini.

Muhammad Dhandi Dharma, seorang muslim Indonesia yang sedang magang di Daiichi Pan membagikan pengalamannya selama tinggal di Misato, Saitama, Jepang.

Sebagaimana diketahui, Jepang adalah negara minoritas muslim. Penduduk Jepang mayoritas beragama Shinto Budha. Adapun muslim persentasenya hanya 0,1 persen dari keseluruhan populasi Negeri Sakura.

Namun, mencari makanan yang halal di Negeri Sakura tidak mudah. Kata dia, makanan Jepang banyak yang mengandung alkohol atau lemak babi. Sebagai muslim harus mencari makanan yang berlabel halal.

"Kalau ayam tanpa label halalnya kita juga ragu, gak halal kan, tanpa dipotong menyebut bismillah,” cerita Dhandi tentang makanan halal di Jepang.

“Jadi, ketika hendak keluar untuk jalan-jalan atau perjalanan lama, sebaiknya membawa cemilan atau roti sebagai makanan pengganti bila tidak menemukan makanan halal,” saran Dhandi.

Selama tinggal di Jepang, biasanya Dhandi dan teman-teman muslim lainnya memasak sendiri dengan bahan-bahan yang halal. Kalau pun makan di luar, harus berusaha mencari makanan halal. Kalau tidak menemukan, roti adalah solusinya.

Selengkapnya baca di sini...

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya