Liputan6.com, Jakarta - Tinggal hitungan hari hingga berakhirnya bulan suci Ramadan. Hampir sebulan penuh seluruh umat Islam di berbagai belahan dunia menjalankan ibadah puasa. Hari Raya Idul Fitri pun menanti bagi mereka yang merayakan kemenangan setelah menyelesaikan rangkaian ibadah selama bulan yang penuh keberkahan ini.
Seperti diketahui, bulan Ramadan juga telah banyak berpengaruh terhadap dunia olahraga, khususnya sepak bola. Para pemain sepak bola profesional seperti Mohamed Salah, Riyad Mahrez, Hakim Ziyech dan masih banyak lagi harus tetap bekerja di atas lapangan hijau sambil menjalankan kewajibannya sebagai seorang Muslim.
Baca Juga
Hal tersebut juga akhirnya membuat para penyelenggara kompetisi turut berinovasi agar dapat mengakomodasi kebutuhan para pemain Muslim. Seperti Liga Inggris yang mengadakan jeda di tengah pertandingan untuk memberi kesempatan bagi para pemain Muslim untuk berbuka puasa guna mengisi energi mereka setelah berpuasa seharian penuh.
Advertisement
Jeda pertandingan tersebut resmi dilakukan sejak awal bulan Ramadan di Premier League dan EFL.
Kemudian muncul pertanyaan, setelah Liga Inggris memelopori gerakan tersebut, apakah jeda pertandingan untuk berbuka puasa ini akan semakin umum untuk dilakukan di berbagai kompetisi sepak bola?
Jadwal Mainkan Peran Penting
Kalender Islam setiap tahunnya maju beberapa hari yang membuat bulan Ramadan semakin dekat dengan musim dingin. Oleh karena itu, jeda di tengah pertandingan kemungkinan akan menjadi lebih umum di tahun-tahun yang akan datang. Pasalnya, jadwal pertandingan di musim dingin umumnya lebih padat ketimbang pada waktu-waktu lain yang tentunya akan lebih melelahkan secara fisik bagi para pemain, khususnya jika harus sambil menjalankan ibadah puasa.
Jadi nampaknya sangat mungkin jika kebijakan untuk menghentikan laga sementara agar pemain Muslim dapat berbuka puasa akan semakin banyak diminta.
Advertisement
Tantangan
Namun, ternyata tidak semua liga mengijinkan adanya jeda pertandingan. Seperti di Perancis, Federasi Sepak Bola Perancis (FFF) telah menginstruksikan wasit untuk tidak menghentikan pertandingan agar pemain Muslim memiliki kesempatan untuk berbuka puasa. Alasannya adalah mereka tidak ingin pertandingan sepak bola di Perancis diwarnai oleh aksi yang berhubungan dengan keagamaan.
“Sepak bola tidak memperhitungkan pertimbangan politik, agama, ideologis, atau sindikal (serikat buruh) para aktornya. Semua diserahkan kepada pihak yang terlibat untuk memastikan itu dihormati,” bunyi surat FFF kepada para ofisial pertandingan.
Akibatnya, bek Nantes, Jaouen Hadjam dicoret dari pertandingan beberapa waktu lalu karena menolak imbauan untuk tidak berpuasa dari pelatihnya. Secara keseluruhan Les Canaris memiliki enam pemain Muslim tetapi hanya Hadjam yang melanjutkan puasanya di hari pertandingan.