Penganut Islam Kejawen di Cilacap Gelar Ritual Pudunan Ramadhan

Seratusan lebih penganut Islam Kejawen dari Desa Kalikudi dan Welahan Wetan, Kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah menggelar ritual Pudunan Ramadhan di Penambahan Daun Lumbung, Cilacap

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 05 Mei 2023, 16:30 WIB
Diterbitkan 05 Mei 2023, 16:30 WIB
Ritual lampah dalam rangkaian tradisi pudunan komunitas Islam Kejawen, yakni jalan kaki dari Desa Kalikudi ke Daun Lumbung, Cilacap. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Ritual lampah dalam rangkaian tradisi pudunan komunitas Islam Kejawen, yakni jalan kaki dari Desa Kalikudi ke Daun Lumbung, Cilacap. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Jakarta - Seratusan lebih penganut Islam Kejawen dari Desa Kalikudi dan Welahan Wetan, Kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah menggelar ritual Pudunan Ramadhan di Panambahan Daun Lumbung, Cilacap, Jumat (5/5/2023). Tahun ini adalah tahun He sehingga Pudunan digelar pada Jumat Legi dalam kalender Aboge.

Tetua Anak Putu Kalikudi, Kunthang Sunardi mengatakan pudunan merupakan ritual melepas bulan Ramadan, sekaligus melepas arwah leluhur yang kembali ke alam kubur. Anak putu meyakini, selama Ramadan, arwah leluhur kembali ke rumahnya.

Ritual komunitas Kejawen ini sekaligus sebagai pelepasan bulan Puasa atau Ramadhan bagi komunitas Kejawen.

Dia menjelaskan, pada Jumat pagi hingga siang, anak putu melakukan ritual bekten dan resik kubur. Yakni bersih makam dan berdoa di makam Panembahan Daun Lumbung. Kemudian, pada Jumat malam, anak putu akan melakukan ritual muji dan kepungan, yakni membaca dzikir dan selamatan.

“Mengadakan ziarah leluhur kami, yang ada di Daun Lumbung, Cilacap, itu. Kemudian pada malam harinya, kami melakukan zikir. Zikir atau muji. Kemudian walimahan, selamatan atau bahasa kami ya kepungan, atau bahasa kita ya wilujengan," ucap dia.

Kunthang menjelaskan, pada Sabtu pagi anak putu akan kembali ke desa dengan berjalan kaki sejauh 35-an kilometer. Pemberangkatan dilakukan di Pasemuan Daun Lumbung menuju Pasemuan Lor dan Pasemuan Kidul Desa Kalikudi, sebelum pulang ke rumah masing-masing.

"Nah, paginya kita akan pulang jalan kaki dari Cilacap sampai Kalikudi, Sabtu," ucap dia.

Ritual dilanjutkan pada Senin, berupa resik kubur, bekten dan muji pada Senin malam. Ziarah dilakukan di makam Kalikudi, Adiraja, Karangsuci dan makam orangtua masing-masing.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Simak Video Pilihan Ini:


Ritual Dandan dan Lampah

Gawan dalam tradisi pudunan Islam Kejawen, Desa Kalikudi, Kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. (Foto: Liputan6.com/Dok. Nakam Wimbo P)
Gawan dalam tradisi pudunan Islam Kejawen, Desa Kalikudi, Kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. (Foto: Liputan6.com/Dok. Nakam Wimbo P)

Sebelumnya, ritual pudunan telah dimulai sejak Selasa (2/5/2023). Mereka melakukan tradisi Njenang. Njenang dilakukan di dua tempat ibadah, yakni Pasemuan Lor Dan Pasemuan Kidul.

Njenang ini merupakan bagian dari persiapan gawan (oleh-oleh) yang akan dibawa saat pudunan. Setelah membuat jenang, pada Rabu anak putu Kalikudi akan melanjutkan ritual lainnya, yakni tradisi Dandan pada Rabu.

Kemudian, pada Kamis, anak putu Kalikudi akan melakukan ritual lampah atau jalan kaki sekitar 35 kilometer ke Daun Lumbung, tempat dilakukannya Pudunan. Pudunan digelar pada Jumat pagi hingga malam.

“Kemudian diyaini bahwa pada akhir Ramadhan itu arwah leluhur juga akan pulang. Karena itu, kami melakukan ritual di Daun Lumbung, Cilacap. Juga ziarah di sana, ke leluhur kami. Jadi seperti itu ya, datang ya disambut, pulang juga diantar," ucap dia.

Kunthang Sunardi menjelaskan, sebelumnya anak putu Kalikudi bersama ribuan penganut Kejawen lain dari berbagai daerah menggelar ritual punggahan jelang Ramadhan, pada Maret lalu. Punggahan adalah tradisi menyambut Ramadhan dan arwah leluhur di Panembahan Banokeling, Pekuncen, Banyumas, Jawa Tengah. Sementara, pudunan adalah ritual untuk melepas bulan Ramadan.

Di sisi lain, anak putu juga meyakini bahwa menjelang Ramadan arwah leluhur kembali ke rumah. Setelah Ramadan usai, arwah akan kembali ke alam barzah. Karena itu, dilakukanlah pudunan untuk melepas arwah nenek moyang.

"Karena Ramadan meninggalkan kita, kita juga melakukan ritual. Sedih lah. Sedih ditinggalkan Ramadan, jadi kita melakukan ziarah ke leluhur kami,” kata Kunthang.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya