Kisah Nabi Yunus Dilempar ke Laut dan Ditelan Paus, Ini Doa yang Dipanjatkan

Berdoa adalah tindakan atau praktik komunikasi spiritual dimana seseorang berbicara kepada Sang Pencipta. Doa dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, termasuk melalui kata-kata lisan, pikiran, atau perasaan yang diarahkan kepada yang Illahi.

oleh Liputan6.com diperbarui 01 Jul 2023, 12:30 WIB
Diterbitkan 01 Jul 2023, 12:30 WIB
[Bintang] Laut
Ilustrasi Laut (Sumber Foto: Pexels)

Liputan6.com, Jakarta - Berdoa adalah tindakan atau praktik komunikasi spiritual dimana seseorang berbicara kepada Sang Pencipta. Doa dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, termasuk melalui kata-kata lisan, pikiran, atau perasaan yang diarahkan kepada yang Illahi.

Doa merupakan bagian penting dari banyak tradisi agama di seluruh dunia, termasuk agama-agama seperti Islam, Kristen, Yahudi, Hindu, Buddha. Setiap tradisi agama memiliki bentuk, tata cara, dan keyakinan yang berbeda dalam melakukan doa, tetapi pada intinya, doa adalah ungkapan spiritual dan hubungan individu dengan yang Ilahi.

Doa sering kali berfungsi sebagai sarana untuk mengungkapkan rasa syukur, permohonan, penyesalan, penyembahan, pengharapan, atau pencarian bimbingan dan kekuatan. Orang berdoa mungkin mencari pemahaman, perlindungan, pengampunan, penyembuhan, atau mencari kebahagiaan dan kedamaian bagi diri sendiri atau orang lain. Doa juga bisa menjadi momen introspeksi, refleksi, atau meditasi spiritual.

Salah satu nabi yang masyhur doanya adalah Nabi Yunus AS. Kisah nabi ini diceritakan dalam Al-Quran. Nabi Yunus AS merupakan salah satu nabi yang diutus oleh Allah untuk menyampaikan pesan-Nya kepada kaumnya yang tidak mengikuti petunjuk-Nya. Berikut adalah ringkasan dari kisah Nabi Yunus AS berdasarkan Al-Quran:

Nabi Yunus AS adalah seorang nabi yang diutus ke kota Nineveh, yang terletak di wilayah Assyria (sekarang bagian dari Irak). Kaumnya saat itu terjerumus dalam kesyirikan dan dosa-dosa berat. Nabi Yunus menyampaikan dakwah dan peringatan dari Allah kepada kaumnya agar mereka meninggalkan penyembahan berhala dan kembali taat kepada Tuhan. Namun, kaumnya menolak pesan Nabi Yunus AS dan tetap enggan mendengarkan.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Nabi Yunus Dilempar ke Laut, Ditelan Paus

Ilustrasi berdoa. ©Pixabay/SuleymanKarakas
Ilustrasi berdoa. ©Pixabay/SuleymanKarakas

Melihat kaumnya tidak mau mendengarkan dakwahnya, Nabi Yunus AS merasa putus asa dan meninggalkan kota tersebut. Dia naik kapal dan berusaha melarikan diri dari tugas dakwah yang berat. Ketika berada di tengah laut, kapal tempat Nabi Yunus AS naik ditimpa badai yang hebat.

Para pelaut di kapal memutuskan untuk memilih seseorang untuk dikorbankan agar badai berhenti. Mereka mengundi dan Nabi Yunus AS dipilih sebagai orang yang harus dilempar ke laut.

Setelah dilempar ke laut, Nabi Yunus AS ditelan oleh ikan paus yang besar. Dia berada di perut ikan selama beberapa waktu. Di dalam perut ikan, Nabi Yunus AS menyadari kesalahan dan kesalahannya dalam melarikan diri dari tugas dakwahnya. Dia menyadari bahwa dia harus bertobat kepada Allah dan memohon ampun-Nya.

Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang mendengar permohonan Nabi Yunus AS. Dia memerintahkan ikan paus untuk melepaskan Nabi Yunus ke daratan. Setelah diselamatkan dari ikan paus, Nabi Yunus AS kembali ke kota Nineveh dan melanjutkan tugas dakwahnya. Kali ini, dakwahnya diterima oleh kaumnya, dan mereka bertobat serta kembali taat kepada Allah.

Ini Doa Nabi Yunus AS

Ilustrasi kata-kata, doa cepat sembut buat pacar
Ilustrasi kata-kata, doa cepat sembut buat pacar. (Photo by Milada Vigerova on Unsplash)

Mengutip muslim.or.id, doa merupakan senjata utama seorang mukmin. Dan merupakan ibadah yang dibawa oleh para utusan. Termasuk di antaranya adalah doa Nabi Yunus AS. Allah ‘Azza Wajalla menyebutkannya dalam Al-Qur’an,

وَذَا النُّوْنِ اِذْ ذَّهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ اَنْ لَّنْ نَّقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادٰى فِى الظُّلُمٰتِ اَنْ لَّآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنْتَ سُبْحٰنَكَ اِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظّٰلِمِيْنَ ۚ

“(Ingatlah pula) Zun Nun (Yunus) ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya. Maka, dia berdoa dalam kegelapan yang berlapis-lapis, ‘Tidak ada tuhan yang berhak disembah, selain Engkau. Mahasuci Engkau. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang zalim.’” (QS. Al-Anbiya: 87)

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama bersabda dalam sebuah hadis,

دعوةُ ذي النُّونِ إذ دعا وهو في بطنِ الحوتِ لا إلهَ إلَّا أنتَ سبحانَك إنِّي كنتُ من الظالمينَ فإنَّه لم يدعُ بها رجلٌ مسلمٌ في شيءٍ قطُّ إلَّا استجاب اللهُ له

“Doa Nabi Yunus ‘alaihissalam tatkala beliau terperangkap di perut ikan adalah “laa ilaaha illa anta subhaanaka inni kuntu minadz dzaalimiin”. Sungguh, tidaklah seorang muslim membacanya terus menerus, kecuali Allah akan kabulkan keinginannya.” (HR. At-Tirmidzi no. 3505)

Doa ini menyimpan kandungan yang begitu luar biasa, yaitu pengakuan seorang hamba akan kesempurnaan uluhiyah Allah ‘Azza Wajalla. Sebagaimana dijelaskan oleh Syekh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’diy rahimahullahu,

فأقر لله تعالى بكمال الألوهية، ونزهه عن كل نقص، وعيب وآفة، واعترف بظلم نفسه وجنايته

“Di dalam doa ini, Nabi Yunus ‘alaihissalam mengakui kesempurnaan dan keesaan Allah dalam hal peribadahan yang khusus untuk-Nya, menyucikan-Nya dari segala macam bentuk kekurangan, aib, dan cacat. Serta mengakui diri sendiri sebagai seorang yang berlaku zalim (berbuat salah).” (Tafsir As-Sa’diy, hal. 529)

Tidak ada hal yang lebih agung dibandingkan pengakuan seorang hamba akan keesaan Allah ‘Azza Wajalla atau tauhidnya. Karena itulah tujuan diciptakan manusia. Allah ‘Azza Wajalla berfirman,

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

“Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia, kecuali untuk beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56)

Al-Hakim At-Tirmidzi rahimahullahu menyebutkan keutamaan doa ini,

العَبْد إِذا وَحده وَنفى عَنهُ الشّرك ثمَّ نزهه عَمَّا رَآهُ عَلَيْهِ من السوء واعترف بِأَنَّهُ من الظَّالِمين تكرم عَلَيْهِ ربه وتفضل على العَبْد فَلم يخيبه فِيمَا أمل وَرَجا وَكَذَلِكَ وعد الله فِي تَنْزِيله الْكَرِيم

“Tatkala seorang hamba mengesakan Allah, tidak melakukan kesyirikan, kemudian menyucikannya dari segala macam keburukan, dan mengakui dirinya sebagai hamba yang zalim, maka Allah akan muliakan ia dan beri keutamaan, Allah tidak akan menyia-nyiakan harapan dan keinginannya. Demikianlah yang Allah janjikan di dalam Al-Qur’an yang mulia.” (Nawadir Al-Ushul fii Ahadits Al-Rasul, 2: 24). Wallahu A’lam.

Penulis: Nugroho Purbo

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya